Bab 20: Tedy Bear

119 19 11
                                    

"Bus lima diisi seluruh kelas kimia tiga ditambah kelas fisika satu absen satu sampai enam,"

"Bus enam diisi kelas fisika satu absen tujuh sampai akhir ditambah kelas fisika dua absen satu sampai dua belas,"

Suara Pak Cipto menjadi titik fokus pendengaran bagi siswa siswi kelas dua belas yang akan melaksanakan outing class, beberapa siswa yang sudah mendapatkan bus kini berjalan dengan sedikit rempong membawa barang bawaannya.

"Dit, berarti Valdo satu bus sama kelas kita dong," kata Aurora sedikit menggoda.

"Ya nggak lah, Valdo kan absen akhir, dan yang satu bus sama kita itu cuma sampai absen enam," jawab Dita.

Mereka memasuki bus dan memilih tempat duduk yang bersebelahan. Dita dengan Aurora sedangkan Nadia, Sarah dan Sindy memilih tempat duduk yang bisa untuk bertiga.

"Yang satu bus sama kita itu Fian, ra" jelas Nadia.

"Fian kan huruf F, biasanya F itu absen belasan Nadia," kata Aurora.

"Alfian bukan Fian," ucap seorang pria yang baru saja datang dengan santainya. Iya, dia Fian. Fian tersenyum puas melihat Aurora yang sedikit kaget melihat kedatangan Fian, begitupun Dita dan teman temannya.

"Jadi lo beneran satu bus sama gue?" Tanya Aurora.

"Kata Pak Cipto sih gitu". "Oh iya dit, nih ada titipan," ucap Fian memberikan boneka beruang rajut berwarna cokelat. Dita menatap pemberian Fian tanpa menerimanya.

"Dari Valdo,dit bukan dari gue"

"Iya tau, tapi buat apa?"

"Lo cekik aja bonekanya atau lo tusuk tusuk tuh kalau lo lagi sebel sama Valdo," kata Fian bercanda.

"Serius?" Tanya Dita.

"Ya nggak lah dita". "Ada ya, orang pinter yang kadar peka nya rendah," kata Fian pelan.

"Gue denger yan," kata Dita membuat Fian meringis karena ketahuan membicarakannya.

"Ya pokoknya gitu deh dit, ntar lo tanya aja sama Valdo, "

Fian akhirnya mencari tempat duduk di depan Nadia, Sarah dan Sindy. Tak lama dari itu bus jalan ke tempat tujuan, bus yang tadinya digunakan untuk mengobrol kini berganti menjadi nyanyian dan teriakan siswa siswi yang sangat bahagia.
....

"Fisika satu di bus enam lengkap udah lengkap ya". "Bu yang di bus lima nggak sekalian di absen?" Tanya Valdo kepada Bu Ranti yang kebetulan ditugaskan untuk mengawasi bus enam.

Bu Ranti menatap laki laki yang berdiri di sampingnya itu dengan senyum. "Mau nge absen atau mau ketemu dita?" Goda Bu Ranti membuat sesi bus penuh dengan siulan dan kata 'cie'.

"Mau nge absen bu, beneran" jawabnya dengan senyum senyum. "Nggak usah, disana udah di absen,"

"Siapa bu?, kan ketuanya saya, saya kan disini,"

"Oky, ketua kelas kimia tiga. Dia sama kayak kamu, kan kamu juga nge absen kelas fisika dua yang ikut bus ini,"

"Yah"

"Kenapa? Kok kayak kecewa gitu dengernya, tenang bro ada si Fian disana," Sahut Beni yang duduk di sebelah Valdo.

Pepohonan yang rindang dan rerumputan yang hijau, kini memanjakan mata setiap orang yang turun dari bus. Setelah sekian lama selalu belajar dikelas dengan pemandangan papan tulis, akhirnya bisa berganti suasana.

"Anak anak kelas dua belas, yang sudah sampai dimohon untuk segera turun dari bus menuju sumber suara, terimakasih"

Suara Pak Cipto kembali terdengar di telinga, dengan membawa ransel masing masing, mereka menuju sumber suara itu, berbaris rapi tanpa disuruh.
"Pendek tuh di depan, emang nggak bosen liat punggung orang?"

Gadis berkulit putih susu itu menoleh ke arah suara, mendongak memastikan ia siapa. Ia tersenyum ketika melihat si pemilik suara, dan dengan percaya dirinya ia berkata "makannya digendong biar gue nggak liat punggung orang mulu" bisiknya.

"Mau?"

"Jangan, belum mahram" katanya pelan.

Mereka tersenyum ketika saling pandang, kemudian mereka menyudahi obrolannya ketika Pak Cipto kembali bersuara dengan pengeras suara. "Jadi anak anak, habis ini kalian bangun tenda kemudian istirahat, nanti jam setengah satu kalian kembali kesini membawa alat tulis, paham?"

"Paham pak,"

"Silahkan,"

"Jangan jauh jauh, ntar ilang. Cewek mungil kayak lo susah nyarinya," kata Valdo menyusul langkah Dita.

"Lo kenapa sih hari kayaknya bucin banget sama gue?, pakek bawain boneka beruang rajut segala" ucap Dita dengan senyum.

"Sweet nggak tuh?"

"Mohon maap nih ya, lo ngasih gue boneka beruang rajut coklat biar apa gue tanya? Biar gue kayak MR. BEAN?" Kata Dita kemudian mereka tertawa.

"Iya juga ya, ternyata jadi cowok romantis tuh ribet ya," kata Valdo dengan tawanya.

"Eh lo nggak usah repot repot jadi cowok romantis kalau cuman mau bahagiain gue, denger lo nafas aja gue udah ketawa, bahagia banget kan?". "Lagian nih ya, gue tipikal orang yang jijik kalau di romantisin, gue juga heran sama diri gue sendiri,"

Mereka terlalu asik mengobrol sampai tidak sadar bahwa teman temannya memperhatikan mereka. "Dita, romantis romantis an nya udah dulu ya, sekarang kita bikin tenda dulu yuk," ajak sindy.

"Iya iya," ucap Dita kemudian meninggalkan Valdo ditempat.

Berlanjut....

🥑🥑🥑
Hallo guysku. Gimana kabarnya? Sehat?. Btw makasih banget buat pembaca setia aku, pokoknya makasih banget udah support aku sampai di titik ini. Terimakasih orang baik💛.

Btw gimana nih bab 20nya?. Jangan lupa vote dan komen ya, terimakasih orang baik 💛.
Salam hangat
@Dewinif1710

Planet AtomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang