Chapter 17

138 55 405
                                    

Shelina menghidupkan lockscreen-nya, melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 06.35. Seharusnya, Gavin menjemputnya 10 menit yang lalu.

Gadis itu berada di teras rumah, menunggu Gavin yang biasa menjemputnya. Decakan keluar dari mulutnya, tak biasanya Gavin seperti ini. Dia tak memberi Shelina kabar.

Merasa gondok karena tak kunjung datang, Shelina memutuskan memesan layanan ojek online. Lima menit berselang, ojol yang dipesannya pun datang. Kemudian Shelina duduk di jok belakang motor dan si abang ojol menggas motornya ke sekolah.

Untung saja sampai disana Shelina belum telat. Kakinya melangkah menaiki tangga dengan pikiran yang berkelana. Gadis itu memikirkan tentang pesan semalam. Nomor yang masih sama dengan yang mengiriminya pesan akhir-akhir ini.

Saat berbelok ke koridor kelas 11, Shelina tak sengaja menabrak bahu seseorang yang berjalan berlawanan arah dengannya. Ia terkesiap, apalagi buku-buku yang berjatuhan di sekitarnya.

Merasa bersalah, tangannya terulur mengambil buku-buku yang berserakan di lantai koridor. "Ss-sorry-sorry, gue gak sengaja."

"Gak papa Shel," ucap lelaki di depannya.

Shelina mendongak. "Rendy?"

Rendy tersenyum membalas, akhir-akhir ini dirinya jarang bertemu dengan Shelina, meskipun kelas mereka bertetangga. Semua itu karena dirinya terlalu sibuk latihan untuk pertandingan basket yang akan segera diselenggarakan.

Shelina menumpuk buku yang diambilnya lalu menyerahkan pada Rendy. "Nih, maaf ya. Gue gak liat jalan tadi."

"It's okey. Gue duluan ya," ujar Rendy, lalu berlalu dari hadapan Shelina.

Shelina menatap punggung Rendy yang kemudian menghilang dari pandangannya. Ia berbalik berjalan ke kelas yang jaraknya tinggal beberapa langkah saja.

Gadis itu meletakkan backpack-nya begitu sampai di kursinya. Teringat sesuatu, Shelina membungkuk melihat laci mejanya yang sebelumnya ditempati Egi. Tangannya meraba-raba, mencari sesuatu yang mungkin tertinggal seperti halnya kertas usang kemarin.

Tak merasakan apapun, Shelina menyalakan flash hp-nya untuk menerangi laci. Pandangannya mengedar, namun hasilnya nihil. Tak ada sesuatu yang bisa ia temukan di laci itu.

Shelina kembali berdiri, ia tersentak menyadari Egi berada di sampingnya. "Lo lagi nyari apa Shel?"

"Emm...bukan apa-apa," jawab Shelina sedikit gugup. Dengan sigap, Shelina duduk di kursinya. Egi menaikkan salah satu alisnya beberapa saat, kemudian duduk di samping Mely.

Shelina menghela napas pelan, dan menoleh ke arah Mely. "Mel."

"Hm." Mely hanya berdehem.

"Lo tau Gavin dimana?" Shelina menatap Mely, berharap dia mengetahuinya.

"Gak," jawab Mely singkat.

Mely sibuk melihat layar ponsel. "Kenapa lo nanya gue? Harusnya lo tau dong, dia kan temen lo," lanjutnya.

Shelina tak menimpali, ia justru melihat roomchat-nya dengan Gavin. Tadi dirinya sempat mengirim pesan padanya, tapi sampai sekarang masih belum dibaca.

***


"Gue duluan Shel." Mely keluar kelas meninggalkan Shelina sendiri di kelas.

"Hm." Shelina mengambil tali rambut yang ada di dalam tasnya. Kemudian menguncir rambutnya. Jam pertama pelajaran hari ini adalah Penjaskes.

 Jam pertama pelajaran hari ini adalah Penjaskes

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DARK MEMORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang