Dua minggu telah terlewati dengan begitu cepat. Selama ini gue menjalani hari tanpa rintangan. Namun pagi hari itu gempar berita panas yang mengatakan Aji telah jadian dengan seseorang. Bukannya gue cemburu ataupun sakit hati. Namun gue merasa malu, Aji yang selalu menempel tiap hari ke gue malah jadian dengan cewek lain.
Anak satu kelas pasti berpikir sungguh kasian Sisy dijadikan mainan Aji. Selama ini Aji suka menggoda gue seperti tantangan yang menarik untuk ditaklukan. Dia hanya penasaran dan ingin mempermainkan. Aji terlihat sengaja memanfaatkan keahliannya untuk menarik lawan jenis sekadar memuaskan ego. Orang-orang seperti ini mengukur daya tarik mereka dengan banyaknya orang yang tertarik pada mereka. Mereka hanya ingin mendapatkan perasaan yang dikagumi dan diinginkan.
Lucunya pacar Aji adalah Putri anak kelas ini juga. Harusnya dia sadar tiap hari Aji suka menggoda gue tanpa henti. Gue tidak peduli kalau Putri yang bisa mendapatkan Aji. Lagipula Aji bukan tipe gue dan hanya angin lewat di kehidupan gue. Cuman, pandangan anak satu kelas sedikit menjengkelkan.
Suasana ini sungguh tidak enak ditambah cuaca di luar terlihat mendung. Tidak ingin fokus pada Aji, gue mengalihkan pikiran pada pelajaran. Ada tugas kerja kelompok yang bikin gue bingung. Perlahan gue mengambil buku dalam tas dan mencoba memahaminya lagi.
"Kenapa Sy?" tanya Arsen yang duduk di depan gue. Gue baru ingat Arsen masuk dalam kelompok gue.
"Arsen, gue bingung bagian yang ini."
Arsen dengan lembut menjelaskan ke gue. Arsen dilihat dari dekat ternyata lumayan juga, kulitnya hitam manis dan matanya kecil. Lucunya Arsen setiap di dekat gue seperti canggung dan tidak nyaman. Entah apa yang membuatnya begitu.
Aji yang sadar gue dan Arsen sibuk membahas pelajaran berdua, berjalan mendekati kami. Dia menyapa sok asik, namun hanya Arsen yang menanggapi. Gue hanya berdehem tanpa melihat wajahnya.
"Sy kok mukanya gitu?" kata Aji.
"Hm? Lagi sibuk." kata gue.
"Udah sono, urusin pacar baru lo." kata Arsen ikutan kesal. Merasa keberadaannya tidak diinginkan, Aji pergi meninggalkan kami.
Tak lama, datang lagi seseorang tidak diundang. "Ehem ngapain nih?", Bintang tiba-tiba nimbrung ke tempat kami.
"Tugas minggu kemarin," jawab Arsen.
"Masih lama? Itu si Rhys ngajak mabar." kata Bintang.
"Anjrit tu anak game terus hidupnya." kata Arsen geleng-geleng kepala.
"Biasalah. Push rank sampe mitik." kata Bintang.
"Emang apa serunya tuh game?" kata gue penasaran.
"Eh lu tertarik main? Coba download aja mobile lagend. Dijamin seru, entar gue ajakin mabar terus." kata Bintang menggebu-gebu.
"Jangan mau Sy, entar gila." kata Arsen.
"Idih, lu mah gak asik! Sy kalo lu main, si Arsen kami buang." kata Bintang.
Gue hanya tertawa. "Iya, entar gue main."
"Beneran? Bagus deh! Entar kita main full tim sama Rhys, Clarisa dan Reza." kata Bintang kesenangan.
"Sumpah berisik banget lu." kata Arsen.
"Wah marah ya gue gangguin lu berduaan? Gue mendukung kok, kalian berdua cocok." kata Bintang cekikikan.
Gue melongo. Arsen tidak menghiraukan ucapan Bintang. Tak lama Bintang menulis coretan di kertas dengan tulisan Arsen love Sisy di meja kami. Gue dan Arsen saling pandang, bingung ingin berkata apa. Bintang langsung kabur begitu saja sambil tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
IPA 1
Saggistica[TRUE STORY] Cerita nyata mengenai anak MAN terutama anak IPA 1. Anak IPA? Mungkin dipikiran kalian anak IPA adalah anak kutu buku, serius, pintar, unggulan dan hal positif sebagainya. Disini gue yang bernama Sisy awalnya ngira begitu juga, pikiran...