Kita adalah dua asing yang sempat saling. Kita adalah dua orang yang tidak saling menyapa tapi pernah saling bicara. Bahkan saling mendoa.
..."Jadi kalian beneran pacaran?" Tanya Aurora. Pertanyaan Aurora membuat Dita dan Valdo kompak menoleh. Dita yang tak ingin membahas hal itu langsung masuk ke dalam kelas tanpa pamit dan ucapan selamat tinggal.
"Eh, Dita. Kebiasaan banget" Kata Aurora kemudian ikut masuk ke dalam kelas.
"Hekm, kayaknya ada yang abis di apelin nih" Goda Nadia yang bangkunya berada tepat di belakang Aurora. "Eh iya tau. Fian mah nggak ada bosen bosennya ya ngapelin si rora, padahal nggak pernah dihargain sama rora." Ujar sindy.
Memang sih yang dikatakan sindy memang benar, Aurora memang tidak pernah sedikitpun merespon kehadiran Fian. Padahal Fian cukup baik dan dia juga lumayan asik sebenernya. Tapi entah kenapa Aurora sebegitunya menolak kehadiran Fian.
"Yang gue maksud tuh Dita sin, bukan rora. Kalau rora mah udah biasa" jelas Nadia.
"Eh tapi ra, yang dikatain sindy tuh bener, coba deh lo buka hati lo buat Fian, hargain dia sedikit ra" saran Sarah, hal itu membuat Aurora menoleh ke arah dimana teman-temannya berada.
Dengan mata sedikit memicing, Aurora berkata "Lo mikir nggak?. Apa dengan gue nerima Fian terus masalahnya selesai?. Kalau gue nerima Fian, gue respon dia, dia bakalan mikir kalau gue juga suka sama dia, dan itu sama halnya gue bohongin Fian, dan gue nggak mau itu terjadi" kata kata Aurora itu membuat teman-temannya tercengang.
"Kalau masalah hati nggak bisa dibohongi dan kalau Fian terluka karena kebohongan yang gue perbuat taruhannya bukan lagi harta tapi air mata, kalau yang terluka itu perasaan nyambuhinnya bukan lagi pakek perban tapi orang yang datang dengan ketulusan." Sambungnya.
"Iya, gue setuju sama rora. Makannya jujur ke diri sendiri itu juga penting. Coba deh kita latihan bilang nggak seandainya kita emang nggak pingin. Jangan ragu untuk menolak sesuatu hanya karena kita nggak enak sama orang itu, karena bohong ke orang lain atau diri sendiri itu merupakam tindakan penipu" ujar Dita.
Ucapan Aurora dan Dita mampu membuat teman temannya melongo tak percaya. "Keren" puji sindy. "Sejak kapan kalian jadi bijak kayak gini, kursus dimana?" Canda Sarah. "Nggak kursus sih tapi lo tau lah gue kan anak kesayangannya Bu Mike" Jawab Aurora bercanda. Bu Mike adalah guru Bahasa indonesia yang mengajar di kelas ini. Guru yang cukup tegas dan disiplin.
"Halah" kata Sarah menghadirkan tawa teman-temannya.
"Selamat pagi menjelang siang anak-anak" Ucapan itu membuat siswa siswi penghuni kelas itu berhamburan menuju tempat duduk masing-masing. Beliau adalah Pak Cipto, guru kesenian dan daerah.
"Siang pak" jawab penghuni kelas bersamaan.
"Oke baiklah anak anakku kelas fisika tiga"
"Kimia pak" serbu mereka protes.
"Oh iya. Maklum tadi sarapannya ngutang"
"Hahaha, garing pak"
"Garing garing, emang kripik"
"Hahahaha"
Mereka tertawa sebenarnya bukan karena lelucon yang diucapkan oleh Pak Cipto, tapi karena Pak Cipto yang selalu berusaha ngelucu tapi garing. Jadi, mereka menertawakan hal yang sebenernya nggak lucu tapi jadi lucu karena nggak lucu. Ya gitulah pokoknya Paham nggak?
KAMU SEDANG MEMBACA
Planet Atom
Teen FictionTerjebak diantara memilih melupakan tapi takut gagal atau membiarkan perasaan itu tetap ada namun takut dia tidak memiliki rasa yang sama. Ya,itu yang saat ini Dita rasakan. Terjebak dengan orang yang seharusnya sudah hilang dari circle Dita. kalau...