Di sebuah ruang tamu, seorang remaja laki-laki dan pria paruh baya sedang berbincang-bincang.
"Dulu, Cesa sering cerita tentang kamu," pungkas seorang pria bernama Malik yang baru saja menyesap kopi hitamnya. "Kak Egi itu baik, humoris, ganteng lagi."
Egi menyunggingkan senyumnya, meskipun di lubuk hati menyimpan luka yang masih belum terobati. Ia melihat foto-foto yang tertempel di dinding ruang tamu. Yang paling menonjol ialah foto keluarga dengan pigura yang besar.
"Emm- Om, kalo boleh tau Ibunya Cesa dimana ya?" tanya Egi penasaran. Pasalnya, ia tak merasakan tanda-tanda kehadiran wanita itu di rumah ini.
Malik menghela napas berat. "Dia sakit. Semenjak kepergian Cesa, kejiwaannya terganggu. Karena saya takut ia mengganggu warga disini, jadi saya membawanya ke rumah sakit jiwa."
Nada bicaranya menunjukkan bahwa pria ini sangat terluka. Anak semata wayangnya pergi, serta istrinya mengalami gangguan jiwa. Dan sekarang beliau harus menjalani kehidupan seperti biasa.
"Yang sabar ya Om." Hanya itu yang bisa Egi respon. Tak lama itu ia kembali berucap, "Boleh saya tau dimana rumah sakit jiwa yang Om maksud? Kapan-kapan saya pengen ketemu sama Tante Gina."
***
Waktu sudah menunjukkan pukul 18.45, dan Shelina baru saja keluar dari rumah Gavin. Tiba-tiba langkahnya berhenti, melihat sebuah mobil sedan yang memasuki pekarangan rumah besar ini.
Seorang pria bersetelan jas hitam keluar dari mobil itu. Shelina terbelalak melihatnya. 'Loh, dia kan...
"Kamu harus membayarnya tuan Mahendra. Karna kamu telah membuat saya menunggu lama disini."
Pria itu sempat mematung ketika melihat Shelina. "Shelina? Kamu ngapain kesini?"
Shelina tersadar dari pikirannya. "Ss...saya abis jenguk Gavin, Om," timpalnya.
Tampak ekspresi wajah pria itu berubah sekilas saat mendengar nama Gavin. "Ohh. Kamu mau pulang?"
"I...iya. Emm- saya pergi dulu ya Om," pamit Shelina kemudian berjalan cepat meninggalkannya.
Tiba di gerbang, Shelina dihadang oleh Pak Surono, satpam di rumah ini. "Saya anterin pulang ya Neng. Den Gavin nyuruh saya buat nganterin Neng Shelina selamat sampe rumah."
"Eeee- tapi Pak...,"
Satpam itu sudah siap dengan motor matic-nya. "Ayo Neng."
Pasrah, akhirnya Shelina duduk di jok belakang motor. Lalu keduanya pun pergi.
Di perjalanan, Shelina terus saja berpikir. Pria tadi itu siapa? Apa ada hubungannya dengan Gavin? Yang pasti, dirinya mengenal pria itu. Tapi siapa?
"Eee- Pak, sampai sini aja ya!" Shelina turun dan menyerahkan helm-nya pada Pak Surono.
"Loh, tapi Neng...,"
"Udah Pak, gak apa-apa. Saya naik bis aja," tutur Shelina saat posisinya dekat dengan halte.
Pak Surono menghela napas berat. "Ya udah Neng. Tapi saya temenin ya! Sampe bis-nya dateng."
Shelina mengangguk dan duduk di kursi halte. Sedangkan Pak Surono tetap bertengger di atas motornya sembari menatap jalanan yang cukup ramai.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARK MEMORIES
Teen Fiction[HIATUS] Kecelakaan mobil yang dialami Shelina membuat sebagian ingatannya hilang. Tentang siapa yang menabraknya belum terungkap sampai saat ini. Akibat kecelakaan itu, Shelina kehilangan Ayahnya. Terlepas dari semua itu, Shelina kembali menjalani...