DUK
"Aduh!"
Hampir aja kepala ini jadi korban hantaman benda bulat bernama bola yang meluncur deras ke arah gue. Hampir, karena benda itu cuman nyerempet bahu kanan. Mata gue melotot ke arah Abi, Bima, Glen dan Aji.
"Sorry," ujar Bima cowok satu kelas yang datang menghampiri mengambil bola.
"Kenapa sih harus main di kelas? Kan bisa diluar."
"Kan ini bukan jam istirahat, jadi kami main di kelas." kata Abi menantang.
"Nah lu tahu ini bukan jam istirahat, kenapa malah main."
"Ya, terserah gua!" kata Abi berkacak pinggang.
"Janji Sy bolanya gak bakal menghantam lo." kata Aji memohon. Gue langsung memalingkan wajah dengan kesal.
"Ketua kelasnya juga gak becus," sindir gue dengan pelan.
Arsen yang sibuk membaca pelajaran, langsung menghentikan bacaannya dan melirik ke arah gue. Gue pura-pura membaca buku seolah tidak pernah berbicara begitu. Arsen menghembuskan nafasnya pelan dan merapikan bukunya.
"Maen bolanya diluar aja, takutnya kena anak cewek." tegur Arsen dengan suara lantang.
"Gak bakal kena ini, Arsennn." kata Reza meyakinkan.
"Bukannya udah berapa kali kena anak-anak cewek ya?" kata Arsen.
"Itu kan dulu," kata Abi.
"Lah gua tadi apaan yak?" tanya gue kesal.
"Nah itu kan tadi, sekarang itu now." kata Abi. Glen, Bima dan Aji langsung tertawa karena ucapan Abi tidak jelas.
"Otak gesrek ya gini! Itu bola sekali lewat dihadapan gue sita!" kata Dwi yang sudah tidak tahan lagi membantu gue.
"Coba aja kalau berani," kata Abi enteng.
Abi tidak menyangka Dwi langsung menghampirinya dengan tergesa-gesa, Abi langsung membawa bola naik ke atas meja. Lagi-lagi Abi mengeluarkan jurus andalannya. Ia berlari-lari di atas meja dan Dwi mengejarnya dari bawah.
Hal lucu terjadi, Dwi mengambil sapu dan melemparnya dengan ganas ke arah Abi. Abi langsung turun ke bawah dan mengaduh kesakitan. Abi ingin berlari namun ia berada di pojok kelas hingga membuatnya tidak bisa bergerak.
"Mau kemana lo hah?" tantang Dwi.
"Tolong! Tolong!" Abi berteriak.
Dwi langsung mencubit lengan dan pinggang Abi hingga membuatnya berteriak menahan kesakitan. Anak sekelas hanya tertawa bahagia melihat penderitaan Abi.
"Glen! Bima! Aji! Serang Dwi! Gue dilecehkan." kata Abi minta pertolongan. Glen, Bima, Aji mendekati Dwi dengan takut.
"Berani maju, nasib kalian sama kaya Abi!" Dwi memperingati mereka bertiga.
Glen, Bima, dan Aji geleng-geleng kepala dan berlari meninggalkan Abi. Dwi tersenyum puas dan melanjutkan siksaannya. Abi tidak berani melawan dan hanya pasrah. Jika ia melakukan sesuatu pada Dwi, pasti akan dilaporkan kepada Orang tuannya.
***
Jam istirahat telah berbunyi dari tadi. Seperti biasa, kebanyakan anak kelas XII IPA 1 tidak ke kantin. Mereka sudah membawa bekal masing-masing. Kami menyatukan meja hingga membuat lingkaran untuk makan bersama.
Namun gue cukup heran, Arsen gabung dalam makan bersama kali ini. Kebetulan gue dan Arsen berhadapan. Gue melirik pelan Arsen, mukanya memang cocok jadi pengurus OSIS. Kelihatannya OSIS memang sibuk, namun gue yakin ada pengurus OSIS cuman buat ajang eksis, biar kelihatan keren dan mondar-mandir keluar kelas di jam pelajaran dengan alasan tugas OSIS. Kebanyakan pengurus OSIS memang seperti itu, tapi kalau Arsen masih bisa dipercaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
IPA 1
Non-Fiction[TRUE STORY] Cerita nyata mengenai anak MAN terutama anak IPA 1. Anak IPA? Mungkin dipikiran kalian anak IPA adalah anak kutu buku, serius, pintar, unggulan dan hal positif sebagainya. Disini gue yang bernama Sisy awalnya ngira begitu juga, pikiran...