Suara beker memecahkan mimpi aneh gue tentang sekolah. Setengah jiwa berusaha mematikan beker yang kini menunjukkan pukul empat sore. Mimpi yang benar-benar aneh. Masih teringat jelas, gue bermimpi Rhys dan Arsen memakai pakaian ala negara Arab ke sekolah. Mereka bertarung dengan menaiki Burung Unta.
Ia disambut besar-besaran oleh warga sekolah layaknya raja yang dihormati. Pemenangnya adalah Rhys. Disitu gue jadi penonton dan melihat para babunya yang disuruh membentangkan karpet merah saat ia lewat. Lalu Rhys menghampiri seorang gadis yang sudah berdiri menunggunya di ujung karpet merah. Setelah itu ia melamarnya dan gue terbangun. Entah siapa gadis yang dilamar itu. Gue tidak peduli.
Gue mengambil air putih yang sudah tersedia di samping tempat tidur gue. Cukup menyegarkan setelah meminumnya.
Hari ini adalah hari Minggu, gue menyalakan beker karena mau tidur siang dulu kemudian lanjut untuk menepati janji dengan Bintang dan Clarisa ke tempat makan ala Jepang. Pagi tadi gue full belajar jadi kelelahan dan ingin tidur siang.
Drrttt, hp gue bergetar di atas meja belajar. Gue bersusah payah mengambilnya dan melihat siapa orang yang menelphone. Gue membulatkan mata kenapa Bintang secepat ini menghubunginya. Waktu bertemu harusnya 1 jam lagi, bisa dibilang masih cukup untuk bersiap-siap. Setelah berpikir, gue menggeser tombol warna hijau dengan bingung.
"Ha-halo?" kata gue dengan suara serak habis bangun tidur.
"Aaaaaaa..." itu suara Bintang yang terdengar senang sambil berteriak. Sepertinya ia baru saja kerasukan.
"Lo kenapa?"
"Buruan lo cek Ig!" katanya.
"Oke, bentar."
Deg
Mata gue langsung segar ketika melihat notif ig hari ini. Demi apa, Rhys ngetag gue di Story Instagramnya. Jantung gue berdebar ketika menyiapkan diri untuk membuka story-nya. Terlihat jelas, wajah gue ada di Story Instagram. Iya wajah gue.
"Ini masih mimpi ya?"
"Nyata!" kata Bintang.
Rhys memasang foto gue dan mengucapkan selamat ulang tahun. Bukannya apa, Rhys ini jarang bikin story instagram. Apalagi setahu gue ini pertama kalinya foto cewek debut di akun Instagramnya.
"Lo ya yang ngasih tahu ultah gue?"
"Gimana ya, kemaren itu lagi bahas Reza sama Rhys. Terus tiba-tiba aja kebahas elo, ya gue canda aja bilang ultah lo deket lagi."
"Gue malu foto gue dipajang di akunnya,"
"Gue juga kaget sampai segitunya,"
"Yaudah kita lanjut bahas di tempat janjian aja daripada bahas di telpon," kata gue karena cukup membuang waktu berbincang di telpon.
"Oke,"
Gue mematikan telpon dan termenung sebentar. Perlakukan Rhys kali ini membuat gue berpikir keras. Gue menggeleng cepat. Gue hampir kepedean kalau Rhys naksir gue.
"Gak mungkin," gue menepuk pipi gue untuk sadar akan kenyataan.
Dengan setengah hati gue berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan berharap beban batin hanyut dengan guyuran air yang sejuk ini. Sesudah berganti pakaian dan mempersiapkan segala, gue pun memandangi cermin.
KAMU SEDANG MEMBACA
IPA 1
Non-Fiction[TRUE STORY] Cerita nyata mengenai anak MAN terutama anak IPA 1. Anak IPA? Mungkin dipikiran kalian anak IPA adalah anak kutu buku, serius, pintar, unggulan dan hal positif sebagainya. Disini gue yang bernama Sisy awalnya ngira begitu juga, pikiran...