16

8.3K 669 5
                                    

Menyapa, Hal Yang Sangat Mudah Diucapkan Dulu, Namun Sekarang Sangat Sulit

.

.

.

"Morning!" sapa Ragas riang menyambut kedatangan Rali di apartemennya. Tidak menyangka pujaan hatinya berdantang sepagi ini.

"Nafas lo bau, babi!" sentak Rali sembari menghantam kepala Ragas menggunakan paper bag yang ada di tangan kirinya.

Hendak masuk, tapi Ragas menahannya. Menghalangi pintu dengan tubuh pria itu.

"Eh? Kita ketemu di lantai dasar, ya? Di sana ada kafe. Sekalian kita sarapan bareng!"

Mata Rali memicing curiga. Tapi, ia mengangguk. "Okay!"

Hendak memutar tubuhnya, tapi segera ia menerobos masuk saat Ragas lengah membuat pria itu mengerang frustasi.

"Astaga! Nih tempat bener-bener kandang babi!" seru Ralu bergidik jijik melihat ruang tengah unit tersebut. Pakaian bekas Ragas ada di mana-mana. Lempar sana, lempar sini. Bungkus makanan dan minuman pun tidak dibuang pada tempatnya. Puntung rokok memang berada di tempatnya, tapi asbak tersebut telah penuh.

"Kan gue udah larang lo masuk!" Ragas berdecak kesal membuat Rali menoleh padanya.

"Gue kira lo sembunyiin cewek."

Ragas mendengus geli. "Lo cemburu?"

"Ya kali, Gas!" Lalu Rali melempar paper bag tersebut yang langsung ditangkap Ragas.

"Apa nih?" tanya Ragas seraya mengintip isi paper bag tersebut.

"Tuxedo buat kondangan Sadam dan Veya nanti. Lo jadi plus one gue!" ujar Rali tidak terbantahkan membuat Ragas melongo.

"Eh kok lo gak bilang dari awal?"

"Emang lo punya gandengan ke sana?"

Ragas menggeleng sembari menyengir. "Niatnya mau ajak lo duluan. Tapi, keduluan elo. Seneng banget gue Ral! Akhirnya gue punya gandengan kalau ke kondangan!"

Ragas memeluk paper bag tersebut, menyunggingkan senyum selebar mungkin yang membuat Rali bergidik jijik.

"Gue gak percaya sama omongan lo yang gak pernah punya gandengan kalau ke kondangan!"

Ragas tertawa. Rali tau saja dirinya.

"Ya udah deh! Gue balik!"

"Eh! Gak mau sarapan?!"

Rali yang telah melangkah, berhenti lalu menengok ke belakang. "Gue gak mau sarapan sama orang yang belum mandi. Entar gue kena sial!"

Ragas sekali lagi tertawa.

Lalu berhenti saat pintu kamar terbuka dan keluarlah sosok yang membuat ruangan tersebut seketika hening.

Rali menatap Harsa lalu Ragas. Kemudian ia tersenyum simpul. "Lo ternyata bisesksual ya, Gas?"

Ragas melongo mendengar perkataan Rali lalu menatap Harsa. Dan seketika mengingat jika ia pernah mengatakan pada Rali jika Harsa gay.

"Ngaco lo!"

"Serius lo biseks, Gas?" tanya Harsa dengan wajah datar.

Rali tertawa keras. Ragas mengumpat sekeras-kerasnya, sementara Harsa menatap kedua orang itu secara bergantian.

"Jangan sebar fitnah lo!" seru Ragas pada Harsa.

"Gue bukan lo!" balas Harsa lalu melenggang ke dapur. Mengabaikan Rali yang menatapnya. Seakan wanita itu tidak ada di antara mereka.

EXONERATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang