Naya duduk di kursi meja makan sembari melihat jam tangannya. "Kok Nana belum turun ya Bi."
"Iya. Kalo gitu saya panggil Non Sheli dulu ya," ucap Bi Surti.
Naya menghentikan langkah Bi Surti. "Eh gak usah! Biar saya aja yang panggil Nana."
Bi Surti mengganguk patuh lalu meneruskan menyiapkan sarapan. Sementara Naya menaiki tangga menuju kamar Shelina.
Tok tokk..
"Na? Kamu belum siap?" tanya Naya. Namun tak ada jawaban. Naya pun membuka pintu kamar Shelina yang tidak dikunci.
Pandangan Naya mengarah pada putri semata wayangnya yang duduk di atas ranjang sambil bersandar pada kepala ranjang. Tak lupa selimut yang menutupi kedua kakinya. Tatapan Shelina kosong ke depan.
Naya menghampiri Shelina dengan bingung. "Kamu gak sekolah, Na?"
"Kenapa kamu pake syal? Kamu sakit?" Naya menyentuh syal biru yang melilit di leher Shelina. Sontak gadis itu menepis tangan Naya.
Wanita paruh baya itu tersentak dengan respon putrinya. Ia beralih menempelkan telapak tangannya pada kening Shelina yang panas. Naya menghela napas gusar. "Kamu istirahat aja, gak usah sekolah dulu."
Shelina mengangguk pelan. Ia memang tidak ingin sekolah hari ini. Suhu tubuhnya naik karena semalam gadis itu membiarkan seluruh tubuhnya terguyur air dingin cukup lama. Serta pikirannya yang masih belum menerima kejadian semalam di club.
"Mama ambilin sarapan dulu ya." Naya mengelus surai Shelina. Kemudian keluar dari kamar.
Shelina masih bertahan dengan posisinya. Ia memakai syal karena takut Naya mengetahui kissmark di lehernya. Sebenarnya selesai membersihkan tubuhnya semalam, Shelina mencoba berbagai cara untuk menghilangkannya. Seperti mengompres dengan air hangat dan air dingin.
Perlahan tanda merah itu memudar. Namun jika dilihat betul-betul masih kelihatan. Sebelum memakai syal, gadis itu sempat memberikan concealer pada kissmark-nya.
Shelina bimbang. Di satu sisi ia ingin jujur tentang kejadian semalam, mengeluarkan semua rasa sedihnya. Di sisi lain ia tak ingin membuat Naya khawatir dan merasa bersalah karena tidak bisa menjaga putrinya dengan baik.
Detik berikutnya, pintu kamar Shelina terbuka. Bukan Naya ataupun Bi Surti yang membawa sarapannya. Melainkan Gavin. Gadis itu baru menyadari ketika Gavin duduk di pinggir kasurnya.
"PERGI! PERGI!!" pekik Shelina tiba-tiba.
Gavin tak mengerti, ada apa dengan Shelina. "Na? Lo kenapa?" Ia mendekat ke gadis itu.
Shelina justru memukul-mukul dada bidang Gavin. Lelaki itu semakin bingung. Ia mencekal salah satu pergelangan tangan Shelina. "Lo kenapa Na?!"
Plakk...
Shelina menampar Gavin dengan kilat amarah yang terpancar di matanya. "GUE BENCI SAMA LO!!!"
Naya yang mendengar teriakan putrinya, menaiki tangga menuju kamar Shelina.
"PERGI!! GUE BILANG PERGI!!" pekik Shelina sambil melempar sembarang benda di sekitarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARK MEMORIES
Teen Fiction[HIATUS] Kecelakaan mobil yang dialami Shelina membuat sebagian ingatannya hilang. Tentang siapa yang menabraknya belum terungkap sampai saat ini. Akibat kecelakaan itu, Shelina kehilangan Ayahnya. Terlepas dari semua itu, Shelina kembali menjalani...