BAB 12 : Untuk Putri Ayah

136 32 19
                                    

Setelah selesai menaburi bunga di makam ayahnya, Dita mengamati tulisan di papan nama ayahnya, pandangannya kini turun pada tulisan tanggal wafat ayahnya, Tujuh Belas September.

"Tujuh belas september" ucapnya lirih. "Kado yang nggak akan dita lupain yah"

Aqella dan Gendhis mengamati Dita yang masih memegang papan makam itu. Iya, hari ini hari ulang tahun Dita. Hari yang seharusnya di selimuti dengan suka cita dan penuh bahagia, kini harus di ganti dengan duka cita dan penuh air mata.

Aqella merangkul tubuh adiknya, kemudian mengajaknya pulang. "Dek, pulang yuk" ajaknya. "Dita masih mau disini kak"

"Dek, biarkan ayah beradaptasi dengan rumah barunya ya". "Kita pulang dulu, nanti kita kirim doa buat ayah, biar ayah tenang disana" Kata Gendhis.

Dari deretan kalimat yang di ucapkan Gendhis, tenang disana adalah kalimat yang membuat air matanya kembali menetes. Tapi Dita tidak membiarkan air matanya menderas lebih lama, ia menyeka air matanya kemudian berkata. "Dita ke rumah dulu ya yah, ayah baik baik disini" katanya kemudian berdiri dan berjalan pulang.
....
Sehabis mandi dan makan kini Dita ingin masuk ke dalam kamrnya. Ketika Dita ingin masuk ke dalam kamarnya, Gendhis menghentikan langkah putrinya. "Dek" panggilnya membuat Dita menoleh. "Tadi yang mandiin jenazah ayah nemuin ini disaku bajunya ayah." Kata Gendhis kemudian memberikan selembar kertas putih kepada Dita.

"Buat Dita?" Tanyanya kemudian bunda mengangguk. "Makasih bunda, dita ke kamar dulu ya"

Di atas ranjangnya, Dita membolak balikkan kertas itu kemudian membukanya, pemandangan pertama yang ia lihat adalah tulisan tangan ayahnya yang memenuhi lembaran kertas itu.

Untuk putri ayah, dita.

Hallo cantiknya ayah. Sebelumnya ayah mau berterima kasih karena putri cantik ayah mau baca tulisan ayah yang mungkin kurang jelas ini.

Di atas kertas putih ini, Ayah mau cerita sedikit tentang putri ayah yang tujuh belas tahun yang lalu dilahirkan di dunia. Putri ayah yang dulunya merengek karena minta mainan sekarang sudah dewasa hingga menangis karena lingkungan pertemanan, putri ayah yang dulu bahagia karena diajak main ke tempat wisata, mungkin sekarang bahagia karena mengenal cinta. Jujur, ayah tidak siap melihat putri putri ayah mencintai laki laki selain ayah. Ayah doakan semoga putri ayah dicintai oleh orang yang benar benar tulus dan bisa memperlakukan putri ayah sebagai seorang ratu.

Putri ayah sudah dewasa kan?, di kurangi ya egoisnya, nurut sama ayah sama bunda. ayah tau, kadang ayah dan bunda keras dalam mendidik putri putri ayah, kalian harus tahu bahwa ayah dan bunda menginginkan putri putri ayah tumbuh dengan baik. Maafkan ayah ya, ayah tidak bisa menjaga kalian selalu dalam 24 jam. Kalian harus tahu bahwa ayah kerja untuk kalian, jadi jangan bandingkan ayah dengan orang lain ya.

Nak, selama ayah jauh dari kalian, jaga bunda ya, ini sudah saatnya kalian gantiin jagain bunda, perlakukan bunda sebagaimana bunda memperlakukan kalian dengan penuh kasih sayang. Jangan kecewakan bunda ya sayang, ayah tahu kalian anak baik dan berbakti.

Putri ayah, hari ini hari yang sangat spesial bukan?. Hari ini hari dimana putri ayah yang cengeng ini dilahirkan ke dunia, nggak kerasa ya udah tujuh belas tahun putri ayah hidup di dunia, satu hal yang harus kamu ingat, meskipun ayah tahu bahwa putri ayah cengeng tapi ayah sangat benci air mata, jangan nangis ya sayang. Maaf ya ulang tahun kali ini tidak ada kado spesial dari ayah, semoga kepulangan ayah bisa menjadi kado spesial buat putri ayah, ayah pernah bilang kan bahagia itu bukan karena apa tapi dengan siapa kita menikmati kebahagiaan itu, semoga kebersamaan kita semua, keluarga yang lengkap di hari ulang tahun putri ayah bisa jadi kado spesial di ulang tahun ke tujuh belas ini. Selamat ulang tahun cantiknya ayah, sekarang udah dewasa dikurangin nangisnya ya, ayah benci air mata.

Planet AtomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang