Bab 18 : Tuduhan

97 26 1
                                    

Jika dalam persahabatan sudah hilang kepercayaan, maka apa yang mau dipertahankan selain kebencian antar teman.
....

"Sebenernya siapa sih yang teror kalian? Kok cuma lo sama sarah yang di teror, kalian salah apa gitu loh," keluh Sindy.

"Nggak ta-" ucap Dita kemudian bersin bersin. "Nggak tau," sambungnya.

"Itu orang yang neror kalian pada, mentalnya nggak ada, beraninya sembunyi sembunyi, cemen" kata Nadia.

"Dit, kayaknya ini nggak ada hubungannya sama penulis Website itu deh, kalau memang ada hubungannya kenapa Sarah juga kena teror?" Kata Nadia menebak nebak.

"Terus karena apa dong?" Tanya Dita.

"Ya nggak tau," ucap Nadia.

Sesaat kemudian, Dita kembali bersin bersin lebih sering dari sebelumnya. Aurora menempelkan tangannya pada kening Dita yang hangat. Mengetahui hal itu Aurora sontak berkata "Dit, lo sakit?"

"Nggak, cuma bersin bersin doang," jelas Dita sambil mengambil  tisu yang dibawanya dari rumah. Nadia kemudian ikut memegang kening Dita, benar saja suhu tubuh Dita tidak seperti biasanya.

"Eh beneran panas dit, ke UKS yuk". "Gue anter," Sambung Nadia. Dita menatap teman temannya yang menawarkan diri untuk mengantar dirinya ke UKS. "Nggak usah, gue cuma bersin aja kok,"

Sarah menghembuskan nafas nya kasar. "Dit, lo kalau dibilangin batu banget sih, udah ayo ke UKS," kata Sarah kemudian merangkul Dita dan menuntunnya ke UKS.

Saat ia di antar Sarah dan teman temannya ke UKS ia hanya bisa pasrah, ia hanya bisa merasakan kepalanya yang mulai pusing dan tubuhnya sedikit melemah. "Aninda, ini temen gue sakit," ucap Sarah pada petugas PMR yang kebetulan sedang bertugas di UKS hari ini.

Aninda mengecek tubuh Dita dan berkata. "Dita nggak papa kok, cuma butuh istirahat aja," kata Aninda setelah mengecek. "Alhamdulillah deh kalau gitu, lo istirahat disini ya, gue sama yang lain ke kelas dulu," kata Sarah lalu pergi bersama teman temannya yang lain.

Dita hanya mampu mengangguk dan menatap kepergian mereka. "Dit, gue ambil teh anget dulu ya," ucap Aninda dengan senyumnya kemudian melangkah pergi dari ruang UKS.

UKS, tempat yang sering ia jadikan tempat istirahat sementara ketika tubuhnya tidak sehat. Tidak hanya sekali dua kali, bahkan setiap tahunnya ia bisa empat sampai enam kali berada di UKS. Dita memejamkan matanya sebentar,mengistirahatkan tubuhnya  sambil menunggu kedatangan Aninda.

"Kenapa balik?"

"Udah istirahat dia, nanti malah ke ganggu,"

Kata samar samar itu membuat Dita kembali membuka matanya, dan benar saja ada orang di sana. Ketika melihat Dita terbangun mereka hanya meringis.
Dita mengubah posisi tidurnya menjadi duduk. "Ganggu ya?" Tanya salah satu dari mereka kemudian mendekat ke arah Dita.

Kalau kalian mengira itu Valdo dan Fian kalian benar. Dita menggeleng pelan "kok lo tau gue ada di uks?" Tanya Dita pelan dan serak. "Insting calon suami nggak pernah salah," ucapnya kemudian tersenyum. Begituan dengan Dita. "Apaan coba,"

"Gue kayak gini gara gara lo tau nggak, calon suami apaan kayak gitu," ucap Dita. Valdo hanya tersenyum mendengar hal itu, Fian yang tidak tau harus apa, ia malah duduk di kasur UKS  yang tidak terpakai.

"Udah sarapan?"

"Udah,"

"Mau teh anget? Gue ambilin"

Planet AtomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang