Tidak biasanya langit hari ini terlihat cerah. Gue membuka jendela kelas dan menarik nafas dalam-dalam, mengisi paru-paru dan seluruh tubuh yang masih lemas dengan semangat. Namun karena masih pagi udara masih terasa dingin, gue cepat-cepat menggosok-gosok kedua tangan. Tiba-tiba mata gue mengarah kepada seseorang yang baru sampai dan gue pun terkesiap. "Oh, Tian,"
"Yo!" katanya membalas menyapa. Tumben Tian datang ke sekolah pagi-pagi.
"Tumben...gak seperti biasanya." sindir gue dengan nada mengejek.
"Jam gue error, kecepatan." gerutuan Tian membuat gue terbahak.
Gue mengambil sapu dan bersih-bersih di bagian kursi gue. Suara menderu kendaraan terdengar karena belakang kelas ada parkiran dan beberapa murid mulai berdatangan. Gue sendiri malah tertarik pada Tian yang sedang mengambil Laptop dalam tasnya.
"Tiannn..." kata gue dengan nada dibuat kayak anak-anak.
"Hmm?" katanya yang fokus menyalakan laptop.
"Lo pasti banyak punya anime, gue minta dong." sebenarnya gue malu minta sama Tian, tapi gue udah kehabisan stok anime di laptop.
"Boleh, sini mana flashdisk lo?" katanya enteng.
"Jinjja? Wait."
Gue buru-buru membanting sapu dari jauh menuju tempat asalnya. Gue tersenyum mengambil flashdisk dalam kotak pensil. Terlihat Tian membuka file yang berisi penuh anime. Gue melongo melihat judul-judul yang belum pernah ditonton.
"Ngapain nih?" Henry datang menghampiri kami.
"Sisy minta anime," jawab Tian santai.
"Rekomen Tian, gue sukanya kek fantasy pertualangan gitu pokoknya pemeran utamanya harus cakep." kata gue.
"Etdah," Henry geleng-geleng melihat gue.
Kami bertiga duduk berdekatan membahas beberapa anime yang lagi tenar sambil menunggu pengiriman selesai. Berteman dengan Tian dan Henry cukup mengasyikan. Kemungkinan kedepannya kami akan semakin akrab karena seputar obrolan kami sama.
Di dalam kelas gue merasa risih para boyband kembali bermain bola dalam kelas. Gue cukup takut sama bola karena dulu waktu kelas 1 SD kepala gue pernah kena bola hingga gue jatuh hampir pingsan. Harapan gue semoga ada guru yang lihat dan bolanya disita.
"Woi ketua MPK dicari!" tiba-tiba muncul anak agama teman dekatnya Henry dan Tian.
"O bentar, Henry temenin gue." Tian beranjak berdiri bersama Henry meninggalkan gue sendirian.
"Nanti kalau ada guru, laptopnya bawa aja ke maja lu ya Sy," kata Tian sebelum pergi. Gue mengangguk dengan patuh.
Saat ini posisi gue berada di barisan depan tempat duduk Tian. Gue yang merasa takut sama bola, membawa laptop Tian ke barisan paling belakang. Gue menyendiri dan fokus mencari anime-anime yang cukup menarik. Tiba-tiba kepala gue pusing, mungkin karena kurang tidur. Kebosanan mulai terasa karena tidak ada yang mengajak mengobrol dan pengiriman file masih belum selesai.
DUAKKKK
Kepala gue yang awalnya pusing jadi tambah pusing karena kepala gue saat ini terkena bola. Rasanya sakit dan gue mencoba menutup wajah gue karena malu dipandang oleh seluruh kelas. Para boyband berdatangan menghampiri gue, gue bingung dan malu. Kepala gue yang terasa sakit malah membuat gue ingin nangis. Para cewek semuanya berteriak memarahi para boyband.
"Reza yang nendang!" Abi menyalahkan Reza.
"Reza lo tanggung jawab!" Aji juga berteriak.
"Sy maaf, lo gak papa?" kata Reza. Gue masih menutup wajah gue karena malu. Gue takutnya kalau gue membuka wajah malah tiba-tiba nangis karena kepala gue masih berdenyut sakit. Kurang ajar memang Reza pengen gue tampol kepalanya ratusan kali karena membuat gue berada di situasi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
IPA 1
Non-Fiction[TRUE STORY] Cerita nyata mengenai anak MAN terutama anak IPA 1. Anak IPA? Mungkin dipikiran kalian anak IPA adalah anak kutu buku, serius, pintar, unggulan dan hal positif sebagainya. Disini gue yang bernama Sisy awalnya ngira begitu juga, pikiran...