Chapter 7

249 206 219
                                    

Pagi ini bisa dibilang pagi yang sial buat Shelina. Bagaimana tidak? Udah bangun kesiangan, nggak sempet sarapan, ojol yang ia pesan kehabisan bensin pula.

Dan akhirnya memilih berlari dengan mulut yang tak berhenti berdoa semoga gerbangnya belum ditutup.

Ketika Shelina berbelok, matanya membulat dengan mulut menganga melihat gerbang yang akan ditutup oleh seorang satpam. Ia pun mempercepat larinya.

"PAK..hufft...JANGAN...huft...DITUTUP DULUU.. huft." teriak Shelina dengan napas tak beraturan.

Namun satpam tersebut tak menanggapinya. Shelina pun sampai didepan gerbang yang sudah tertutup dan memegangnya.

"Pak...huft..hufftt..tolong bukain...huftt..gerbangnya." pinta Shelina dengan tangan menggedor gedor gerbang.

"Nggak bisa!" tegas satpam yang bernama Mulyono yang akrab dipanggil Pak Mul.

"Tolong dong Pak....ya ya."

"Tetap tidak bisa! Lagian kamu kenapa telat? Mau jadi anak bandel kamu?!" sinis Pak Mul dengan berkacak pinggang.

"Nggak lah Pak. Saya baru sekali ini doang kok telatnya."

Sheluna menatap jam tangannya sekilas. "Lagian nih Pak, saya masih telat satu menit."

Pak Mul beralih menatap jam tangan jadulnya.

"Ya Pak ya, bukain ya! Plisss." ucap Shelina dengan menyatukan kedua telapak tangannya.

Pak Mul menatap Shelina sejenak. "Hmm ya sudah, tapi inget jangan diulangi lagi. Kalo sampe saya tau kamu telat lagi, saya nggak akan kasih toleransi."

"Siap Pak." jawab Shelina dengan tangannya hormat.

Satpam itu pun membuka gerbangnya. "Cepet masuk! Keburu gurunya masuk kelas."

Tanpa babibu Shelina langsung berlari tak lupa berterima kasih. "Makasih Pak."

Shelina menghentikan larinya ketika melewati koridor. Matanya melirik ke kelas X yang sudah ada gurunya. Ia memelankan langkahnya.

Ketika sampai koridor lantai dua, Shelina mengendap endap. Ia was was tak mendengar suara apa pun dari kelasnya yang telah sunyi. 'Duh mampus gue.'

Baru saja gadis itu masuk, kelas yang tadinya sunyi langsung dipenuhi helaan napas.

"Lah Shelina ternyata, kirain Bu Dona." ujar Ryan si ketua kelas.

Kelas yang tadinya sunyi, berisik kembali.

Shelina menghelas napas lega dan menuju bangkunya. Terlihat Mely yang melambaikan tangannya.

"Shel, kok lo bisa telat sih? Nggak biasanya." ucap Mely heran.

"Kesiangan gue, nggak sempet sarapan, ojolnya juga kehabisan bensin lagi." keluh Shelina.

Mely tergelak. "Hahahaha paket komplit tuh Shel namanya."

"Ck sialan lo."

"Ehh eh tapi, emang gerbangnya nggak ditutup apa?"

"Ditutup." jawab Shelina santai.

"Lah, kok lo bisa masuk?"

"Ya dibukainlah sama Pak Mul."jawab Shelina tersenyum lebar.

"Emang dibolehin?" tanya Mely tak percaya.

"Ini nyatanya gue bisa sampe sini." jawab Shelina.

Tiba tiba Egi menyahutnya yang memang sengaja nguping percakapan mereka. "Enak bener lo Shel."

Shelina beralih menatap Egi. "Gue gitu loh."

Kelas mereka mendadak sunyi, karena Bu Darti yang merupakan guru Matematika datang. Beliau termasuk ke dalam daftar guru killer disekolah SMA JAYA BANGSA.

DARK MEMORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang