20

8.5K 690 11
                                    

Kata Maaf Begitu Berharga, Jadi Jangan Menyepelekannya

.

.

.

Pintu terbuka membuat Rali refleks membuka mata, menatap malas Harsa yang masih di posisinya lalu menatap ke arah pintu. Tatapannya berubah menjadi sangat-sangat malas. Jadi, ia membuang muka enggan menatap kehadiran Ragas.

Tentu saja Ragas terkejut akan kehadiran Harsa yang menemani Rali di ruangan ini. Ia menatap Harsa dan Rali secara bergantian.

"Kok lo ada di sini?" tanya Ragas dengan tatapan curiga, karena kemarin ia juga datang saat Rali tidur. Hanya Arka, asisten Rainer yang ia temui, sekaligus orang yang memberitahunya.

"Harusnya itu pertanyaan gue? Kenapa lo di sini?"

Kedua pria itu segera menatap Rali. Suara Rali hanya berupa gumaman karena tidak ingin terlalu menggerakkan mulutnya. Pipinya terasa nyeri jika ia berbicara.

"Ral... lo masih marah sama gue?" tanya Ragas dengan wajah memelas.

Rali enggan menatap Ragas. Muak menatap pria itu. Ingatan Ragas yang ingin memperkosanya muncul lagi.

"Mending gue keluar." Harsa siap berdiri, tapi tangannya dicekal Rali membuatnya mengernyit menatap wanita itu yang kini menatap Ragas.

"Arka belum nyuruh lo pergi. Jadi, lo tetep di sini, kan?" Rali menatap Harsa berujar sarkas.

Harsa hanya diam, ia pun kembali memeprbaiki posisi duduknya sembari melepas tangan Rali dari pergelangan tangannya.

"Ral, gue minta maaf...."

"Gas, lo tau makna kata maaf?" sela Rali, kembali menatap Ragas. "Lo minta maaf dan berjanji. Tapi, lo tetep ngulang kesalahan lo dan minta maaf lagi. Abis itu ngulang lagi kesalahan lo, terus minta maaf?"

Ragas bungkam menatap Rali.

"Maaf itu sesuatu yang berharga. Emang gampang banget ngomong maaf, tapi gak menjamin lo lakuin kesalahan itu lagi. Jangan disepelehin."

"Jadi... lo gak mau maafin gue, Ral?"

Rali mengendikkan bahu tak acuh, untuk kesekian kalinya membuang muka.

Ragas terdiam, menatap lamat-lamat Rali lalu menatap Harsa. Senyum getir terbit di bibirnya.

Menghela nafas pelan, ia kembali menatap Rali yang masih enggan menatapnya, "Apa lo sudah nemuin penggantinya?"

Rali hanya diam, jadi ia menambahkan, "Gue benar-benar gak bisa gantiin dia, meskipun kita udah lama saling mengenal. Dan seseorang yang baru aja lo kenal bisa gantiin dia. Kenapa lo jahat?" Barulah Rali menatapnya, begitu pun Harsa.

"I know, I'm bad, Ral. And I"m so sorry for everything. If you wont I go, okay I do it. Gue gak perlu khawatir kan lo sendirian karena udah ada yang nemenin lo?"

Setelah mengatakan hal itu Ragas keluar.

Rali masih di posisinya.

Harsa menatap Rali, lalu menunduk menatap kedua tangan wanita itu gemetar.

》》《《

"Ragas!"

Panggilan yang ditujukan padanya membuat langkahnya melambat yang sedang menuju lift. "Gas."

"Apa?"

Ragas berhenti berjalan dan memutar tubuh menghadap ke arah Harsa.

"Gue..."

EXONERATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang