[BONUS 1]

755 74 21
                                    

[EDISI MALAM JUM'AT]

Ayeaye ini bukan lanjutannya guys cuman bonus untuk membuang kejenuhan kalian. Cerita ini adalah kisah nyata aku juga namun agak....ya begitulah. Tidak usah banyak basa-basi lagi, cekidot!!!

.

.

.

.

.

Hantu? Bisa dibilang aku paham arti makna itu agak terlambat. Kalau tidak salah waktu SMP aku baru menyadari hantu itu termasuk dalam hal yang menakutkan. Aku bukan indigo atau sesuatu yang lainnya. Hanya saja aku bisa melihat mereka sejak kecil sampai kelas 6 SD. Seterusnya, aku tidak bisa melihat lagi, hanya gangguan mereka yang kurasakan sampai sekarang tanpa bisa melihat lagi seperti dulu.

Ingatan-ingatan saat melihat 'mereka' mulai buram. Entahlah aku juga tidak mengerti. Aku mudah melupakan hal seperti itu. Jadi aku akan membuat beberapa bonus yang mengisahkan masa-masa yang hanya kuingat. Bonus kejutan ini akan selalu datang hanya pada malam Jum'at.

Hal ini terjadi sebelum aku memasuki Sekolah Dasar. Kalau tidak salah aku masih TK. Saat itu aku dan keluargaku pergi ke kampung untuk menemui keluarga dari Ibuku. Aku dipertemukan dengan banyak sepupu yang memiliki umur jauh di atasku. Mereka rata-rata sudah berada pada tahap SD dan SMP.

Malam itu tepat pada malam Jum'at, aku tidak bisa tidur. Aku pergi ke ruang tamu dan bertemu beberapa sepupuku menonton film Horror. Aku duduk di samping Kakak perempuanku yang menonton dengan tegang. Mataku mengarah ke lain dan semuanya berwajah tegang, hanya diriku yang menonton tanpa takut dan tidak mengerti apa yang ditakutkan. Ini adalah pertama kalinya aku menonton film horror. Jadi aku benar-benar tidak mengerti apa-apa tentang hantu

"Aaaaa!!!" semuanya berteriak. Yah, disana muncul sosok yang sedikit menyeramkan di tv. Tapi tidak membuatku terkejut dan itu tidak terlalu menakutkan. Aku hanya terkikik geli melihat para sepupuku.

"Kak itu apa namanya?" tanyaku melihat sosok "you know lah berbentuk guling". Kakakku pun menjawabnya dengan nada menakutiku. Aku hanya melongo dan tidak merasa takut samasekali.

Jam sudah menunjukkan jam dua belas malam. Kami pun mengakhiri nobar maljum tersebut. Para sepupuku masih ketakutan dan menghampiri orang tuanya masing-masing. Ah, sekali lagi aku terkikik geli.

"Hayo loh gak bisa tidur." kata Ibuku.

"Nggak takut, biasa aja." jawabku bangga. Kami pun siap menuju alam mimpi.

***

"Nak bangun."

Aku terbangun saat Ibuku membangunkanku. Sungguh aku tidak mengerti, matahari belum muncul mengapa aku dibangunkan. Kulihat orang tuaku sudah menyiapkan barang-barangnya.

"Kita pulang."

Aku benci pulang ke rumah pada jam segini. Orang tuaku punya kebiasaan kalau pergi dari perjalanan jauh harus jam empat atau lima pagi. Katanya sih enak perjalanannya karena tidak terlalu macet. Aku masih ingin istirahat dan tidur nyenyak. Ah, menyebalkan.

Jadilah kami pergi dengan menaiki mobil. Aku tidak bisa tidur lagi. Mataku fokus pada jalanan gelap yang kami lewati. Di kampung ini rata-rata rumahnya memakai bahan kayu. Entah kenapa aku suka melihat rumah-rumah kampung seperti ini, tampak adem dilihat.

Tiba-tiba kami melewati jalanan yang berlubang hingga mobil kami mengurangi kecepatannya. Mataku fokus pada semak-semak belukar yang tumbuh dengan subur. Mataku mengernyit melihat bangunan putih yang cukup besar. Bangunan rumah itu terbuat dari beton dan memiliki lantai dua bertingkat. Cukup aneh, karena di kampung ini tidak ada bangunan rumah yang menggunakan beton.

Rumah itu dililiti oleh akar-akar tumbuhan yang entah apa namanya. Tumbuhan itu seperti menyelimuti rumah tersebut. Anehnya, aku bisa melihat isi dari rumah tersebut padahal aku hanya melihat dari luar. Di dalam sana, terdapat sofa dan meja ruang tamu yang kusam terletak pada lantai satu. Di lantai dua terdapat sebuah kamar bersama perabotan lainnya.

Ada dua sosok disana. Di lantai satu terdapat sosok 'guling' yang mirip dengan apa yang kutonton bersama para sepupuku. Di lantai dua juga terdapat sosok 'guling' juga. Perbedaannya, di lantai satu wajahnya agak lebih menakutkan daripada di lantai dua. 'Guling' di lantai satu memiliki mata merah menyala.

"Ma, coba lihat! Disana aku lihat sesuatu!" Aku menarik baju Ibuku dan menyuruhnya melihat ke arah sana.

"Ada apa? Gak ada apa-apa tuh!"

"Coba lihat! Mereka mirip sama yang aku liat di tv malam tadi!" paksaku.

"Gak ada!"

"Ada! Kata kakak namanya 'guling', iya bener ma."

"Astaga! Anak ini melantur. Sudah tidur saja. Baca doa."

Aku mengerucut sebal, mataku beralih ke mereka. Entah apa yang mereka lakukan disana. Mereka hanya berdiri diam tanpa melihatku. Tiba-tiba sosok dilantai dua menghilang dan muncul sekejab di lantai satu. Dua sosok itu saling bertatapan satu sama lain. Ah, aku tidak bisa melihat mereka lagi karena mobil semakin melaju menjauh. Padahal aku ingin melihat mereka lagi.

Aku menghembuskan nafas pelan dan berniat tidur. Sepertinya itu tidak penting diceritakan kepada orang lain. Lagian Ibuku sendiri tidak tertarik untuk mendengarnya.

Besoknya aku hanya menceritakan rumah besar itu tanpa memberitahukan sosok tersebut kepada Ibuku. Tapi anehnya Ibuku tidak pernah melihat bangunan tersebut di perjalanan. Lalu apa yang kulihat itu? Ah sudahlah.


TBC

IPA 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang