Bab 29 : Mundur

92 19 18
                                    

Weekend kali ini, Dita menghabiskan waktu libur nya untuk berkumpul dengan teman temannya di tempat makan yang biasa ia jadikan tempat berkumpul.

"Eh sar, kayaknya erlan beneran suka deh sama lo,"

Kalimat yang baru saja dilontarkan Aurora, membuat semua tertuju padanya. Sarah yang tadinya sibuk dengan minumannya kini sedikit terkejut "kenapa lo bilang gitu?"

"Ini, gue baru aja dikabarin sama Fian. Katanya, dia sama valdo lagi di lapangan sekolah buat ngajarin Erlan main basket."

Kali ini ada yang beda dengan Aurora, ia tampak biasa saja ketika mendapat chatt dari Fian. Biasanya dia jutek, tapi kali ini ramah. Apakah Aurora pelan pelan membuka hati buat Fian?.

Dari ucapan Aurora tadi, Dita bisa tahu kabar Valdo sekarang. "Terus hubungannya sama gue apa?" Tanya Sarah. "Kan setau Erlan tipe lo kayak Beni yang anak basket, ya dia belajar basket lah," kata Nadia.

"Ya bisa aja kan Erlan belajar basket bukan buat gue"

"Tapi kata Fian gitu sar, ya kan dit Valdo juga kasih tahu lo kan?" Tanya Aurora.

Mendapat pertanyaan itu membuat Dita seketika kehilangan mood nya. Dita hanya tersenyum dan menggeleng pelan. "Eh, bentar ya gue ke toilet dulu," pamit Dita. 

Sebenarnya Dita ke toilet bukan karena ada keperluan, ia hanya menghindari pertanyaan pertanyaan lain tentang Valdo. Dita berjalan ke arah toilet yang tidak jauh dari tempat ia makan tadi.

Kini, flat shoes putih yang dipakai oleh Dita menginjak ubin toilet. Di dalam ruangan itu ada satu wanita yang sedang membenarkan riasan nya. Dita membasuh tangannya dan mengeringkan dengan tisu di dekatnya. Ia menatap dirinya lewat pantulan cermin.

"Dita?"

Mendengar sapaan itu, dita menggeser pandangan nya. Lewat pantulan cermin itu bisa Dita lihat bahwa orang yang di sampingnya tadi adalah Meldy. "Iya," jawabnya.

"Lo kesini sama siapa?"

"Temen"

"Iya lah temen, nggak mungkin sama Valdo. Orang Valdo aja nanti ke sini nyusulin gue"

Dita menyipitkan matanya ketika mendengar ucapan itu. "Lo mending mundur aja deh dit, akhir akhir ini Valdo banyak luangin waktu buat gue daripada lo."

"Valdo kayaknya udah nggak tertarik sama lo, ya gimana ya lo sadar diri aja deh," katanya kemudian menatap badan Dita. "Tulang belulang mana ada yang mau, masih kalah jauh tau nggak."

Tulang belulang, kata yang cukup menghina bukan?. Ya memang sih, Meldy lebih berisi dibanding Dita. Tapi apakah patut hal seperti itu di utarakan?.

Dita menatap tajam gadis di depannya. "Apa lo bilang? Tulang belulang?" Tanya Dita kemudian tertawa palsu. "Lo dengar ya, cowok itu nyarinya Tulang rusuk, bukan-" Dita menjeda kalimatnya kemudian menatap Meldy dari atas hingga bawah dan kembali ke atas kemudian tersenyum miring.

"Lemak rusuk. Terus lo bilang apa tadi? Masih kalah jauh?"

"Mungkin maksud lo gue kalah body kan bukan nyali?. Dan asal lo tau, gue nggak pernah sedikit pun ngerasa kalah dari lo. Gue cuma menghormati lo."

"Ya lo pikir aja, masa iya gue saingan sama tante tante. Lo mau saingan sama gue?. Maaf sayang bukan tandingan," kata Dita kemudian tersenyum miring.

Dita memang tipikal orang yang tidak akan tinggal diam ketika di senggol duluan. Dita melirik tajam ke arah Meldy kemudian keluar dari toilet.

Saat ia berjalan kembali ke meja makan, Dita papasan dengan Valdo, hampir saja mereka bertabrakan. Kini pandangan mereka bertemu, dan dengan cepat dita menggeser badannya agar bisa berjalan lagi. Namun sialnya, Valdo juga melakukan hal yang sama.

Planet AtomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang