We Are Like Lover. Pasangan Yang Kasmaran [1]
.
.
.
Harsa sedang menunggu Rali yang saat ini memenuhi jadwal konsultasinya dengan Dokter Richel. Dokter psikiater yang selalu ditemui Rali setiap seminggu sekali.
Matanya secara tidak sengaja bertabrakan dengan Romero yang sedang berjalan. Pria itu memutar arah, beralih menghampirinya. Pria itu menatap pintu ruang prakter dokter Richel, lalu kembali menatapnya.
"Nunggu Rali?"
Harsa mengangguk menjawab pertanyaan pria itu yang telah duduk di sebelahnya.
"Keadaannya gimana?"
"Sejauh ini lebih baik. Now, I can see life in her eyes."
"Syukurlah." Romero tersenyum tipis mendengar jawaban Harsa, ia mengikuti arah pandang Harsa ke pintu ruangan Richel. "Gue sempet khawatir dengan keadaan dia. Nyuruh gue pergi dari hidupnya."
Kali ini Harsa yang menatap Romero. "Dia bisa hidup tanpa ada lo di sisinya."
Kedua pria itu saling memandang. Romero mengkerutkan kening tidak suka menatap Harsa. Tersinggung dengan perkataan pria itu. "Gue harap lo gak tinggalin dia! Jangan bikin dia terluka!"
"I'm not promise!"
Romero mendengus remeh mendengar perkataan Harsa. "Kalau lo gak bisa berjanji, harusnya lo gak terlalu jauh melangkah!"
"Kalau gue berjanji, terus nanti gak bisa tepati. Sama aja bikin dia makin terluka. Lebih baik jalani aja dulu. Gue gak mau jadi laki-laki pengecut, tapi gue bakal berusaha gak seperti itu!" Harsa mengangkat sedikit sudut bibirnya bagian kiri menatap Romero yang terhenyak karena perkataannya.
Pintu ruangannya yang sedari tadi ia tunggu telah terbuka. Rali keluar mengkerutkan kening melihat kehadiran Romero di sebelahnya.
Segera ia berdiri lalu meraih tangan Rali, tanpa kata menarik Rali pergi dari sana enggan membuat keduanya berinteraksi.
"Tadi ngobrol apa sama Romi? Kelihatannya tegang gitu."
Harsa tidak menjawab, malah memasang sabuk pengaman untuk Rali lalu menatap wanita itu. "Urusan laki-laki. Perempuan gak usah tau." Setelahnya mengecup sekilas bibir Rali.
Rali berdecak pelan mendengar penuturan Harsa, apalagi pria itu mencuri kecupan di bibirnya.
Mobil melaju, keheningan mendominasi keduanya.
Untuk memecah keheningan, Rali menoleh menatap Harsa yang fokus menyetir. "I've always wanted to 'play' in the car?"
"Main apa?" tanya Harsa tanpa menatap Rali.
"Sex," ujar Rali pelan penuh sensual membuat Harsa meliriknya sekilas.
"Apa aja yang lo bahasa sama dokter itu? Kenapa setiap lo dari sana, pasti pikirann lo vulgar mulu?" Harsa tersenyum geli saat Rali memberinya cubitan bertubu-tubi di lengannya. "Astaga Ral! Stop it! I'm driving!"
Rali pun berhenti. Memasang sikap merajuk, memalingkan wajah ke jendela lalu melipat kedua tangan di dada. "I just want to spread my happiness."
"Bahagia karena apa? Karena ketemu Romero?"
Rali kembali menatap Harsa setelah mendengar pertanyaan dengan nada tidak suka itu. Layaknya orang yang cemburu.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXONERATE
ChickLit[series3] #PROJECT 3 ___________ ⚠️21+ EXONERATE : "Bebas dari segala beban hidup yang selama ini dirasakan". __________ Copyright ©2021, NanasManis start [20/2/21] end [5/5/21]