Chapter 32

39 12 24
                                    

Kalau bicara soal weekend, cepat banget ya berlalunya. Rasanya kayak baru kemarin, eh udah Senin aja. Kalian pasti ngerasa gitu juga kan?

Di saat liburan, nikmatin hangout bareng temen, atau maraton film waktu terasa begitu cepat. Kini, kembali pada realita. Orang-orang mulai bekerja, atau bersekolah, seperti gadis satu ini.

Entah sudah berapa kali Shelina menguap. Padahal masih pagi. Bel istirahat pertama pun belum berbunyi. Ia bosan mendengarkan guru yang menerangkan materi di depan.

Ketika selesai menuliskan materi di papan tulis, guru itu mengecek jam tangannya.

"Baiklah, untuk tugasnya saya akan menyuruh kalian membuat satu karya ilmiah secara berkelompok. Dan pembagian kelompoknya, saya yang memilih," pungkas Bu Rena.

Penghuni kelas seketika riuh. Mereka mengeluh karena tak bisa memilih sendiri teman sekelompoknya.

Bu Rena memukul papan tulis dengan penggaris panjang. "Sudah sudah, diam semua!"

Semuanya pun terdiam.

"Saya yang akan membagi anggota kelompoknya. Tidak boleh ada yang protes atau bertukar anggota dengan kelompok lain. Mengerti?!" cetus Bu Rena.

"Iya Bu," balas mereka pasrah.

***

Istirahat yang dinanti-nantikan akhirnya tiba. Seperti biasa, keadaan kantin selalu penuh dengan manusia-manusia yang kelaparan. Ada yang sudah dapat makanan, ada juga yang masih mengantri saat memesan.

Sebuah sedotan menari-nari di dalam gelas berisi es jeruk. Pelakunya adalah Mely. Gadis itu menatap nanar pada mejanya. Ia merasa jengkel, karena dirinya satu kelompok dengan Gavin.

Egi datang membawa semangkok baksonya dan duduk di kursi sebelah Mely yang kosong. "Kenapa lo? Kusut amat tuh muka."

Mely berdecak kesal. Namun memilih mengabaikan lelaki di sampingnya.

"Ah, gue tau nih." Egi menunjuk-nunjuk Mely dengan sendok yang ia pegang. "Lo pasti kesel kan karna gak sekelompok sama gue?"

"Dih, pede banget lo!" sinis Mely.

Egi semakin gencar menggoda gadis itu. "Ya kan? Ya kan?"

"Gue tuh kesel gara-gara gak sekelompok sama Shelina," tukas Mely.

"Ngaku aja kali," kekeh Egi.

Mely memutar bola matanya malas. Gadis itu merutuki dirinya. Menanggapi Egi justru membuatnya tambah kesal. Ia memilih diam, dan melanjutkan menyedot minumannya yang tersisa separuh.

Shelina geleng-geleng melihat tingkah Egi dan Mely. Ya, ia satu meja dengan mereka berdua.

"Gi, kapan kita kelompokkannya?" tanya Shelina. Ia dan Egi memang satu kelompok.

Egi menjeda kegiatan makannya. "Nanti aja. Kita diskusiin sama yang lain."

"Oh, oke," balas Shelina singkat.

Tak lama itu, Mely beranjak dengan alasan ke toilet. Sekarang, hanya ada Egi dan Shelina. Gadis itu tampak sibuk men-scroll beranda instagramnya. Sementara Egi, pikirannya dipenuhi dengan 'satu keping puzzle' yang ia dapat kemarin.

"Shel." Egi menatap Shelina.

"Hm?" Shelina tak mengalihkan pandangannya dari layar ponsel.

Egi menggeser mangkok baksonya. Ia berpindah ke kursi yang tadi diduduki Mely. Lelaki itu memajukan kepalanya, agar lebih dekat. "Shel."

"Ck, lo bilang diskusinya nanti," kesal Shelina. Ia mengira Egi akan membicarakan masalah kerja kelompok.

Egi mendesis. "Bukan itu. Gue mau minta bantuan."

DARK MEMORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang