Chapter 3

312 221 282
                                    

Pagi ini Shelina sudah sampai disekolah. Ia diantar oleh mamanya. Saat berjalan melewati koridor, banyak para siswa yang berlalu lalang. Mengingat bel masuk akan berbunyi sebentar lagi.

Shelina masuk ke kelasnya dan mendudukkan diri dikursinya. Kepalanya menoleh kekursi sampingnya.

'Tumben banget dia belum dateng.'

Tiba tiba Shelina teringat akan mimpinya semalam. Kejadian itu masih terus terngiang dikepalanya. Ia masih penasaran siapa pria dibalik masker itu. Kenapa pria itu tega melakukannya dan apa tujuannya? Apa dia seorang pembunuh atau bahkan psikopat?

Berbagai pernyataan bermunculan dipikirannya. Ia jadi ngeri sendiri kalau pria itu beneran psikopat. Membayangkannya saja sudah membuatnya ngeri, apalagi kalau dia berada diposisi wanita itu. 'Oh no'

Saat Shelina masih berkutat dengan pikirannya, ia dikejutkan dengan kedatangan Mely yang mencak mencak tidak jelas. "Ihh, gue sebel. Sebel banget."

"Lo kenapa"?

Kemarin Egi mengajak Mely pulang bareng dengan iming imingan mentraktirnya.

"Eh eh."

"Gi kenapa motor lo?" tanya Mely.

"Mogok kayaknya."

"Yah terus gimana dong, deket sini nggak ada bengkel juga. Kalo tau kayak gini gue gak bakalan bareng lo." ucap Mely turun dari motor Egi.

Egi hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Ya mana gue tau kalo motornya bakalan mogok."

"Lo sih, body doang bagus eh malah mogok mogok kaya gini. Emang dasarnya motor lo tuh butut." tukas Mely.

"Enak aja lo ngehina motor kesayangan gue. Eh lo nggak tau aja kalo gue pernah menang balapan pake motor ini." ujar Egi tak terima.

"Serius?! Emang balapan apa?" tanya Mely penasaran.

"Balapan sama anak kecil naik sepeda." jelas Egi dengan bangganya.

Mely yang kesal, mendengar itu malah semakin kesal. Ia menatap lurus ke depan. "Dari tadi gue punya firasat gak enak, dan ternyata firasat gue bener."

"Firasat apaan emang?"

Tatapannya beralih menatap Egi yang mukanya minta ditabok. "Firasat kalo lo itu emang cowok gila." sarkas Mely.

Setelah mengatakan itu Mely pergi dari hadapan Egi dan berlari memanggil taksi yang kebetulan lewat. Mulutnya tak berhenti mengumpati Egi sepanjang perjalanan.

"Pffttt... Hhahahhhahhaa."

"Ih kok lo malah ketawa sih. Nggak ada yang lucu juga." kesal Mely.

"Ada kok yang lucu."

"Apaan emang?!" tanya Mely.

"Nasib lo. Hhahahhaaahahaha."

"Sialan lo."

Percakapan mereka terhenti ketika Bu Rani memasuki kelas. Kelas yang awalnya gaduh kini senyap tak ada yang berani bersuara. Karena tepat didepan mereka seorang guru killer yang akan mengisi jam pertama mereka.

"Selamat pagi."

"Pagi bu."

"Silahkan kerjaan soal halaman 30 sampai 50, 30 menit dikumpulkan."

Mereka melongo kala mendengar perintah Bu Rani, apalagi melihat soal soal yang membuat kepala mereka pusing seketika. Tapi meskipun begitu, tak ada yang berani mengeluh bahkan protes pada guru killer itu.

DARK MEMORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang