Bab 26 : Jadi pacar?

101 18 18
                                    

"Gue tau, dan gue udah pernah bilang ke elo, kalau rasa yang bisa gue kasih ke elo itu kayak atom, kecil dan nggak bisa di bagi lagi."

Sebelum Dita merespon ucapan Valdo, bel masuk berbunyi, sampai akhirnya Dita memilih menghindari percakapan itu dengan alasan sudah bel masuk. "Udah bel, gue ke kelas dulu."

Valdo hanya memandang kepergian Dita, mengizinkan Dita masuk ke kelas. Ia duduk kembali ke tempat dimana tadi ia dan Dita tempati dan mengacak acak rambutnya frustasi.

"Bersikap baik salah, nggak jujur sama perasaan salah, kalau gue ninggalin meldy nanti pada mikir kalau gue php, susah emang kalau jadi cowok ganteng dan baik hati kayak gue," ujarnya penuh percaya diri.

"Ya elah, di cariin ternyata disini," ujar Fian yang tiba tiba datang. Fian menepuk bahu Valdo kemudian ikut duduk. "Itu muka kenapa? Kayak orang banyak utang," kata Fian.

"Ternyata jadi orang baik itu ngebingungin, nge bela ini salah, nurut itu salah, apalagi kalau jadi orang Jahat pasti serba salah," tutur Valdo.

Maksud ucapan Valdo adalah ia selalu salah dalam berbuat baik, contohnya ketika ia tetap bertahan dan baik ke Meldy ia salah karena dengan sikap dia yang seperti itu membuat Meldy merasa bahwa Valdo memberi harapan ke Meldy, hal itu juga pernah dirasakan Dita.

Yang ke dua, ia mau nurut sama mamanya untuk tidak berpacaran. Tapi karena dia tidak pernah mengungkapkan suka ke Dita membuat Dita ragu dan bingung, sebenarnya Valdo ada rasa atau tidak?.

"Maksud lo gimana sih do, kok gue nggak paham," kata Fian.

"Apa sih yang lo tau?, makannya sekolah yang bener jangan bolos kelas"

Ucapan Valdo membuat ia ingat sesuatu dan refleks menepuk jidatnya. "Astaga, gue kan ke sini di suruh Miss Silvi buat manggil lo, kenapa gue malah ngajak lo ngobrol."

"Dasar pikun," Ejek Valdo.
....

Selama pembelajaran berlangsung, Dita tidak benar benar konsentrasi. Pikirannya sudah kacau, campur aduk antara mau jujur ke Valdo tentang seseorang yang mengajaknya ke toko perhiasan itu atau tidak dan memikirkan akan gengsi nya, karena Dita sudah bilang ke Valdo bahwa ia akan fokus pada cita-cita nya dan lupakan cinta.

Lalu buat apa Dita menjelaskan soal orang itu? Bukannya mereka hanya berteman?. Mereka bukan siapa siapa, jadi kenapa harus dijelaskan?.

"Gue jujur nggak ya ke Valdo soal kejadian di toko perhiasan kemarin?"

"Tapi masa iya gue jelasin. Kan gue yang bilang kalau nggak usah di jelasin, dan gue nggak minta penjelasan."

"Tapi Valdo udah kasih penjelasan ke gue soal kak meldy. Masa iya gue nggak kasih penjelasan soal kejadian kemarin."

"Tapi kalau gue jelasin, nanti gue seolah olah ngejar Valdo dong, mana gue udah bilang mau fokus ke cita cita."

"Nanti kalau gue jelasin pasti dia ke pd an. Terus bilang gini katanya mau fokus ke cita cita, kenapa masih bahas soal cinta? Kan kita nggak ada hubungan apa apa, ngapain harus di jelasin. Bilang aja lo nggak mau jauh dari gue. Duh gue harus gimana dong?" Tanya Dita dalam hati.

Dita membatin ucapan ucapan itu, memikirkan bagaimana ia harus bersikap ke Valdo. "Ayo Dita, bisa bantu ibu, tolong jelaskan!" Suara itu suara Bu Mike, Guru Bahasa Indonesia.

"Kenapa harus dijelasin kan bukan siapa siapa," kata Dita tanpa sadar kemudian Aurora menyenggol lengan Dita, baru ia tersadar dan refleks menutup mulutnya.

"Astaga gue ngomong apa sih," batin Dita.

"Bukan siapa siapa?, saya guru kamu Dita !, sekarang kamu keluar dari kelas, hari ini jangan ikut kelas saya, paham?"

"Baik bu"

Dita sudah pasrah akan keputusan Bu Mike, biasanya Dita akan menolak dan meminta maaf jika berbuat salah, tapi tidak untuk kali ini, Dita malas untuk berdebat dengan siapapun sekarang.

"Kalau cuma disuruh keluar kelas mah, keluar aja kali. Lagian kita kan harus nurut sama guru," katanya disepanjang perjalanan keluar kelas

Mau tidak mau Dita keluar dari kelas dan tidak mengikuti pembelajaran. Dengan langkah lemas dan tidak tahu arah, akhirnya Dita memutuskan untuk pergi ke kantin.

"Lemon tea satu buk," pesan Dita.

Memilih tempat duduk dan memainkan ponselnya, mencari informasi tentang beasiswa dan hal hal lain yang mungkin bisa membantu jalannya untuk melanjutkan kuliah."Ini mbak dita minumnya," kata ibu kantin sambil menyerahkan pesanan nya.

"Makasih bu, ini uangnya."

Dita mengaduk aduk minumannya dengan sedotan dengan mata yang kembali fokus ke layar ponselnya. "Hekm," suara itu membuat Dita mengalihkan pandangannya, dan setelah tahu dia siapa ia refleks berdiri dan refleks memundurkan kursinya. Erlan dan Novan, iya itu mereka.

"Kenapa kaget gitu?" Tanya Erlan.

"Lo mau ngapain?" Tanya Dita dengan sedikit takut.

"Nggak usah takut kali dit, gue cuma mau nanya nanya kok sama lo," kata Novan.

Tanya? Mau tanya soal apa sih?. Mendengar mereka hanya ingin bertanya, Dita kembali duduk di tempat semula. "Mau tanya soal apa?"

"Lo mau nggak jadi pacar gue?" Tanya Novan. Pertanyaan itu membuat Dita membelalakkan matanya.

"Pacar? Nggak lah gila lo," jawab Dita cepat.

"Pura pura doang dit". "Lo tau kan gue sama valdo-"

"Berantem gara gara kak meldy? Iya gue tau."

"Dan meldy nggak mau ngelepas Valdo dit"

Deg!

Dita menundukkan kepalanya sejenak saat mendengar perkataan itu. Sakit sebenarnya, tapi mau gimana lagi coba. Dita kan bukan siapa siapa Valdo, dia nggak berhak melarang apapun. Dita mengalihkan pandangannya sebentar untuk mencegah air matanya keluar. Setelah melakukan itu, Dita kembali menatap Novan dan tersenyum.

"Ya berarti imbang dong, Valdo juga nggak mau ngelepas kak meldy buat lo, kompak banget ya sama sama nggak mau ngelepas " katanya kemudian tersenyum palsu. Disitu Erlan hanya menyimak percakapan mereka sambil merokok, dan sesekali Dita menepis asap di sekelilingnya.

"Hebat lo, bisa senyum buat nutupin sakit," Celetuk Erlan kemudian tersenyum miring.

"Dit, gue udah ikhlas kalau meldy sukanya sama valdo, gue nggak maksa itu."

"Terus,kenapa lo malah bahas ini ke gue?"

"Gue tau lo tulus sama Valdo, dan kalau gue lihat lihat Valdo juga ada rasa sama lo," kata Novan.

"Valdo itu baik, bahkan terlalu baik. Dan mungkin yang lo lihat selama ini rasa simpati Valdo ke gue, bukan rasa suka," katanya kemudian tersenyum lagi.

"Kalau nggak ada rasa dia nggak mungkin dong sampai bela belain belajar rajut dan buat boneka buat lo," sahut Erlan.

Dita mengerutkan alisnya, "jadi, boneka rajut yang waktu outing class kemarin?"
"Iya buat sendiri, meldy yang ajarin. Meldy kan jualan rajutan."

Deg

Apa ini?. "Sebenernya maunya valdo apa sih?" Tanyanya dalam hati. "Gue pingin bantuin lo dit, dengan lo jadi pacar gue, lo bakal tau reaksinya valdo apa dan dia bakal bertindak atau nggak. Dan dari situ kita tau apa keputusan valdo."

Berlanjut....

🥑🥑🥑
Hallo guysku !. Kira kira Dita mau nggak ya jadi pacar Novan buat lihat reaksinya valdo?. Dan kira kira apa yang terjadi kalau seandainya Dita mau jadi pacar Novan?.
Kalian kepo nggak sih, siapa cowok yang di toko perhiasan dengan Dita waktu itu?. Udah ketebak belum nih?
Simak kelanjutan ceritanya ya....
Terimakasih orang baik💛

Salam hangat
@Dewinif1710

Planet AtomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang