BAB 11: Pindah?

131 31 30
                                    

Ternyata tidak semua yang kita rencanakan akan berujung baik
....

"Bukannya gitu do". "Gue ngerasa bersalah aja udah nyuruh lo pergi padahal lo yang paling peduli"

Valdo ikut duduk di samping Dita. "Lo pengin tau alasannya?"

"Apa?"

Valdo menatap Dita lekat. "Kalau lo ngira gue proton, lo salah. Lebih tepatnya, gue adalah atom yang takut kehilangan elektron"
....

Mendengar suara motor yang berhenti di depan Rumah, Gendhis melihat dari jendela memastikan siapa yang datang.
"Do, makasih ya. Cuma lo yang yakin kalau gue nggak salah" Kata Dita dengan suara lirih. Dita benar benar pulang setelah kejadian tadi, ia di antar oleh Valdo. Valdo tersenyum dan mengangguk. "Yaudah, buruan balik ke sekolah. Keburu bel masuk".

"Jangan nangis lagi" sebenarnya Dita sudah tidak memikirkan masalahnya, namun karena Valdo berkata seberti itu membuatnya kembali teringat dan membuat matanya berkaca kaca.

"Gue bilang jangan nangis Dita, malah nangis"

"Gue masuk dulu, hati hati"

Dita masuk ke dalam rumah meninggalkan Valdo yang entah sudah pergi atau belum. Gendhis melihat putrinya yang datang dengan mata yang berkaca kaca. "Adek kenapa?" Tanpa menjawab pertannyaan ibundanya, Dita langsung memeluk wanita itu.

"Bunda..." rengeknya

"Kenapa sayang, duduk dulu yuk"

"Loh dek, lo kok udah pulang?" Kata Aqella yang ternyata ada di dalam rumah. "Kaki lo kenapa?"

Aqella kemudian ikut duduk di samping Dita. Dita hanya menangis belum bisa memberi penjelasan. "Dek kenapa?" Pertanyaan Aqella membuat tangis Dita semakin menjadi.

"Dita pingin pindah sekolah" kata Dita dengan nafas yang naik turun.

"Kenapa?" Tanya Gendis.

"Dita nggak punya temen disisni". "Aurora, Nadia, Sarah, Sindy, semua jauhin Dita"

"Tadi pagi bu sandra bilang di depan semua peserta upacara kalau karya dita yang dipakek buat lomba bukan karya dita sendiri. Dita dituduh plagiat bunda, padahal dita nggak pernah nyontek karya siapapun."

"Guru lo tega ngomong hal kayak gitu di depan umum?" Dita mengangguk sebagai jawaban.

"Lo mau pindah kemana?, gue urus surat suratnya sekarang!" Aqella ikut emosi dengan cerita Dita.

"Kak, kamu yakin ngizinin Dita pindah sekolah?" Tanya Gendhis.

"Bunda, Dita itu nggak pantes sekolah di tempat kayak gitu. Guru nggak ada toleransi dan rasa kasihan kayak gitu nggak pantes untuk di contoh, guru apaan kayak gitu"

Kalau dipikir pikir, ucapan Aqella benar juga. Bu Sandra kenapa setega itu memberi tahu berita seperti itu di depan banyak orang?. Apakah nggak bisa dibicarakan baik baik?.

"Boleh nggak kalau dita ikut ayah?" Ayah Dita kerja di salah satu pelabuhan yang berada di Lombok. "Lo mau sekolah di Lombok?" Tanya Aqella dan lagi lagi diangguki oleh Dita.

"Besok gue ke sekolahan lo buat ngurusin kepindahan lo" ucap Aqella

"Yaudah telpon ayah dulu" suruh Aqella

"Hallo"

"Yah, kapan pulang?, dita kangen ayah". Katanya dengan suara serak.

"Cantiknya ayah kenapa nangis?". Tanya ayah Dita dengan nada lembut. Ketika ditanya kenapa disitu tangis Dita kembali pecah.

Planet AtomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang