08

8.1K 649 30
                                    

Menurutmu Tidak Baik, Belum Tentu Menurutku

.

.

.

Setelah menenangkan Romero dan menyuruh pria itu menunggu di mobil, sementara Rali kembali ke unitnya untuk mengenakan pakaian serta menyuruh Ragas pulang.

Rali dan Romero telah berada di salah satu restoran untuk menikmati makan siang. Keduanya benar-benar makan, tidak sedikit pun mengeluarkan suara.

Hingga Romero memecah keheningan setelah selesai makan. "Semalam kenapa langsung pulang?"

Rali berhenti mengunyah, ia meneguk air terlebih dahulu lalu tersenyum lembut. "Aku mau pamit kok, tapi kamu terlalu sibuk dengan Naina jadinya aku gak enak ganggu momen bahagia kalian."

Keduanya saling terdiam, mengunci tatapan masing-masing. Romero menghembusnkan nafas panjang. Membuang pandangan sejenak lalu kembali menatap Rali.

"Ral, dengerin aku baik-baik. Jangan terlalu deket sama Ragas. Kamu tau dia, kan?"

Rali hanya terdiam, sama sekali tidak merespon perkataan Romero. Membuat pria itu sekali lagi menghembuskan nafas panjang. "Ral..."

"Kalau kamu gak bolehin aku deket sama Ragas, kenapa kamu tetep biarin aku hubungin dia?" Rali menyela Romero. Mengingatkan jika Romero menyetujui menghubungi Ragas lebih dulu. Menyetujui ia kembali berhubungan dengan Ragas.

Romero tertegun sejenak lalu menggeleng pelan. "Ral, bukan itu maksud aku setuju kamu hubungi Ragas. Sadam kan minta tolong, ya udah kamu tolongi dia. Tapi, cuma sampai di situ. Minta Ragas buat ketemu Sadam, bukan malah kamu kembali temenan sama dia bahkan sampai melakukan hal 'lebih'!"

Kata demi kata yang keluar dari mulut Romero terdengar kalem dan begitu pelan. "Kamu bisa temenan sama siapapun, Ral. Tapi, Ragas? Dia bukan orang yang baik, kita tau itu. Jangan karena aku udah nikah, terus kamu udah gak anggap aku temen. Udah ngira aku gak peduli sama kamu. Gak ada waktu buat kamu. Please, Ral! Aku bakal selalu ada buat kamu!"

Rali tersenyum mendengar perkataan Romero. Hatinya menghangat. Memang pria itu melukai dan menyembuhkan hatinya dalam waktu bersamaan.

"Thank's Romi, kamu tetap menganggapku teman."

"Kamu ngomong apa sih, Ral? Kan aku selalu bilang, kamu adalah temanku selamanya."

Walau pedih mendengar kata 'teman', tapi Rali mencoba untuk tersenyum tulus, "Romi, menurutmu dia gak baik, tapi menurutku dia baik. Setiap orang memiliki perbedaan sudut pandang, bukan?"

》》《《

Romero tersenyum lembut melihat sosok istrinya yang sedang duduk di atas ranjang, masih ditutupi selimut.

"Dari mana?" tanya Naina dengan suara lembutnya yang begitu khas.

"Dari beliin kamu salep." Romero menghampiri Naina, duduk di tepi ranjang.

"Salep apa? Kok gak bangunin Naina sih? Tadi Naina kayak orang linglung nyariin kamu. Mana kamu gak bawa hape," gerutu Naina, menekuk wajahnya yang membuatnya semakin imut di mata Romero.

"Bawel!" Romero memberi kecupan singkat di bibir yang dimajukan tersebut membuat istrinya merona.

"Ih Naina belum sikat gigi tau!"

"Gak pa-pa. Cuma dikit kok bau jigongnya."

"Kak Romero ih!"

Romero tertawa membiarkan lengannya menjadi sasaran cubitan Naina. Lalu istrinya berhenti karena merasakan perih di inti tubuhnya.

EXONERATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang