Cintanya Tidak Akan Pernah Terbalas
.
.
.
My Romero
Ral di mana?
Kok gak ada di apartemen?Rali beringsut duduk hingga selimut melorot dari tubuhnya, ia melihat jam di poselnya, ternyata sudah pukul sepuluh malam. Mengumpat pelan, ia segera menghubungi Romero.
"Romi... I..."
Perkataan Rali berhenti saat mendengar suara di seberang sana. Bukan suara Romero.
"Kak Romero lagi ke toilet."
Wajah Rali mengetat penuh amarah, ia meremas pelan ponselnya. "Oh oke..." Setelah ia memutus sambungan.
"Kabarnya Romero gimana?"
Rali tersentak, refleks menoleh ke arah Ragas yang ternyata mengintip. Ragas menatap lugu Rali yang menggeram kesal.
"Dia belum balas cinta lo, ya?" tanya Ragas lugu. Seakan pertanyaannya tidak menyakiti Rali. "Ah kalau dia bales mungkin lo sekarang gak ada di atas ranjang gue. Iya, kan?"
Rali menampar Ragas hingga pria itu mengaduh pelan. "Oh shit! It's so hurt, Ral."
Rali mengabaikan Ragas. Ia segera turun dari ranjang lalu mengenakan kembali pakaiannya. Nanti saja ia mandi setelah tiba di unitnya.
"Lo mau pulang? Gak mau makan dulu?" ujar Ragas, ia ikut turun dari ranjang lalu memasang celana bokser untuk menutupi tubuh telanjangnya.
"Makan aja sendiri!"
Rali melampiaskan kekesalannya pada Ragas. Pergi begitu saja.
Rasanya masih saja sakit ketika mengingat jika Romero memiliki kekasih.
Ralat.
Calon istri.
Menghembuskan nafas kasar, ia berhenti dari aktivitasnya yang ingin melajukan mobil.
Lalu suara tawa terdengar. Diringi air matanya yang berlomba-lomba untuk berjatuhan.
Mengingat pertanyaan Ragas. Rali semakin merasa sakit.
Romero belum balas mencintainya?
Salah.
Pertanyaan Ragas salah.
Harusnya Ragas bertanya.
'Romero gak balas cinta lo?'
Harusnya seperti itu. Karena bertahun-tahun mereka bersahabat. Ada dalam suka maupun duka. Hampir setiap hari bekomunikasi, nyatanya tidak menimbulkan perasaan cinta pada Romero untuknya. Malah ia yang semakin mencintai pria itu.
》》《《
Mengetahui kode pintu unit apartemen Rali, Romero masuk begitu saja. Mengernyit saat melihat apartemen tersebut berantakan. Di ruang tengah berserakan pembungkus cemilan dan beberapa kaleng bir bekas.
"Rali!" panggilnya seiring langkahnya menuju ke kamar Rali, membuka pelan pintu tersebut. Kamar Rali begitu berantakan, seperti habis terkena puting beliung.
Semua peralatan make up berserakan di lantai, seluruh pakaian pun keluar dari lemari. Bahkan cermin lebar di kamar tersebut pecah.
Romero menatap punggung Rali yang sedang meringkuk membelakangi posisinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
EXONERATE
ChickLit[series3] #PROJECT 3 ___________ ⚠️21+ EXONERATE : "Bebas dari segala beban hidup yang selama ini dirasakan". __________ Copyright ©2021, NanasManis start [20/2/21] end [5/5/21]