Bab 22 : Tanpa Status

107 21 13
                                    

Mempertahankan perasaan diatas pertemanan bukanlah suatu hal yang mudah. Aku tahu bahwa didalam pertemanan akan ada kata perpisahan. Tapi setidaknya tidak akan ada kata putus di dalam hubungan TANPA STSTUS
....

Bilik putih itu menjadi saksi betapa senangnya Dita ketika pulang dari outing class hari ini. Ia menutup pintu kamarnya kemudian berteriak tanpa suara. Ia melempar tasnya asal kemudian memutar putar tubuhnya karena terlalu senangnya.

Ia melempar dan menjatuhkan tubuhnya diatas kasur putih itu. Menatap langit langit kamar dengan perasaan bahagia. Dita menengok kearah boneka di sampingnya kemudian mengambil dan memeluknya erat. Bukan, bukan boneka pemberian Valdo tadi, tapi boneka yang selalu menemaninya tidur.

Dita menjauhkan boneka itu dari pelukannya kemudian menatap boneka itu. "Ternyata enak juga ya hubungan tanpa status, kan nggak bakalan ada kata putus, ya kan?" Tanya Dita pada bonekanya. Ia menganggukkan boneka itu seakan akan boneka itu menyetujui ucapannya. "Anak pintar," ucap Dita kepada boneka itu.

"Eh bentar, aku bawa teman baru loh, mau kenalan nggak?" Tanya Dita dan lagi lagi menganggukkan boneka itu. "Oke sebentar ya," Dita bangkit dari tidurnya kemudian menggeledah tas yang tadi ia bawa saat outing class.

Ia kembali ke atas ranjangnya membawa boneka beruang kecil pemberian Valdo tadi. "Tada!" Ucap Dita  dengan semangat. Ia mendekatkan boneka kecil itu dengan boneka besar yang ada di kamarnya. "Eh, gue kasih nama siapa ya?" Tanya Dita pada dirinya sendiri.

"Dulu kan gue kasih nama boneka ini Lady, karena dari kak Aqella buat dita,  berarti sekarang gue kasih nama boneka kecil ini Valita, karena boneka ini dari Valdo untuk Dita." Ucapnya kemudian tersenyum.
....

"Jadi..., yang kasih puisi ke kamu waktu itu Dita anaknya Bu Gendhis?" Tanya Rika dengan senyum menggoda anaknya.

Valdo menjauhkan ponsel dari hadapannya. Ia tak tahu bagaimana cara menjawab pertanyaan dari mamanya itu. Valdo hanya meringis sebagai jawaban.

"Kamu suka sama Dita? Atau pacaran mungkin?" Tanya Rika.

"Valdo nggak pacaran mah, Valdo kan udah janji sama mama,"

"Mama kira kamu lupa,"

"Nggak mah, masa lupa"

"Gimana coba janjinya, ulangin dong?"

Valdo mengembuskan nafasnya sebentar. "Saya berjanji, bahwa saya tidak akan pernah pacaran lagi, dan saya berjanji bahwa jika ada seorang perempuan yang saya cintai, saya akan menjaga dan mendapatkan dia dengan cara yang halal dan sah dalam ikatan  pernikahan, bukan pacaran" ucapnya.

Rika tersenyum puas mendengar ucapan anak senangnya itu. "Good boy," katanya. "Lagian ya kak, kalaupun kakak ajak Dita pacaran, mamah yakin kalau Dita nggak akan dibolehkan sama ibunya,"

"Kenapa gitu?"

"Ya karena ibunya Dita juga sama kaya mamah, apalagi Dita perempuan, pasti ibunya akan lebih menjaga."
....

Sesudah mandi dan berganti pakaian, Dita keluar dari kamarnya menuju ruang keluarga, disana ada bunda dan Aqella yang sedang mengobrol entah mengobrol apa, tapi tadi kata Aqella bunda mau bicara sama Dita.

"Bunda, tadi kakak bilang katanya bunda mau bicara sama adek?"

"Sama kalian berdua," jawab bunda.

Melihat suasana sih sepertinya bunda akan membicarakan hal yang serius. Dita duduk mendekat ke arah bunda. "Mau ngomong apa bunda?" Tanya Dita

"Kenapa kalian tegang gitu sih mukanya?" Kata bunda dengan tawa renyahnya. "Ya abis tadi bunda nadanya serius," ucap Aqella.

Planet AtomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang