06

10.5K 728 10
                                    

Have Fun With You, Cry With You

.

.

.

Rali masuk begitu saja seakan unit tersebut adalah miliknya. Langsung membuka kulkas dan mengambil satu kaleng bir. Membukanya lalu meneguknya seraya memutar tubuhnya.

Punggungnya pun disandarkan dan menatap Ragas yang telah berada di dekat meja pantry. Menopangkan badan ke meja tersebut, bersandar di tepi meja sembari bersidekap membalas tatapannya.

"Gue kira lo gak bakal mau ketemu gue lagi, Ral?"

Rali berhenti meneguk bir tersebut, lalu membalas perkataan Ragas. "Kenapa nanya gitu?"

"Enggak tau juga. Terakhir kita ketemu lo marah, terus pergi gitu aja." Ragas mengendikkan bahu pelan.

Rali mengangkat satu alisnya lalu menghela nafas pelan. "Sorry. Gue lampiasin rasa kesal gue ke elo."

"Gara-gara Romero?"

Rali mengangguk saja dan segera menghabiskan bir tersebut.

"Thank's udah nolongin gue tadi," ujar Ragas membuat Rali mengangguk.

"Hm. Itu tadi mantan lo?"

"Iya."

"Gue kira pelacur yang gak lo bayar."

Ragas tertawa mendengar perkataan Rali.

"Ya kali gue gak mampu bayar pelacur."

"Oh jadi sering main bareng pelacur?"

Ragas mengumpat pelan karena sadar Rali memberinya umpan dan ia terpancing.

Rali tersenyum geli mendengar umpatan Ragas lalu ia duduk di kursi tinggi, di dekat Ragas. "Lo udah ketemu Sadam?"

"Iya. Kemarin gue ketemu dia."

"Ada urusan apa dia ke elo?"

Ragas tidak langsung menjawab, ia lebih dulu duduk di kursi kosong. "Nanya alamat rumah orang tua calon istrinya."

"Lha? Kenapa nanya ke elo?" tanya Rali heran sekaligus bingung.

"Nah itu dia! Gue juga bingung. Tuh anak kenapa gak tau rumah orang tua pacarnya, malah nanya ke gue." Ragas tertawa. Mengingat pertemuannya kemarin dengan Sadam. Mantan ketua OSIS yang sering memberinya sanksi itu bertanya letak rumah Veya, teman sekelasnya dulu di masa putih abu-abu.

"Pacarnya mantan lo? Kata Romi pacarnya Sadam temen sekolah kita."

Ragas menatap sejenak Rali lalu mendengus geli. "Veya sebelas dua belas sama lo. Anti sosial dan anti dideketin cowok.....".Ragas menatap intens Rali. "Dan anti sama gue".

Keduanya saling bertatapan, hingga Rali memutus tatapan mereka. "Ah akhir pekan nanti lo sibuk, gak?"

"Gak. Kan hari libur, Ral. Emang ke mana sih? Lo mau ajak gue kencan?"

Rali mendelik tidak suka membuat Ragas tergelak. "Gue mau liburan. Lo punya rekomen, gak?"

Ragas mengkerutkan keningnya samar, mencoba mengingat tempat liburan yang mengasyikkan. "Ah Pulau Cinta, di Gorontalo. Siapa tau aja dari sana kita bisa saling mencintai."

Kepala Ragas langsung ditoyor membuatnya kembali tertawa.

"Gimana? Mau gak lo?"

Rali terdiam sejenak. Tentu saja ia mau. Rali ingin menenangkan diri sejenak. Jadi, ia mengangguk.

EXONERATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang