#49

1.4K 225 53
                                    

Selamat malam semuanyaaa 🥰

Maaf minggu lalu nggak sempet upload karena masih sibuk sama kerjaan.

Aku punya saran nih,

Kalo emang udah rada lupa sama alurnya, ayo baca lagi part sebelumnya buat ngebuka memorinya lagi. Hehehe...


Kalian tetep dukung cerita ini ya dengan cara VOTE & KOMEN seperti biasa  🙏

Soalnya aku juga seneng baca komen kalian 🥰

Ceritanya jangan di Bully yaaa...

Di tinggalin aja kalo emang nggak suka 😁

Keep enjoy guys!






























AUTHOR POV


Sinar mentari masuk dan menyinari kamar Yoongie. Namun gadis itu masih terlelap di pelukan seseorang. Seseorang yang memeluknya sudah membuka matanya sekitar tiga menit yang lalu. Dia mengumpulkan kesadarannya sembari menatap sayu Yoongie yang belum bangun.

"Sungguh kasihan kakakku ini. Matanya sembab banget, eh sembab sekali..." Benar, karena menangis semalaman, mata Yoong menjadi sembab.

Ital yang sudah menyayanginya terlalu dalam itu mulai menyentuh pipi Yoongie. Dirinya merasa bersyukur bisa menjadi adik kandung Yoongie.

"Apabila ada manusia yang menyakiti kakak, maka aku akan menghajarnya..." Gumam adik cantik Yoong itu yang masih saja berbahasa baku sebagai hukuman dari kakek dan neneknya.





























Hari ini hari rabu.

Ital sedang bersiap-siap di kamarnya. Dia harus melanjutkan magangnya yang tersisa tinggal seminggu lagi itu. Dia membuka tirai jendela dan melihat ke arah sebuah rumah yang dia yakini adalah milik orang yang menjadi dalang dari hukuman yang di jalaninya.

"Apakah keluarga psikopat itu sudah bangun?" Maksudnya adalah Taeyeon dan anak istrinya.

"Kali ini harus bener-bener jadi anak yang sopan biar Taeyeon-ssi memberikan aku nilai yang sangat memuaskan." Gumamnya yang semangat untuk menjalani hari ini.














Tanpa berlama-lama, Ital segera keluar kamar. Lalu dia berjalan menuju Mamih dan Papihnya yang sedang membuat sarapan di pantry.

"Pagi wahai Ayahanda dan Ibunda tercinta?!"

"Pagi, sayang... Hm, wanginya~ Rapi banget lagi." Yuri segera menghampirinya dan mengecup jidatnya.

"Sarapan dulu, nak." Ajak Jessica.

"Apakah menu hari ini spesial wahai Ibunda?"

"Hmm, nasi goreng sama telur mata sapi doang sih." Jessica balik ke pantry dan membantu Yuri.

"Susu cokelat ananda ada, tidak?"

"Ananda? Siapa tuh? Temen kamu?" Tanya Yuri.

"Maksudnya susu coklatnya dia, Seobang-ah." Jessica terkekeh.

"Ooh, ada lah sayang.. Ini lagi Papih bikinin."

"Baiklah, Ayah. Ananda berterima kasih sekali."

Melihat respon ital yang berbicara sangat sopan, Yuri dan Jessica sejenak lirik-lirikan bingung karena belum terbiasa menerima perubahan tingkah laku Ital yang signifikan.

Anak YulsicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang