Kringg.....
Bel masuk kelas berbunyi, semua siswa-siswi diharapkan segera masuk ke kelas masing-masing. Walaupun demikian, tak sedikit juga yang masih bersantai-santai mengabaikannya. Entah itu di kantin, lapangan, perpustakaan, atau di kelas lain.
Saat ini Mely berdiri di pintu kelas, melirik tajam dua sejoli yang duduk berdampingan. Selang beberapa detik saja, Mely melanjutkan langkahnya.
Shelina menoleh sebentar ke Mely begitu menyadari keberadaannya dan tersenyum. Senyum manisnya justru membuat Mely kesal, ia tersenyum balik dengan terpaksa.
Mely mendaratkan bokongnya di kursi, lalu mendengus sebal karena Egi akan menempati kursi disampingnya. Ia artinya Egi menjadi teman sebangkunya.
Lelaki yang Mely pikirkan itu tiba-tiba datang dan langsung duduk di sebelah Mely. Shelina memang sudah memberitahu Egi kalau ia ingin bertukar tempat duduk dengannya, dan Egi pun mengiyakan. Bahkan Shelina sudah memindah tas dan barang-barang Egi ke bangkunya yang lama.
Egi menghadap ke samping, memperhatikan Mely sambil menopang kepala.
"Iya tau kok gue cantik, gak usah gitu juga keles," ceplos Mely yang men-scroll beranda instagramnya.
"Dih pede banget lo," cetus Egi bersamaan masuknya Pak Radit yang akan mengisi jam pelajaran usai istirahat.
Selepas meletakkan tas dan beberapa buku di mejanya, beliau memulai pelajaran dengan menerangkan materi bab pelajaran fisika selanjutnya.
***
"Shel, gua duluan ya," pamit Fara, teman sekelasnya.
Shelina tersenyum dan mengangguk sebagai balasan. Hari ini adalah jadwal piketnya dengan Fara dan beberapa cowok dikelasnya. Tapi, tau sendiri kan kalau anak laki-laki susah untuk disuruh bersih-bersih. Nyatanya mereka kabur, Fara dan Shelina sempat memaki mereka, bahkan mengancam akan mengadu ke Bu Rena, wali kelas mereka. Namun mereka acuh.
Saat ini, Shelina sedang menyapu lantai kelas. Begitu sampai di garis pintu, ia melihat Bu Rena berjalan ke arahnya.
"Shel, sendirian kamu?" tanya beliau heran. "Mana yang lain?" imbuhnya.
"Biasalah Bu." Shelina mendengus.
"Bukannya jadwal kamu biasanya sama... sama siapa itu namanya?"
"Oh Fara Bu, tadi dia ikut kok. Tapi udah selesai duluan," tutur Shelina.
Bu Rena mengangguk. "Ya sudah, kamu lanjutkan. Nanti saya bakal hukum mereka yang tidak melaksanakan piket."
"Oh harus itu Bu." Shelina tersenyum menampilkan deretan giginya.
Bu Rena pamit pergi. "Saya permisi."
Namun belum sampai lima langkah, beliau berbalik. "Oh ya, saya mendengar kabar dari Bu Bety bahwa pintu perpustakaan rusak. Dan beliau bilang kalau kamu yang terakhir kali berada di perpustakaan. Apa itu benar?"
Shelina bengong sesaat. "I-iya Bu."
"Dan, Bu Bety menemukan kunci perpustakaan di dalam tasnya. Yang seharusnya, kunci itu masih ada sama kamu," ujar Bu Rena.
Beliau melipat tangan di depan dada. "Lalu, kenapa ini bisa terjadi?"
"Ss-sebenarnya...." Shelina menceritakan kejadian saat dirinya terkunci di dalam perpustakaan sendirian. Lalu Gavin datang dan mendobrak pintu itu.
Mata Bu Rena menyipit. "Jadi, kamu merasa ada orang yang mengunci pintu itu dari luar?"
"Iya Bu."
Bu Rena terdiam sesaat, entah apa yang ia pikirkan. "Baiklah karena kamu mau menjelaskan, saya maafkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
DARK MEMORIES
Teen Fiction[HIATUS] Kecelakaan mobil yang dialami Shelina membuat sebagian ingatannya hilang. Tentang siapa yang menabraknya belum terungkap sampai saat ini. Akibat kecelakaan itu, Shelina kehilangan Ayahnya. Terlepas dari semua itu, Shelina kembali menjalani...