Chapter 13

177 95 406
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul setengah 2 dini hari, namun Shelina belum juga tidur. Padahal sudah beberapa kali ia memejamkan mata, tapi sia sia. Berbeda dengan Mely yang tertidur lelap disampingnya.

Shelina telentang menatap langit langit kamarnya yang gelap, terbayang bayang perkataan Mely tadi.

"Ini kan punya Cesa."

Shelina menatap Mely meminta penjelasan. "Mm..maksud lo?"

"Gue ngerasa pernah liat gelang ini. Dan setelah gue inget inget, gue sadar ini punya Cesa." tutur Mely.

Shelina tak percaya. "Kkok..kok lo tau?"

"Jadi gini, lo inget nggak waktu gue nyeritain kalo ada cewek yang nabrak Gavin di kantin?"

Shelina mengangguk. "Oh yang minumannya sampe tumpah itu?"

"Nah, kan gelasnya pecahkan. Pas dia mungutin pecahan itu, gue ngeliat gelang ini di tangannya." jelas Mely.

Shelina beralih miring ke kanan membelakangi Mely. 'Kalo beneran gelang itu punya Cesa, kenapa selama penyelidikan polisi nggak nemuin ini ya? Bukannya halaman belakang sekolah ada cctv?'

'Apa jangan jangan pelakunya salah satu warga sekolah? Atau apa mungkin sekolah nyembunyiin sesuatu?'

Ting...

Suara notifikasi hp-nya berbunyi, Shelina memeriksanya.

Nio
Online

Udh tidur?

Blm
Nggk bisa tidur😞

Bukain pintunya

Pintu?

Tok tok tok...

Terdengar suara ketukan pintu kaca yang mengarah ke balkon kamar Shelina.

Shelina menyalakan lampu tidur yabg ada diatas nakas samping ranjangnya, lalu beranjak pelan pelan agar tak membangunkan Mely. Kemudian membuka tirai yang menutupi pintu kaca itu. Ia melihat seorang laki laki yang berdiri membelakanginya di pagar balkon.

Shelina memutar kunci kemudian menggeser pintu, dan menuju ke arah laki laki yang tak lain adalah Gavin. Seketika hawa dingin menembus kulitnya, Shelina melipat kedua tangannya di depan dada. Tangan kanannya bergerak naik turun mengelus lengan atas kirinya.

"Ngapain kesini?" tanya Shelina yang sudah berdiri tepat disamping Gavin. Shelina mendengus karena Gavin tak menjawabnya.

Tanpa aba aba Gavin memegang bahu Shelina supaya ia menghadapnya, lantas tangannya beralih memeluk pinggang ramping itu. Ia juga menyembunyikan wajahnya ke ceruk leher Shelina. Samar samar Shelina mendengar isakan kecil.

Shelina mematung, perlahan kedua tangannya melingkar ke punggung Gavin. Menepuk nepuknya memberikan ketenangan. Jujur, Shelina bingung dengan perilaku Gavin yang tiba tiba.

Beberapa menit berlalu tanpa terasa, Gavin kini melepaskan pelukkannya. Matanya sedikit sembab dan hidungnya memerah. Shelina bingung, ia ingin tertawa melihat wajah Gavin yang menurutnya lucu. Tapi juga kasihan, bahkan ketika melihat tangan Gavin yang terluka.

Shelina meraih tangan Gavin yang ukurannya lebih besar dari tangannya. "Tangan lo?!"

Gadis itu bergegas masuk kamar dan mengambil kotak P3K yang ada di laci meja. Sesekali melirik Mely barang kali dia terbangun.

DARK MEMORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang