Seorang laki-laki berjalan memasuki club. Dia adalah Satya. Seperti biasa, ia akan menghabiskan malamnya dengan beberapa botol vodka, bir dan sejenisnya. Perkara Bara hari itu, masih membuatnya murka. Kali ini Satya tidak ingin duduk di bar. Selesai mendapatkan tiga botol minuman dari bartender, lelaki itu melangkah ke sudut club.
Ketika melihat Satya, beberapa jalang berpakaian minim menggodanya. Mengerling, meliukkan badan, bahkan tak segan menawarkan tubuhnya pada Satya untuk satu malam.
Satya hanya menatap mereka malas. Saat awal ia terjun ke dunia malam, godaan itu sangat mudah membuatnya goyah. Namun semakin lama, hal itu menjadi biasa.
Sampai di sudut club, Satya meletakkan 3 botol itu ke atas meja. Kemudian menghempaskan bokongnya ke sofa. Helaan napas berat keluar dari mulutnya. Di sofa ini Satya tidak sendirian. Agak jauh dari tempat duduknya, seorang pria paruh baya sedang bercumbu dengan seorang perempuan. Posisi pria itu duduk di sofa dengan perempuan yang berada di pangkuannya. Terlihat sekali keduanya diselimuti hawa nafsu.
"Cih." Satya mengalihkan pandangannya. Melihat mereka hanya akan mengingatkan Satya pada kelakuan Bara. Sampai sekarang pun ia tak habis pikir dengan perbuatan Ayahnya.
Lelaki itu mulai meneguk minuman memabukkan, lantas melihat-lihat ke sekitarnya. Meja yang menjadi tempat botolnya berdiri tergeser. Untung saja botol berisi minuman itu tidak jatuh. Satya berdecak sebal karena ulah mereka, yaitu kedua lawan jenis yang diliputi nafsu birahi itu.
Saat memposisikan botol-botol minumannya sedikit ke tengah meja, sudut mata Satya melirik sebuah tas berada si tengah sofa. Ia mengernyit heran. Pasalnya tas itu adalah backpack. Siapa yang datang ke club sambil membawa backpack?
Satya mengambil tas itu dan mengamatinya. Dilihat dari modelnya, ia merasa tak asing. Satya mengeluarkan ponselnya lalu menyalakan flash. Ternyata backpack itu berwarna krem dan aquamarine. Satya semakin yakin pernah melihatnya.
Entah dorongan dari mana, lelaki itu membukanya. Ia menemukan beberapa buku di dalam tas itu. Salah satu buku diantaranya dikenal Satya. Buku Bahasa Indonesia kelas XI.
Satya beralih membuka resleting paling depan. Ia menemukan sebuah ponsel ber-casing lilac. Kemudian menyalakannya. Lockscreen ponsel itu membuat kelopak matanya melebar. Karena wallpaper-nya adalah foto Gavin dan Shelina.
"Ini milik Nana?" gumam Satya. "Tapi dia ke mana?"
Satya merasa ada yang tidak beres. Tidak salah lagi, backpack itu milik Shelina. Setelah memasukkan kembali barang-barang gadis itu ke dalam tas, Satya beranjak dari duduknya. Ia akan mencari keberadaan Shelina.
Lelaki itu mengelilingi club dengan membawa tas Shelina. Ia yakin Shelina di sini. Sangat sulit mencari gadis itu di tempat remang-remang seperti ini. Satya akui bahwa ia mengkhawatirkannya. "Lo di mana Na?"
Satya kembali ke sofa di sudut club. Ia sudah mengecek dan tak menemukan gadis itu. Satya menjambak pelan rambutnya. Di mana Shelina berada?
Otak Satya terpikirkan dengan tempat di club ini yang belum ia cek. Beberapa kamar yang tak jauh dari tempatnya berdiri sekarang. Sebenarnya lelaki itu menepis spekulasi bahwa Shelina berada di salah satu kamar. Tak mungkin gadis itu melakukan hal yang tidak-tidak.
Dari kecil, Satya sudah mengenal Shelina. Bagaimana sifatnya, tingkah lakunya, dan kebiasaannya sebelum dia pindah. Tidak mungkin gadis itu berubah drastis. Tidak mungkin Shelina berbuat sejauh itu.
Tapi, bagaimana pun Satya juga harus mengeceknya. Ia tak peduli jika dianggap pengganggu oleh penghuni kamar.
Di dalam club ini ada 3 kamar. 1 pintu kamar terbuka, itu menandakan tak ada orang di dalamnya. Dan 2 kamar sisanya tertutup, menandakan ada orang di dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARK MEMORIES
Teen Fiction[HIATUS] Kecelakaan mobil yang dialami Shelina membuat sebagian ingatannya hilang. Tentang siapa yang menabraknya belum terungkap sampai saat ini. Akibat kecelakaan itu, Shelina kehilangan Ayahnya. Terlepas dari semua itu, Shelina kembali menjalani...