Dita mengemasi barang barangnya ke dalam tas sekolahnya. Di ruang yang biasaya penuh dengan siswa siswi itu kini hanya tersisa Dita yang masih sibuk dengan aktivitasnya. Hari ini Dita pulang lebih akhir dari teman temannya karena ia harus mencatat materi yang sempat tertinggal kemarin. Beberapa siswa siswa siswi lainnya sudah pulang. Namun,ada juga yang masih di sekolah untuk mengikuti ekstrakulikuler.
Setelah menutup tasnya dan dirasa tak ada lagi barang yang tertinggal, Dita memutuskan untuk keluar dari ruang kosong itu. Dengan langkah santai Dita keluar dari kelasnya menuju kelas Biologi 3. Kelas tempat Dena belajar.
Dena adalah salah satu sahabat Dita yang bisa dikatakan baru kenal beberapa bulan terakhir. Hari ini Dena meminta Dita untuk menemaninya menyatakan cinta kepada Beni teman satu sekolah mereka. Baru beberapa langkah Dita melangkahkan kaki mungilnya sosok Dena sudah terlihat dari jarak pandangnya. Kini saat dimana Dita dan Dena bertemu di titik tengah langkah mereka.Dita merogoh sakunya mengeluarkan kertas warna merah muda dan menyerahkannya pada Dena.
"Nih pesenan lo" kata Dita menyerahkan kertas itu. Yups, kertas itu adalah puisi yang akan digunakan Dena sebagai alat menyatakan cintanya pada Beni. Dena sengaja menyuruh Dita untuk membuatkan puisi karena Dita adalah salah satu pengisi mading sekolah yang terkenal dengan puisinya."Widih, baik banget lo dit."
"Iya lah, Dita gitu loh"
"Keren...." kata itu refleks keluar dari mulut Dena ketika selesai membaca secarik kertas tersebut.
"Kalau gitu aja lo puji puji gue,Dasar." Mendapat perkataan seperti itu dari Dita,Dena hanya terkekeh. "Eh,gue kasih nama nggak ya?" Tanya Dena meminta saran. "Ya iyalah, kalau nggak lo kasih nama Beni nggak bakalan tau itu dari siapa"
Dena menghentikan langkahnya kemudian mengambil bolpoin yang melekat di saku seragamnya dan mulai menulis sesuatu di secarik kertas berwarna merah muda itu dan menjadikan punggung Dita sebagai pengganti meja.
"Udah"
"Yaudah buruan lo kasih ke lokernya Beni mumpung masih pada ekskul" saran Dita dan langsung diangguki Dena.
Beni adalah salah satu anggota ekskul basket yang cukup dikenal di SMA Citra Bangsa, selain ia ahli dalam bidang olahraga,Beni termasuk siswa yang tidak pernah mendapat tanggapan negatif ataupun hal semacamnya. Beni juga sangat pemilih dalam memilih teman,meskipun ia cukup dikenal namun sampai saat ini sahabat dekatnya hanya fian dan valdo.
"Dit,ntar Beni jijik nggak ya sama gue?" Tanya Dena dipertengahan langkahnya.
"Jangankan Beni, gue aja jijik sama lo." Kata Dita bercanda. "Ye, lo mah gitu sama temen sendiri""Bercanda, lo mah nggak ngerti bercanda apa yak, heran" kata Dita sedikit tertawa. Kini Dita dan Dena sudah berada di loker siswa kelas fisika, kelas Beni. Suasana yang cukup sepi membuat hati keduanya sedikit lega dan merasa aman. Namun anehnya, Dena tak kunjung melangkahkan kakinya ke loker Beni. Dena justru diam menunduk disebelah Dita sambil memegang secarik kertas merah muda itu.
"Den, buruan. Mumpung nggak ada orang" saran Dita. Disini memang benar benar sepi tak ada orang selain mereka berdua. "Dit,kok gue deg-degan ya, gue grogi dit" kata Dena tiba-tiba.
Aneh, bisanya Dena adalah tipikal orang yang tidak pernah gengsi untuk mengutarakan perasaanya pada seseorang yang Dena kagumi. Dena menoleh ke arah loker Beni kemudian mengalihkan pandangannya pada Dita yang berada di sampingnya. "Dit, gue nggak berani, lo aja ya."
Deg
Tiga kata terakhir dari ucapan Dena membuat Dita sontak berkata "ya nggak lah, gila lo?" Mendengar kata itu terlontar dari mulut Dita membuat Dena sedikit lemas, namun sedetik berikutnya wajah Dena kembali ceria. "Bentar,dit"
KAMU SEDANG MEMBACA
Planet Atom
Teen FictionTerjebak diantara memilih melupakan tapi takut gagal atau membiarkan perasaan itu tetap ada namun takut dia tidak memiliki rasa yang sama. Ya,itu yang saat ini Dita rasakan. Terjebak dengan orang yang seharusnya sudah hilang dari circle Dita. kalau...