Mata Shelina terasa berat, ia mengantuk. Tapi sejak setengah jam yang lalu, gadis itu terus mengubah posisi tidurnya. Sekalinya memejamkan mata, bayang-bayang tentang boneka Chucky dan catatan itu selalu menelusup ke pikirannya.
Berbicara mengenai kedua benda itu, sekarang sudah tidak ada di sekitar Shelina. Tadi ketika akan pulang, Gavin membawanya. Entahlah apa yang akan dilakukannya dengan benda-benda itu. Yang pasti, tujuan lelaki itu adalah agar Shelina tidak merasa takut.
Namun nyatanya, benda-benda itu masih terus menghantui pikiran Shelina. Terutama catatan yang ditulis dengan darah itu.
Gadis itu menghembuskan napas berat. Ia menghidupkan ponselnya. Alisnya bertaut ketika melihat sebuah nomor tak dikenal terpampang di notifikasi lockscreen-nya. Usai menekan 6 digit nomor sebagai kata sandi ponselnya, Shelina membuka chat dari nomor itu.
+6285721XXXXXX
Online|Send buktinya
Ini syp? Bukti apa?|
|Bukti kalo bokap gw pnya prmpuan lain
Ini ka satya?|
|BURUAN ANJINGG
Send a picture...
Shelina berdecak sembari menghempaskan benda pipih canggih itu di samping kepalanya. Kalo gak gue kirim, ntar gue dibilang pembohong, batinnya.
Ehh, tapi dari mana dia dapet nomer gue?
***
Di tempat lain, Satya memegang ponselnya sambil menggeram saat melihat foto yang baru saja dikirim Shelina. Di foto itu terlihat Bara yang bercumbu dengan seorang perempuan di samping mobil. Tapi sayangnya, wajah perempuan itu tak terlihat.
(*Jadi, malam itu Shelina sempat memotret aktivitas keduanya di parkiran mall).
Tak lama itu, Satya mendengar deru mobil memasuki pekarangan rumah. Ia pun langsung keluar dari kamarnya, lantas berjalan menuju ke pintu rumah.
Bughh..
Terlihat Bara sedang membuka pintu sambil menatap layar ponselnya.
Satu bogeman mentah mendarat di pipi Bara. Ia yang baru saja membuka pintu terkejut, apalagi saat tahu siapa yang memukulnya tiba-tiba. Pria paruh baya itu menyentuh sudut bibirnya yang berdarah. "Satya, kamu-"PAPA BERENGSEKK!!!" teriak Satya dengan amarah yang memuncak. Ia menatap nyalang pada pria yang berstatus sebagai ayah kandungnya.
Kelopak mata Bara melebar, terkesiap dengan kata-kata yang dilontarkan oleh putra sulungnya itu. "APA KAMU BILANG?!!"
PLAKK...
Bara menampar Satya dengan keras. Putranya kandungnya sendiri mengumpat dan memukulnya. Tentu saja emosinya tersulut. Matanya berkilat marah saat menatap Satya.
Satya menyentuh pipinya yang terasa panas. Rasanya, ia ingin memaki dan melampiaskan rasa marahnya pada Bara. Namun tak bisa. Perbuatan Bara di belakang anak-anaknya membuat Satya syok. Pasalnya, ia tahu bahwa pria paruh baya itu begitu mencintai mendiang istrinya. Yang tak lain adalah ibu kandungnya dan Gavin, Choi Mi ra.
Tapi kenapa Bara melakukan ini?
Jari tangan Satya menekan tombol kirim pada ponselnya yang sejak tadi ia pegang. Getaran pun muncul pada ponsel Bara. Satya menatap Bara seakan menyuruh pria di depannya ini untuk membuka ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARK MEMORIES
Fiksi Remaja[HIATUS] Kecelakaan mobil yang dialami Shelina membuat sebagian ingatannya hilang. Tentang siapa yang menabraknya belum terungkap sampai saat ini. Akibat kecelakaan itu, Shelina kehilangan Ayahnya. Terlepas dari semua itu, Shelina kembali menjalani...