Bab 35: Nikah?

122 17 25
                                    

Malam itu, di gedung yang cukup ramai, dihiasi lampu kristal dan dekorasi tambahan memberi kesan elegan pada gedung sederhana itu. Seperti dengan dress cantik yang Dita kenakan malam itu, benar benar senada dengan tema dekorasi gedung itu.

Dita berdiri di tengah tengah gedung itu, dengan senyum yang sedari tadi terukir di bibir tipis Dita, di imbang i dengan mata yang terharu akan momen ini. Bagaimana tidak? Kakak satu satunya, hari ini resmi menjadi milik orang lain. Hari ini, kakak satu satunya memiliki pendamping hidup.

Itu artinya ia akan melepaskan kakaknya hidup bersama laki-laki pilihannya. Dengan pengeras suara, Dita menyampaikan pesan untuk kakaknya. "Teruntuk kakak ku si cerewet yang perhatian, si anak pertama yang membanggakan keluarga. si tukang ngeluh yang dipaksa untuk tangguh, selamat menempuh hidup baru, " Ucap Dita dengan senyum dan air mata yang menetes.

"Untuk kakakku, kak Aqella Kaerisa, kakak kebanggaan Dita dan anak kebanggaan ayah dan bunda, dapat salam dari adik tercinta. Katanya, terimakasih sudah menjadi kakak yang selalu ada bagi Dita, terimakasih sudah menjadi bunda kedua bagi Dita. Menerima Dita, dan menyikapi Dita dengan baik."

"Kak, maafin Dita ya. Dita banyak salah sama kakak, habis ini kita nggak bisa lagi kak, berantem rebutan makanan, rebutan remote tv, dan berantem karena hal hal kecil. Dan sebentar lagi kita akan rindu dengan momen momen itu, momen yang nggak akan ke ulang lagi."

Aqella tidak bisa menahan air matanya, ia membiarkan air matanya jatuh. Bahkan bukan hanya Aqella yang meneteskan air mata. Dita, bunda, dan tamu tamu yang lain juga merasakan hal yang sama. Mungkin kalau tamu mereka hanya terharu, tapi ada juga sih yang nangis.

"Buat mas bayu, laki-laki pilihan kakakku, perlu mas bayu tau bahwa kakakku yang satu ini sedikit keras kepala dan banyak bicara. Untuk itu, Dita harap mas bayu bisa mengerti. Jaga dia ya mas, seperti dia menjaga ku dan melindungi ku. Mas bayu, laki-laki pilihan kakakku, titip si cantik ku ya mas, jangan sakiti dia, jangan bikin dia sedih,jangan runtuhkan kepercayaan ku sama bunda ya mas, aku sama bunda percaya mas bisa bahagia in kakak. "

"Dita tau, mas bayu sayang sama kakak. Aku nggak rela kalau kak aqell disakiti orang lain, jangan sakiti dia ya mas."

Dita berhenti bicara sebentar. "Dita sayang sama kakak"

Tangisan Dita semakin menjadi, hingga Aqella berjalan ke arah Dita dan memeluknya. Melihat kedua anaknya yang sedang berpelukan membuat Gendhis tersenyum haru. "Dita nggak siap jauh dari kakak," katanya dalam dekapan Aqella.

Aqella yang juga berlinang air mata, kini melepas pelukannya. Menatap lekat adiknya dengan kedua tangan yang berusaha menghapus air mata adiknya. "Udah ya, jangan nangis" seperti biasa, ketika Dita dilarang menangis, air matanya selalu jatuh begitu saja.
....

"Duh temen gue kelamaan jomblo, nyengir juga sama hp," komentar Valdo ketika melihat Fian yang senyum senyum sendiri dengan ponselnya.

"Siapa bilang gue jumblo"

Kalimat itu membuat Valdo membelalakkan matanya, kaget akan ucapan sahabatnya itu. Bagaimana mungkin hal itu bisa dipercaya? Sedangkan sejauh ini Fian selalu mengejar Aurora dan selalu di tolak.

"Lo sama rora jadian?" Tanya Valdo. Fian hanya memainkan alisnya dan tersenyum sebagai jawaban, itu menandakan bahwa tebakan Valdo benar. "Serius? Widih, nggak sia sia perjuangan lo selama ini yan yan. Bangga gue sama lo," kata Valdo senang mendengar kabar itu.

Hampir tiga tahun Fian berusaha mendekati Aurora dengan segala cara tapi tetap di tolak, tapi akhirnya luluh juga. "Hidup itu berproses do, dan setiap proses akan membuahkan hasil, enah hasilnya sesuai rencana ataupun sebaliknya". "Kalau lo termasuk yang mana?" Tanya Fian.

Planet AtomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang