"Gavinnio Narendra, pindahan dari Korea.""Anjirr, calon imam gue!!"
"Cool banget gayanya!"
"Asekk, stok cogan nambah nihh."
"Meleleh dedek bang!!"
"Shel Shel, tuh cowok mirip banget sama idol korea. Jangan jangan itu emang idol korea lagi. OPPAA!!" pekik Mely.
"Apaan sih Mel, berisik tau nggak?! Gue tuh lagi sibuk. Ganggu aja deh lo." tukas Shelina. Lagi serius seriusnya ngerjain tugas malah digangguin. Siapa yang nggak kesel coba?
"Ya maaf, lagian kok lo biasa aja sih ada anak baru terus cogan lagi. Heran gue sama lo." ucap Mely
"Jangan jangan lo..."
"Jangan jangan gue apa? Ha?" tanya Shelina dengan menaikkan suaranya.
Ngelihat Shelina yang sudah seperti macan yang siap menerkam mangsanya, Mely menghentikan candaannya dengan wajah cengar cengirnya. "Nggak jadi deh."
"SUDAH SUDAH DIAM SEMUANYA!!" teriak Bu Rena yang sudah geram dengan murid muridnya. Seketika kelas yang tadinya ricuh kini tak ada yang bersuara lagi.
"Gavin, sekarang kamu duduk sama Egi dibelakang!" perintah Bu Rena.
Gavin hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban 'iya'. Dan dia berjalan menuju bangku paling belakang disamping cowok yang ia yakini bernama Egi. Karena di kelas ini hanya dia yang duduk sendirian.
Dan sedari tadi Mely menahan teriakkannya, karena bangkunya bersebelahan dengan bangku Gavin. Itu artinya dia bisa memandangi wajah tampan Gavin sepanjang hari.
Berbeda dengan Shelina. Dia tak peduli dengan apa yang ada di sekitarnya. Menurutnya, itu hanya membuang buang waktu saja.
Tanpa mereka sadari, sebuah seringaian kecil terbentuk diantara mereka.
***
Kriinggg"Baiklah, silahkan istirahat. Jangan lupa tugasnya dikumpulkan minggu depan. Terima kasih." ucap Bu Rena selaku guru Bahasa Indonesia dan wali kelas XI IPA 3.
"Iya buuu."
Setelah Bu Rena keluar kelas, semuanya berhamburan menuju kantin.
"Shel, kantin yuk!" ajak Mely.
"Hei sendal jepit! Kantin sama gue yuk!" bukannya mendapat jawaban Shelina, malah si kutil badak Egi yang nyela.
"Ih, siapa juga yang mau sama lo. NGGAK MAU." tolak Mely. "Dan gue ingetin sekali lagi, nama gue Mely bukan sendal jepit." Mely kesal dengan Egi yang selalu memanggilnya sendal jepit.
"Hhh, lo kan emang sendal jepit." ejek Egi.
"Dasar tai kadal."
"Sendal jepit."
"Tai kadal."
"Udah udah, DIEM LO BERDUA!!" teriak Shelina tak tahan dengan adu mulut mereka. Mendengar Shelina yang sudah seperti itu, mereka terdiam.
"Mel, lo sama Egi aja deh. Gue lagi males ke kantin." ujar Shelina. Sementara Egi menaikkan naikkan alisnya sambil tersenyum kemenangan pada Mely.
Mendengar ujaran Shelina, Mely seperti dikasih makan tai kucing. "WHATT?! Ogah gue sama dia. Nih ya, gue lebih pilih makan sama tikus daripada sama lo."
"Oh, jadi lo milih sama tikus?" tanya Egi dengan smirk nya.
"YA NGGAKLAHH!!"
Belum sempet Mely nyerocos lagi, Egi menarik tangannya menuju kantin. "Makanya ayok!!"
"Ehh eh..
Kini tinggal Shelina dan Gavin di dalam kelas. Tak ada yang bersuara sama sekali. Gavin fokus pada layar hp nya, sementara Shelina fokus pada novel yang ia baca.
Suara helaan napas yang cukup berat terdengar di telinga Shelina. Dia memperhatikan cowok yang tak lain adalah Gavin.
'Nih cowok kok kaya orang frustasi gitu. Kenapa ya?'
'Ehh, sejak kapan gue jadi kepo kaya gini. Kayaknya gue ketularan Mely deh.'
Merasa diperhatikan, Gavin menolehkan kepalanya dan tatapannya bertemu dengan mata Shelina.
Tak sampai beberapa detik, Shelina memutus tatapannya dengan Gavin. Dia terkejut, jantungnya berdegup kencang, napasnya memburu, karena ia merasa kenal dengan mata itu.
'Nggak mungkin, ini nggak mungkin. Nggak mungkin itu dia. Mungkin itu hanya kebetulan aja. Tapi itu, kenapa mata itu mirip banget sama punya dia.'
'Nggak mungkin...nggak mungkin.' ucap Shelina dalam hatinya. Ia perlahan menetralkan degup jantungnya. Dan berusaha menghilangkan kemungkinan kemungkinan negatif yang ada dalam pikirannya.
***
Kini, kantin sudah dipenuhi oleh para manusia manusia yang kelaparan.
Mely mencebik kesal, dia masih memegangi pergelangan tangannya yang sakit karena ditarik Egi. "Ngeselin banget sih lo. Tangan cantik gue jadi merah merah kaya gini."
"Lebay banget sih lo, gitu aja sakit."ejek Egi yang baru saja meletakkan nampan berisi dua mangkok bakso dan dua gelas jus mangga di atas meja.
Mely tak menanggapi ejekan Egi. Yang ia pikirkan sekarang adalah memulihkan pergelangan tangannya.
'Apa gue ke salon aja ya? Sekalian menicure pedicure.'
Egi bergidik ngeri liat Mely ngelamun sambil senyum senyum sendiri. Ia menempelkan punggung tangannya pada dahi Mely. "Nggak panas."
Merasa ada yang menyentuh dahinya, Mely segera menyingkirkan tangan Egi. "Heh, emang lo kira gue kenapa?"
"Kesurupan."
'Pletak'
"Makanya kalo ngomong tu dijaga. Enak aja ngatain gue kesurupan. " ucap Mely
Egi hanya cengengesan ngelihat kekesalan Mely.
Mereka mulai menikmati bakso yang mereka pesan.
Sesuatu yang sejak tadi mengganggu pikiran Egi, membuat ia berhenti memakan baksonya. "Eh Mel, lo ngerasa ada yang aneh nggak sama anak baru itu?"
"Maksud lo Gavin?!" tanya Mely.
"He em." jawab Egi yang mulutnya masih penuh dengan bakso.
Pikiran Mely melayang ke beberapa waktu lalu saat Gavin mulai memperkenalkan dirinya sampai duduk dibangkunya. "Emang aneh gimana sih? Cowok keren, cool gitu lo bilang aneh. Mata lo katarak kali."
"Nih ya, tadi gue ngajak kenalan sama dia. Eh, dia malah diem aja nggak nanggep gue. Kayak ngerasa nggak ada orang disebelahnya. Dia kira gue setan apa." gerutu Egi.
"Ye, lo kan emang setan."
"Sialan lo."
"Ya kan mungkin aja dia itu tipe orang yang belum bisa nerima orang baru." ucap Mely.
Egi yang mendengarkan ucapan Mely, hanya memanggut manggutkan kepalanya. Belum sempat Egi melanjutkan ucapannya, sebuah suara nyaring menghentikannya dan membuat ia kaget.
"Tapi kan...
PRAANNGGGG...
****
Jangan lupa voment yaaww;D
KAMU SEDANG MEMBACA
DARK MEMORIES
Teen Fiction[HIATUS] Kecelakaan mobil yang dialami Shelina membuat sebagian ingatannya hilang. Tentang siapa yang menabraknya belum terungkap sampai saat ini. Akibat kecelakaan itu, Shelina kehilangan Ayahnya. Terlepas dari semua itu, Shelina kembali menjalani...