Shelina tersentak, matanya melebar. Apalagi ketika tatapannya beradu pada tatapan tajam Satya. "Kak Satya?!"
Penghuni di lantai 3 sontak mengalihkan pandangan mereka pada dua insan yang sedang berseteru. Posisi Shelina dan Satya berada di depan tangga. Sehingga, siswa-siswi di bawah yang berjalan menaiki tangga berhenti mendadak. Sedikit mendongak, melihat ketegangan yang dipancarkan oleh keduanya.
"Lo masih deket sama dia?" tanya Satya lirih.
Shelina terbata. "Dd..dia s..siapa?"
"GAVIN!!!" bentak Satya seraya memperkuat cekalan pada pergelangan tangan Shelina. Sampai-sampai gadis itu meringis.
"Lep...pas..sin!" Shelina mencoba menarik tangannya, tapi kalah dengan dengan tenaga Satya. Lelaki itu malah mencengkeram kuat.
Seringaian kecil tercetak di bibir Satya. "Sakit?"
"Brengsek," gumam Shelina dengan menatap tajam pada lelaki di depannya. Bukannya ketakutan, gadis itu justru merasa jengkel dengan smirk Satya.
Kemudian Satya mendekat ke telinga Shelina, membisikkan sesuatu. "Gavin, dia udah ngebunuh nyokap gue."
Usai mengatakan itu, Satya menjauh dari telinga Shelina. Melihat reaksi gadis di depannya tidak terkejut sama sekali, ia terheran. Tanpa sadar, cengkeraman pada tangan Shelina mengendur.
Shelina menatap dingin pada Satya. "Lo coba pengaruhin gue? Iya?!" tukasnya.
Semua orang yang melihat terkesima melihat keberanian Shelina. Mereka juga penasaran, apa yang dibisikkan Satya hingga membuat gadis kelas 11 itu geram.
Kini, giliran Shelina yang mendekat ke telinga Satya. Sebelum itu, ia sudah melepas cekalan Satya dari tangannya. Karena Satya lebih tinggi darinya, ia sedikit berjinjit. "Gavin udah nyeritain semua ke gue. Tentang bagaimana kejadian yang sebenarnya."
Shelina kembali ke posisi semula. Sementara Satya tertawa hambar, lalu ekspresinya berubah dingin. "Pembohong."
"Pembohong. Semua yang dia ceritain ke lo itu bohong!!" Satya mencengkeram kuat kedua lengan atas Shelina. Membuat si empu mengerang.
"Dengerin gue Na, jangan percaya sama Gavin. Dia itu pembohong," geram Satya.
"Bokap lo," ceplos Shelina penuh penekanan.
Cengkeraman pada lengan Shelina merenggang. Satya tak mengerti apa maksud Shelina. "Apa lo bilang?"
Shelina mendekati Satya lagi. Ia berbisik, "Bokap lo pembohong, dia punya pengganti. Pengganti yang bisa menggantikan posisi nyokap lo. Dia, dekat dengan perempuan lain. Emm..sepertinya bukan dekat lagi, tapi-
Mendadak, Shelina merasa sakit di kepalanya. Rambutnya dijambak Satya. Kelopak mata Shelina melebar. Gadis itu berusaha menyingkirkan tangan Satya yang menjambak rambutnya. Ia mencengkeram punggung tangan lelaki itu.
"Lo udah kelewatan Na," Satya menggeram.
Rasanya, rambut Shelina akan terlepas dari kepalanya. Ditambah rasa nyeri yang membuatnya ingin sekali menangis. Siapapun tolongin gue!
"SAT, LEPASIN SAT!" teriak salah satu teman Satya.
"ANAK ORANG SAT, JANGAN DISAKITIN!!" teriak teman Satya yang lain.
Seakan tuli, Satya tak mendengarkan apa yang mereka bilang. Ia dibutakan oleh amarahnya pada Shelina. "Gue mohon, sekarang tarik kata-kata lo!"
Tidak bisa begini, semakin lama rasa sakit itu semakin membuat Shelina ingin pingsan. Sebuah ide terlintas di pikirannya. Gadis itu menendang kuat kaki Satya. "ARGHH!"
KAMU SEDANG MEMBACA
DARK MEMORIES
Teen Fiction[HIATUS] Kecelakaan mobil yang dialami Shelina membuat sebagian ingatannya hilang. Tentang siapa yang menabraknya belum terungkap sampai saat ini. Akibat kecelakaan itu, Shelina kehilangan Ayahnya. Terlepas dari semua itu, Shelina kembali menjalani...