Bagi anak yang duduk di pendidikan akhir SMA, tentunya kesibukan kelas 12 akan membabi buta. Dimana orang-orang akan mempersiapkan diri buat menghadapi berbagai ujian masuk PTN, seperti SBMPTN dan Ujian Mandiri dari sekarang. Tugas kelompok, laporan kelompok, presentasi, ulangan harian menjadi momok yang cukup memusingkan.
Kelas 12 itu berangkat sekolah pagi pulang malem, di rumah cuman numpang mandi sama tidur doang. Tiada hari tanpa tugas. Hal yang harus dilakukan adalah mengurangi melakukan sesuatu yang kurang penting seperti main game, jalan bersama teman-teman dan sebagainya. Setidaknya juga harus mencari tahu jurusan dan kampus mana yang diidamkan dan inginkan.
Jujur, gue gak tahu cita-cita jadi apa. Dulu impian gue berubah-ubah sesuai mood, contohnya kadang ingin jadi Guru, kadang Polwan, kadang Perawat, kadang Pramugari dan kadang jadi Dokter. Tidak ada pendirian tetap. Kalau boleh milih gue pengen kembali jadi anak kecil aja yang tidak tahu dunia luar sekeras ini.
Pernah berkhayal atau berkeinginan untuk kembali ke masa lalu? Mungkin ini terdengar sangat gila, karena sangat tidak mungkin untuk orang pergi ke masa yang sudah sangat lampau. Bayangan orang jika mendengar kata "Nostalgia", mungkin sebagian besar adalah mengingat atau mengenang masa lalu dengan bercerita atau menonton video jaman dulu.
Pikiran kita saat masa kecil, ingin cepat dewasa karena bisa mencari uang sendiri dengan harapan bisa lebih bahagia dari sebelumnya. Namun kenyataannya banyak orang yang ingin kembali ke masa lalu tepatnya masa kecil karena tidak perlu memikirkan hal rumit yang sebagian besar dialami oleh orang dewasa.
Gue menghela nafas berat dan merebahkan kepala di atas meja. Dunia yang cukup rumit.
"Kenapa Sy?" tanya Rinna terheran-heran.
"Gue mulai lelah," Ucap gue.
"Hmm, kayaknya semua orang gitu deh." kata Rinna.
Tak lama Arsen memasuki kelas dengan sigap mengambil spidol untuk menulis di papan tulis. Gue mengulum bibir, beberapa hari ini gue berhasil menghindari Glen dan Arsen. Suasana kelas sepertinya kembali normal. Mau bagaimana lagi, gue ingin menghindari masalah.
"Bu guru hari ini tidak masuk, kita ada tugas Kimia dan harus selesai hari ini untuk dikumpulkan." kata Arsen.
Gue mangut-mangut mengerti dan tidak sengaja bertatapan mata dengannya. Mata gue langsung menghindar dan mencoba sibuk membuka buku pelajaran. Tugas hari ini cukup sulit, otak gue entah kenapa menjadi pusing.
Terlihat beberapa anak cewek mendekati Arsen, mereka minta bantuan kepada Arsen karena soal Kimia saat ini cukup susah. Arsen tersenyum ramah dan bersedia membantu. Dulu gue juga pernah bertanya kepada Arsen kalau ada tugas yang sulit, namun sekarang gue gengsi dan tidak mau minta bantuannya.
Gue mengambil buku pelajaran dan keluar dari kelas. Suasana kelas tidak tenang membuat gue jadi terganggu. Gue duduk di kursi panjang samping kelas yang berdekatan dengan kelas XII IPA 2. Kursi ternyaman di masa sekolah, dimana ada pohon besar melindungi hingga angin sepoi-sepoi menyertai.
Ada berbagai alasan berbeda mengapa kimia dipandang sebagai mata pelajaran yang sulit untuk dikuasai. Tingkat kesulitas cukup high karena mempelajari rumus, harus hapal simbol-simbol di dalamnya, menguasai ilmu Termodinamika, Stokhiometri, bahkan Kimia Fisika. Waktu pun akan tersita cukup banyak karena membutuhkan konsentrasi lebih. Tugas hanya sedikit tetapi cara mengerjakannya yang panjang.
Gue mulai mengerjakan dengan tenang sambil membolak balik kertas untuk melihat contoh cara pengerjaannya. Gue berdengus kesal karena merasa cara pengerjaan gue salah.
"Kenapa manyun manyun begitu, bebek lo?"
Terlihat Rhys datang dari arah kelas XII IPA 2. Gue memutarkan bola mata dan malas melihatnya. Akhir-akhir ini kita memang cukup dekat karena sering main game.
KAMU SEDANG MEMBACA
IPA 1
Kurgu Olmayan[TRUE STORY] Cerita nyata mengenai anak MAN terutama anak IPA 1. Anak IPA? Mungkin dipikiran kalian anak IPA adalah anak kutu buku, serius, pintar, unggulan dan hal positif sebagainya. Disini gue yang bernama Sisy awalnya ngira begitu juga, pikiran...