Matahari bersinar cerah dan langit terlihat biru hari ini. Waktu telah bergulir cepat hingga tak terasa kini sudah waktunya berada di tahap kelas XII. Kelas tiga adalah kelas terakhir di MAN. Memang banyak sekali keluh kesah selama menjalani di IPA 1. Dari awal penyesuaian diri hingga beradaptasi dengan teman-teman kelas. Semakin bersama semakin tahu jati diri masing-masing. Mungkin beberapa masih banyak yang memakai topeng.
Senin, hari dimana upacara akan diadakan sebentar lagi. Tentunya semua orang lebih memilih untuk pergi ke sekolah secepatnya. Upacara memang bikin malas, apalagi kondisi matahari yang bersinar cerah dan terangnya. Sudah pasti produksi keringat meningkat hingga menimbulkan bau badan.
Gue memasuki gerbang sekolah memandang berkeliling, sebelah tangan terangkat ke mata untuk menahan sinar matahari. Ketika hendak memasuki kelas baru, sesuatu menangkap perhatian gue. Semua anak kelas gue memasuki kelas kami yang dulu. Gue menyipitkan mata untuk melihat lebih jelas.
Penasaran apa yang terjadi, ternyata anak-anak kelas gue mengambil barang-barang dari sana untuk dibawa ke kelas yang baru. Semua adik kelas disana hanya bisa terdiam. Gue terkikik geli melihat tingkah anak kelas yang tidak ingin rugi yang dulu membeli barang kelas pake uang kas. Dari sapu, jam, dan rak sepatu pun dibawa mereka ke kelas kami yang baru. Gokilnya mereka membawa dua kursi panjang yang harusnya milik Kakak kelas XII IPA 1 dan XII IPA 2 yang telah lulus.
"Eh anjrit curang bareng kalian dapat dua kursi!" salah satu cewek anak dari kelas XII IPA 2 merasa iri.
"Heh siapa yang cepat dia dapat, kalau mau ribut sini!" kata Abi dengan ngegas. Semua anak kelas XII IPA 2 tidak ada yang berani bersuara. Anak-anak cowok sekelas menyoraki Abi.
Melihat sosok Abi, tidak ada yang berubah. Wajahnya semakin songong dan menyebalkan. Jujur semua anak-anak cowok tambah tinggi. Cowok paling pendek adalah Aji, kini badannya sudah melampaui tinggi gue. Perubahan anak-anak cewek yang bisa dilihat mereka terlihat glowing dan mulai ngerti dandan.
Ketika ingin melepas sepatu di rak, mata gue terpaku pada sosok di samping gue. Bukannya melepas sepatu, kami fokus pada sepatu kami masing-masing. Ada hal yang ganjal, mengapa kedua sepatu kami sangat mirip, hanya ukurannya saja yang berbeda. Wajah gue mendongkak untuk melihat sosok tersebut, dia Glen yang hanya terdiam mematung.
Glen masih terlihat seperti dulu, walaupun gaya rambutnya kini agak berbeda dan wajahnya terlihat pucat dan lelah. Gue tidak tahu apa yang sedang dipikirkan Glen karena gue tidak bisa membaca apa yang tersirat di balik mata gelap yang menatap tajam itu.
"Anjrit sepatu couple!" Heboh Dinda.
Suara Dinda menyadarkan kami. Baik Glen dan gue tidak menjawab. Kami hanya bertatapan bingung. Semua anak-anak kelas mulai membicarakan sepatu kami dan menganggap lelucon di pagi hari. Sebelah alis Glen terangkat, dia segera melepas sepatu dan memasuki kelas. Gue menghela napas dalam-dalam dan memasuki kelas mengikutinya.
Suasana kelas baru terasa lebih nyaman, jujur kelas ini memiliki aura nyaman berbeda dengan kelas-kelas sebelumnya. Gue kebagian kursi paling belakang dan pojok kelas. Gue mendesah, mata gue tidak bisa melihat dengan jelas di papan tulis jika berada di sana. Setidaknya teman sebangku gue harus bersabar dengan gue untuk tahun ini.
Baru saja menghempaskan pantat di kursi, bunyi bel berbunyi disertai suara pengumuman untuk memasuki lapangan. Gue membuka botol minum tupperware yang berisi air putih hangat. Terasa cukup melegakan. Anak-anak terlihat terbirit-birit untuk mempersiapkan diri, sepertinya Bu Guru sudah turun tangan untuk menyuruh anak-anak cepat berbaris.
Gue bangkit dari kursi dan berjalan dengan langkah lebar ke pintu. Dan ketika membuka pintu dengan satu gerakan cepat, kami semua serentak terkesiap dan melompat mundur ketika Bu Guru muncul di hadapan dengan wajah menakutkan. Telinga gue sedikit sakit mendengar Bu Guru mengomel. Benar-benar mengejutkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
IPA 1
Non-Fiction[TRUE STORY] Cerita nyata mengenai anak MAN terutama anak IPA 1. Anak IPA? Mungkin dipikiran kalian anak IPA adalah anak kutu buku, serius, pintar, unggulan dan hal positif sebagainya. Disini gue yang bernama Sisy awalnya ngira begitu juga, pikiran...