ToD yang merupakan kepanjangan dari Truth or Dare (jujur atau berani) adalah sebuah permainan "ekstrim" yang tentunya sudah tidak asing lagi bagi kalian. Ekstrim yang dimaksud disini bukanlah hal yang menguras tenaga ataupun berbahaya, tapi akan menantang kepribadian dan mental kita.
Sebuah permainan ToD yaitu ketika kita disuguhkan 2 buah pilihan, menjawab segala pertanyaan dengan jujur atau harus melakukan apapun yang disuruh. Sungguh sebuah pilihan yang benar-benar menguji kepribadian dan mental karena kita tidak bisa menolak ketika mendapatkan giliran dalam permainan ToD.
Kala itu permaianan ini belum populer dan meluas. Seorang anak baru yang memperkenalkannya kepada kami. Dia bernama Bintang, seorang gadis yang cukup cantik dan manis. Bintang adalah anak pindahan dari luar kota, wajahnya mirip artis. Dia sering tersenyum dan membuat gue memiliki niat pertama kali menyapanya.
Hari pertama dia datang ke kelas, sangat mencuri perhatian. Apalagi cowok-cowok di kelas yang ketara sekali mencuri-curi pandang ke arah Bintang. Bintang duduk di barisan belakang gue, membuat kami semakin akrab.
"Warning! Hari ini Ibunya gak masuk karena sakit-"
"HOREEE!!!" Abi berteriak histeris, padahal Emma belum selesai ngomong. Anak-anak yang lain malah geleng-geleng kepala dan ada juga yang tertawa.
"Eh lu, Ibu sakit malah dibilang hore! Kualat lo." Dwi memarahi Abi.
"Eh, astagfirullah." Abi mengelus dadanya beberapa kali. Anak-anak mulai menyumpahi Abi.
"Sudah-sudah! Jangan bahagia dulu teman-teman, kita dikasih tugas halaman 14. Besok dikumpul." Emma menulis di papan tulis dengan spidol.
"Ah, itu mah gampang. Ya gak Bi?" kata Reza.
"Yoe!"
"Main dah main!" ajak Aji. Para cowok mengangguk setuju dan mulai mojok di belakang kelas.
Seperti biasa kebiasaan anak cowok di kelas kalau gak ada gurunya mereka bakal main game di pojok kelas. Mereka akan berkata kasar dengan mengumpat sambil tertawa tidak jelas. Memang membuat risih. Ngomong-ngomong Arsen sudah kembali masuk ke kelas. Dia bergabung bersama mereka untuk bermain game. Sepertinya keadaannya mulai membaik.
Gue sendiri mendekati Bintang sambil berbincang-bincang ringan. Orangnya mudah terbuka dan ramah kepada siapa aja. Anak-anak cewek pun mulai menghampiri kami untuk ikut bergabung dalam obrolan. Tiba-tiba Bintang mengusulkan permainan ToD yang belum pernah kami dengar sebelumnya.
"Kita pake botol terus diputar, nanti yang kena ujung botol milih truth or dare." kata Bintang menjelaskan. Semua anak cewek mengangguk setuju dan bersedia ikut bermain.
"Kita bikin lingkaran dulu, eh kita duduk depan aja. Di belakang berisik," sindir gue melirik anak-anak cowok di belakang. Kata-kata berisik gue tekankan agar mereka lebih tersindir. Anak-anak cowok otomatis melihat gue dengan kernyitan.
"Yok dah ke depan!" ajak Emma.
Semua anak-anak cewek mulai membuat lingkaran dan botol tupperware gue berada di tengah-tengah siap untuk diputar. Bintang mulai memimpin permainan tersebut dan memutar botol dengan kecepatan sedang. Mata kami semua fokus pada botol yang berputar dan berharap ujung botong tidak berhenti ke arah kami.
"Aaaaahahaha!"
"Emma kena!!!"
"Wah, Emma!"
"Uwaaaaaa!!!"
"Hayoloh, truth or dare?!"
"Aowkwowkokwk!"
"BERISIK!" salah satu cowok di belakang mengeluarkan suara karena kami ribut. Gue ngelirik ke belakang, ternyata Aji yang mengatakan itu. Dia ngelirik gue sambil menahan tawa, terlihat bahunya naik-turun.
KAMU SEDANG MEMBACA
IPA 1
No Ficción[TRUE STORY] Cerita nyata mengenai anak MAN terutama anak IPA 1. Anak IPA? Mungkin dipikiran kalian anak IPA adalah anak kutu buku, serius, pintar, unggulan dan hal positif sebagainya. Disini gue yang bernama Sisy awalnya ngira begitu juga, pikiran...