BAB 9 : Keputusan.

163 35 23
                                    

Sekuat apapun kita mencoba menjauh
Takdir selalu mendukung kita untuk bertemu lagi
....

"Lupain gue. Fokus ke diri masing masing ini udah saanya untuk kembali menjadi asing"

"Dit, kita baru aja deket lagi. Masa lo mau kita jauhan lagi?"

"Kita emang seharusnya nggak usah deket!".

"Dit"

"Jauhin gue atau gue akan benci lo?" Katanya pelan namun penuh penekanan.

Dita bersikeras untuk meminta Valdo menjauhinya. Tekad Dita untuk move on dari Valdo semakin kuat. Bukan, bukan karena Dita sudah tidak menyukai Valdo, bahkan sampai saat ini tidak ada seseorang yang bisa menggantikan nama Valdo di hati Dita. Dita meminta Valdo untuk menjauhinya karena Dita sudah lelah untuk bertahan dalam ketidakpastian.

"Oke, kalau menjauh dari lo bisa nebus kesalahan gue, gue turutin kemauan lo, asal lo maafin gue"
....

Setelah kejadian siang itu Valdo benar benar menjauh dari Dita. Bahkan saat mereka berpapasan di koridor maupun bertemu di kantin, mereka sama sama mendiamkan satu sama lain, tidak ada sapaan maupun perbincangan diantara mereka. Seperti saat ini, ketika titik temu mempertemukan mereka di koridor mereka sama sama melihat tetapi detik berikutnya Valdo memilih untuk mengalihkan pandangannya dan mengajak Fian berbicara.

"Eh yan. Lo parah banget, kemarin adek gue sampek ketakutan banget loh. Parah  banget lo, adek gue sampek kesel gitu " Kata Valdo pada Fiyan dengan tawa diakhir, begitupun dengan Fian.

"Abisnya adek lo lucu sih kalau kesel"

Itu adalah kalimat terakhir yang Dita dengar dari perbincangan mereka, sebelum akhirnya mereka di pisahkan oleh jarak yang membuat mereka semakin menjauh.

Kalimat Fian itu membuat Dita teringat dengan ucapan Valdo kala itu, persis. Sebenarnya di posisi seperti ini Dita rindu dengan kebersamaannya dengan Valdo. Namun sebelum itu Dita cepat cepat menepis pikiran itu.

Sebelum ke kelas,Dita memutuskan untuk ke toilet lebih dulu. Entah kenapa setiap ia bimbang dan tak tahu harus apa, cuci muka adalah satu satunya cara untuk menenangkan diri.

Dita mencuci mukannya dan menatap pantulan dirinya dalam cermin, dengan wajah yang masih basah, ia berkata "Bisa dit, lo bisa move on. Jangan sampai usaha lo gagal lagi dit, jangan" katanya pada diri sendiri kemudian ia mengeringkan wajahnya dengan tissu.

Tak lama dari itu ada dua siswi yang masuk kedalam kamar mandi, dua siswi itu mengambil tempat di samping Dita, salah satu siswi itu merapikan rambutnya kemudian mengolesi bibir keringnya dengan lip tint.

Merasa diamati oleh Dita, siswi yang sedang mengoles lip tint itu menoleh ke arah Dita. "Eh, Dita. Apa kabar" katanya basa basi. Dita hanya memutar bola matanya malas. "Eh, btw kemarin lo lagi digosipin ya sama rivaldo?"

"Lo kasih puisi kan ke rivaldo?"."lo beneran suka atau cuma mau pansos doang biar tenar?" Tanyanya sok halus.

Dia Fransiska, siswi yang suka caper ke cowok cowok di sekolahan. Ia sering keluar masuk BK karena sering membully adik kelas. Dan dia adalah orang yang dulu pernah membully Dena. Di SMA Citra Bangsa bukan hanya Fransiska dan Chika yang selalu jadi sorotan guru guru, ada satu kubu lagi, nama gengnya 'civilian squad', dalam geng itu terdiri dari dua cewek dan empat cowok, mereka adalah bad girl dan bad boy di sekolahan, kerjaan mereka hanya nongkrong di kantin dan kadang menodong uang  adik kelas.

"Dita dita, emang masih jaman ya kasih puisi cinta?" Tanya Chika tertawa meremehkan.
"Lagian elo sih, temenan sama dena. Kan jadi ketularan murahnya" Kata Siska dengan tawa iblisnya.

Planet AtomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang