Bab 4 :Mas Pacar

265 54 20
                                    

Mendung belum tentu hujan dekat belum tentu jadian. Ngasih perhatian juga belum tentu satu perasaan
....

"Gue tau lo suka sama gue"

Jleb!
Jadi bener selama ini Valdo sudah tahu kalau Dita ada rasa sama dia?. Dita menegang beberapa detik pertama setelah Valdo mengucapkan kalimat itu.

"Kayaknya lo emang dilahirkan dengan tingkat kepedean di atas rata rata deh, siapa juga yang suka sama cowok tengil kayak lo" jawab Dita lalu melangkahkan kakinya lagi.

Kini Dita sudah sampai di gerbang sekolah yang sudah dipadati oleh sekumpulan siswa-siswi yang menunggu jemputan. Begitupun dengan Dita.

"Dita"

"Apa lagi sih?". Jawab Dita mulai bertambah kesal.

"Maaf kalau kehadiran gue membuat lo ngerasa terganggu, gue cuma mau kita deket lagi kayak dulu dit, kayak kita waktu smp"." Tapi kalau lo nggak mau gue ngerti kok dit"

Dita mendengarkan kata demi kata yang keluar dari mulut Valdo. Ucapan dengan nada lirih itu membuat Dita merasa sedikit bersalah. Apa iya Dita terlalu egois, apa iya Dita terlalu jahat sama Valdo.

"Do, maksud gue nggak gitu". "Gue-"

Tin Tin

Suara klakson mobil itu menghentikan kalimat Dita, Pengendara mobil berwarna kuning itu membuka kaca mobilnya kemudian tersenyum. Dia Aqella, kakak kandung Dita, ia memang selalu menghantar jemput Dita ketika dia pulang kukiah tepat waktu.

Aqella sedikit cerewet, pinter masak, pintar dibagian akademik juga dan terakhir dia sedikit somplak. "Gue udah dijemput" kata Dita kemudian melangkahkan kakinya masuk kedalam mobil. Sebelum Aqella melajukan mobilnya, ia membunyikan klaksonnya kemudian mengangguk dan tersenyum ke arah Valdo.

Kini mobil Aqella sudah menyusuri jalan, meninggalkan Valdo yang mematung memandang kepergian Dita.
"Tadi siapa dek?"."pacar?"

"Temen" kata Dita datar. "Terus muka lo kenapa bete gitu. Ada masalah?" Tanya Aqella serius. Aqella sangat sayang dengan Dita, dia sangat peduli dengan adiknya. "Nggak" jawabnya lagi datar.

"Kalau ada masalah cerita, jangan dipendem sendiri. Ntar stres". "Apa mau stress sekarang?, mumpung di depan ada rumah sakit jiwa tuh. Sekalian gue daftarin, minat nggak?"

Memang benar yang dikatakan Aqella beberama ratus meter kedepan mereka akan melewati rumah sakit jiwa. "Stres kok ditawarin. Aneh" kata Dita dengan sedikit tertawa diakhir kalimatnya.

"Eh gue beneran lho, mumpung gue baik hati nih gue tawarin. Mau nggak?"

"Kayaknya lo lebih cocok deh kak"."coba lo bayangin kalau lo gila, ketawa ketawa di pinggir jalan, rambut acak acakan, seru nggak tuh?" Ucap Dita bercanda.

Aqella nampak berfikir sebentar. "Bener juga sih, kayaknya sih seru. Kapan kapan nyoba yuk" ajak Aqella. "Lo aja, gue nggak ikutan" kata Dita kemudian mereka tertawa keras penuh kepuasan.

Terkadang hal sesederhana ini bisa buat kita bahagia. Ternyata bahagia itu bukan tentang apa yang di beri, tapi dengan siapa kita menikmati kebahagiaan itu.

Mobil Aqella memasuki pekarangan rumah. Dengan kondisi masih tertawa, mereka keluar dari mobil dan masuk kedalam rumah.

"Assalamualaikum, bunda" ucap mereka bersamaan dengan kondisi masih sedikit tertawa. "Waalaikumussalam, kenapa ini kok pada ketawa?" Tanya Gendis,ibu kandung mereka ditengah tengah mereka mencium tangannya.

"bunda,kakak mau nyoba gila loh, bunda mau ikut nggak?". Tanya Dita bercanda

"Seriusan?". "Kapan? Nanti kita pesta ya dek" Gendis adalah ibu yang benar benar bisa tahu kondisi anaknya, beliau adalah orang yang cukup asik untuk diajak bercanda. "Astaga, bener bener ya dirumah ini nggak ada yang waras" ujar Aqella sembari menggelengkan kepala.

Planet AtomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang