15

8.5K 705 14
                                    

Salah Satu Keinginannya Akhirnya Terwujud

.

.

.

"Mama kan udah bilang dari kemarin ganti catering aja! Yang lebih mahal pasti kualitasnya bagus. Lagian calon suamimu kan punya banyak duit! Minta aja tambahan!"

Rali meringis, merasa tidak enak harus mendengar omelan Mamanya Veya pada temannya itu. Ia saat ini sedang duduk di ruang tamu. Mungkin Veya dan Mamanya sedang berada di ruang tengah karena suaranya begitu terdengar.

"Mau ke mana kamu?! Keluyuran lagi?!"

Lalu suara langkah kaki terdengar, sigap Rali berdiri.

"Eh Ral... maaf ya lama. Tadi gue boker." Veya menyengir, lalu tersentak saat pundaknya ditepuk dan pelakunya tentu sang Mama.

"Mau ke mana?!"

"Astaga Mama! Vey mau keluar bentar ketemu W.O. yang ngurus pernikahan Vey nanti. Ada yang mau Vey bicarain sama mereka."

"Jangan lupa ganti catering!"

"Iya Mama!"

Veya segera mengapit lengan Rali.

Rali tersenyum tipis pada Mama Veya yang dibalas dua alis terangkat.

"Eh!"

Kedua wanita itu tertahan di ambang pintu lalu memutar tubuh menghadap ke arah Mama.

"Sejak kapan kamu punya temen selain Quila? Dia siapa?" Mama mengamati Rali dari atas hingga bawah.

"Ma, Rali teman SMA Vey, tapi baru ke sini."

Penjelasan Veya diabaikan Mama karena fokus ke tato yang ada di punggung tangan Rali.

"Masa perempuan punya tato?"

Sungguh, Veya ingin segera pergi dari hadapan Mama. Tidak enak dengan Rali, tentunya. "Mama!" srunya tertahan.

"Ah ini..." Rali pun tidak tau harus membalas apa pertanyaan Mama Veya.

"Jangan-jangan kam..."

"Mama! Udah berapa kali Vey bilang! Jangan nilai orang dari cover-nya. Emang Mama lupa pertemuan pertama Mama sama Sadam? Mama judge dia anak berandalan, padahal pekerjaannya dokter. Ya udah aku pamit!"

Segera Veya menarik lengan Rali keluar dari sana. Masuk ke dalam mobil Rali.

"Gue minta maaf banget, Ral. Nyokap gue emang rese banget. Bawel minta ampun!" ujar Veya.

"Gak pa-pa kok, Vey. Namanya juga emak-emak, kan? Harusnya lo bersyukur karena omelan Mama itu tanda dia sayang sama elo."

"Tapi kalau berlebihan itu namanya over bawel. Pokoknya ngeselin!"

Rali tertawa mendengar Veya menggerutu. Ia masih fokus menyetir menuju butik. Karena ia meminta Veya menemaninya melihat gaun yang nantinya ia pakai untuk pernikahan wanita itu.

"Ya setidaknya lo bisa dengerin omelan nyokap lo, gak kayak gue..."

Veya menatap Rali dari samping. "Sorry... emang nyokap lo udah gak ada?"

Rali menoleh sekilas lalu tertawa. "Masih ada kok. But, she is only concerned about herself."

"Ral, kalau ngobrol sama gue jangan pakai bahasa Inggris, ya? Gue gak paham."

EXONERATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang