28

8.1K 696 21
                                    

But, I Wanna To Try

.

.

.

Rali mendongak menatap Harsa yang telah memejamkan, usai percintaan panas mereka. Sudah menjadi rutinitas mereka melakukan hal 'itu' jika mereka ingin, layaknya pasangan suami istri.

Setiap malam, setiap waktu dimanapun itu.

Menggigit bibir bawahnya, Rali menatap Harsa begitu tampan. Apalagi rahang pria itu mulai ditumbuhi bulu-bulu halus. Enggan menyuruh Harsa bercukur karena menurutnya pria itu semakin seksi.

"Lo gak capek?" tanya Harsa tanpa membuka mata. Merasakan jari-jari Rali mengusap rahangnya.

"Enggak. Kan bukan gue yang nyodok."

Harsa mendengus geli mendengar ucapan frontal Rali.

"Ya udah, berhenti elus rahang gue. Gue mau tidur."

Kali ini Rali yang mendengus pelan. Ia tersenyum tipis melihat wajah Harsa.

"Ral?"

"Hm?"

"Besok gue mau balik?"

"Balik ke mana?"

Harsa membuka mata, membalas tatapan Rali. Ia mengelus lembut punggung wanita itu. "Balik ke rumah gue."

Rali terdiam sejenak. Ia memang sudah pulih. Alasan pria itu menemaninya di sini karena saat itu kakinya diperban hingga ia tidak bisa melakukan sesuatu dengan kondisi seperti itu.

"Ral,". Panggil Harsa pelan karena Rali hanya diam.

Rali kembali menatap Harsa lalu mengangguk pelan. "Ya udah, lo balik." Setelahnya, ia melepas pelukannya dari Harsa lalu membelakangi pria itu.

Harsa terdiam menatap punggung Rali.

》》《《

Rali mengkerutkan kening tidak suka menatap Mami, orang yang bertamu ke apartemennya pagi ini.

Untung saja Harsa telah pulang semalam, jadi tidak ada drama yang membuat Mami seenak jidat mencaci maki dirinya karena seatap dengan seorang pria tanpa pernikahan.

"Kok Mami bisa tau aku tinggal di sini?" Sungguh, Rali penasaran bagaiman bisa Mami tau tempat tinggalnya yang baru.

"Ah Mami dari apartemen kamu yang lama. Kata tetangga unit kamu, kamu udah pindah ke sini. Jadi, tadi Mami nanya ke resepsionis unit tempat tinggal atas nama Ralia Sabrina Hadyan, Maminya mau ketemu."

Sungguh, Rali tidak menyukai nama Daddy di belakang namanya. Merasa tidak pantas memakai nama tersebut. "Namaku Ralia Sabrina!"

"Ck! Apartemen kamu kali ini lebih mahal dari yang dulu." Mami berdecak kagum melihat segala interior unit apartemen putrinya tersebut. Matanya mengedar menatap setiap sudut unit tersebut lalu berhenti pada Rali yang senantiasa mengekorinya. "Sekarang jadi simpenan om-om?"

"Kalau Mami gak tau! Gak usah sok tau!"

Mami terdiam sejenak mendengar nada kesal Rali, ia menatap kedua tangan putrinya yang terkepal kuat. Lalu tersenyum sinis. "Daddy kamu yang biayain hidup kamu selama ini?"

"Mending Mami pergi dari sini!"

Mami mengabaikan Rali, ia malah duduk di sofa sembari menatap Rali yang terlihat kesal. "Jangan makin kurang ajar kamu!"

EXONERATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang