Chapter 25

54 16 32
                                    

Di gelapnya malam, Shelina merasa ketakutan. Suara gesekan langkah kaki itu semakin terdengar jelas. Seakan mati rasa, kaki Shelina tak bisa digerakkan. Ia menggigit bibir bawahnya, menahan isakan yang mungkin bisa didengar oleh seseorang ber-hoodie hitam itu.

Apakah ini akhir dari hidupnya?

Tidak. Dengan mengerahkan seluruh tenaga yang tersisa, Shelina mencoba melangkah. Tapi, ia malah jatuh terjerembab. Gadis itu meringis menahan rasa sakit di lututnya. Saat berusaha berdiri kembali, mata Shelina menangkap sepasang sepatu hitam di hadapannya.

Dengan tubuh yang bergetar, Shelina menengadah pelan-pelan. Sebuah benda tajam yang mengkilap kini tepat di depan wajahnya.

Kelopak mata Shelina terbuka lebar. Orang itu menarik sedikit pisaunya, lalu-

Slepp...

"AAARRGGHHH."

Shelina menyentuh mata kirinya. Lantas terheran, kenapa matanya tidak mengeluarkan darah. Gadis itu membuka mata, terperanjat kala mendapati dirinya sedang terduduk di atas kasur.

Cuma mimpi? Ia meraba-raba badannya. Pakaian yang dikenakan sama seperti di mimpi, hoodie putih dengan gambar stroberi di bagian lengan bawah. Kenapa rasanya nyata banget?

Gadis itu memegang kepalanya yang terasa sakit. Netranya beralih memandang jam dinding yang masih menunjukkan pukul 05.30.

Shelina beranjak dari tempat tidur. Kemudian dahinya mengkerut saat melihat sebuah kotak berukuran sedang berada di atas meja belajarnya. Ia mengamati setiap inci dari kotak tersebut. Berharap nama pengirim bisa ditemukan.

Tiba-tiba bulu kuduknya berdiri. Shelina mundur perlahan, menjauhi kotak itu. Aa...apa kotak ini dari orang itu lagi?

Tok tok tok...

Ketukan pintu itu mampu membuat Shelina terkejut. Tapi di detik berikutnya, rasa lega menghampiri ketika ia tahu suara seseorang yang memanggil dari luar kamarnya.

"Na?" Naya membuka pintu kamar putrinya. Beliau berjalan mendekat. "Kamu gak apa-apa?"

"Mama kenapa nanya gitu? Nana fine-fine aja," celetuk Shelina.

Naya terheran melihat reaksi Shelina. "Kamu gak ngerasa pusing? Atau ngerasa apa gitu?"

Shelina menggeleng. "Enggak, Nana baik-baik aja kok Ma."

Naya menghela napas lega. "Syukurlah."

Krrrukkkkk...

Shelina lapar. Seingatnya, ia belum makan dari semalam.

"Ah iya, kamu dari semalem kan belum makan. Ya udah, sekarang kamu mandi terus siap-siap ke sekolah. Mama mau ke dapur dulu, bentar lagi sarapannya siap kok," lanjut Naya. Shelina mengangguk menatap punggung wanita paruh baya itu yang hilang ketika pintu tertutup.

***

"Tumben menu sarapannya ikan goreng," ujar Shelina kala melihat dua ekor ikan goreng tersaji di atas meja makan.

Naya mendengus. "Iya, itu ikan semalem yang belum Mama goreng masih ada. Padahal udah dibumbuin, terus tinggal digoreng."

Shelina duduk seraya mengambil secentong nasi nasi, ikan goreng, sambal terasi, dan dua iris mentimun. "Berarti, semalem Mama makan malem sendiri dong."

"Heem. Gara-gara kamu sih." Naya meletakkan segelas susu hangat di samping piring Shelina.

"Ishh, Nana kan ketiduran. Lagian kenapa Mama gak bangunin sih?!" cetus Shelina. Hal itu membuat Naya melongo. "Ketiduran?! Kamu gak ingat semalem kamu pulang dalam keadaan pingsan?"

DARK MEMORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang