Menetap tak diharapkan,Pergipun tak diizinkan
....."Emang siapa yang bawa kuncinya?"
Lagi lagi Valdo menanyakan hal yang membuat Dita bingung apakah ia harus jujur atau berbohong?. Dita menoleh ke arah Valdo. "Do, kalau orang yang bawa kunci hati gue itu orang yang bertanggung jawab dia pasti ingat kalau udah kunciin gue di rumahnya, dan dia akan pulang tanpa diminta"
Jujur, sebenarnya Dita ingin sekali langsung bilang kalau orang itu Valdo. Tapi sepertinya Dita sangat takut untuk merusak suasana. Tapi mau sampai kapan Dita memendam dan menunggu kepastian dari Valdo.
"Pulang untuk bukain gemboknya?" Tanya Valdo.
Dita mengangguk. "Meskipun tujuan dia membukakan pintu itu belum tentu untuk tinggal bersama dirumah itu, tapi setidaknya dia ngebiarin gue untuk pergi dari rumah itu. Ya walaupun itu susah buat gue karena udah terlanjur nyaman sama rumah itu, tapi nggak papa setidaknya gue bisa keluar dari rumah itu."
Valdo menyimak penjelasan Dita yang penuh dengan perumpamaan itu. Maksud dari ucapan Dita itu adalah seseorang itu harus kasih kepastian entah untuk menjalin komitmen atau seseorang itu harus bilang bahwa dia tidak menyukai Dita, dan dengan begitu Dita bisa bebas untuk membuka hati untuk siapa saja walaupun itu sulit tapi setidaknya ia tidak terjebak dalam ketidakpastian.
"Lo paham nggak sih apa yang gue omongin?"
"Paham"
Dita membuang tusuk tempat permen kapas yang baru saja habis ia makan ke tempat sampah yang di dekatnya. kemudian menoleh ke arah Valdo. "Tapi lo nggak ngerasa kan kalau orang yang gue maksud itu elo?".
Deg!
Pertanyaan dengan nada serak itu membuat Valdo melotot kaget. "Dit, lo beneran suka sama gue?"
"Lo baru tau apa pura pura nggak tau?"
"Ya gue tau, tapi-"
"Tapi lo nggak peduli!" Kata Dita pelan dan menukik. Tanpa sadar, cairan bening itu sudah mulai membasahi pipi Dita.
Sakit, itu yang Dita rasakan. "Lima tahun do, lima tahun lo biarin gue kejebak dihati lo tanpa lo beri kejelasan apapun!". Kali ini Dita benar benar mengeluarkan isi hatinya,Untung saja mereka berada di tempat yang tidak terlalu banyak orang.
"Lo nggak tau kan gimana rasanya pergi tak diizinkan dan menetap tak diharapkan?"."Selamat do, lo berhasil buat gue bingung selama lima tahun"
"Dit, lo pikir gue nggak bingung sama sikap lo?". "Sekarang gue tanya sama lo, kalau lo suka sama gue dari SMP. Kenapa lo menghindar dari gue selama dua tahun terakhir di SMA?"
"Ya..., gue pingin move on dari lo".
"Jadi lo lebih milih pergi dari rumah padahal belum benar benar singgah?"
"Sekarang gini deh dit,kalau gue kasih kesempatan lo buat milih, lo pilih menetap atau pergi dari hati gue?"
Dita menyeka air matanya kemudian mendongak ke arah Valdo. "Kalau misalnya gue pilih pergi apa lo bakal izinin?"
"Mau pergi kemana?"
"kemana aja, asal di situ nggak ada lo"
"Bukannya lo sendiri yang bilang dit. Kita itu bukan tinggal di planet bumi , tapi Planet Atom. sejauh apa kita melangkah ketemunya ya cuma orang orang itu aja"
"Gue kan elektron. Gue bisa pindah ke atom lain kapanpun gue mau"
"Gue nggak akan biarin lo pindah ke atom lain. karena, seperti yang lo mau , gue akan buat lo jatuh cinta dengan cara gue yang nggak akan pernah lo temuin pada diri proton lain. Dan satu lagi dit, rasa gue ke elo itu juga ibarat atom, kecil dan nggak akan bisa di bagi lagi"
Kaliamat terakhir Valdo seolah olah berkata bahwa Valdo juga punya rasa dengan Dita. Dita menggelengkan kepalanya kemudian tersenyum kecut.
"Lo egois do.""Oke oke, gue ngaku gue egois. Terserah lo mau percaya atau nggak yang jelas itu yang gue rasain"
Di usir dari rumah namun dipertengahan jalan di suruh untuk pulang lagi, seperti itu yang Dita rasakan. "Jadi lo ada rasa sama gue?" Tanya Dita dengan suara seraknya.
"Lo maunya gimana?" Kalimat itu membuat Dita menatap tajam. "Do gue nanya sama lo!". "Kenapa lo malah nanya balik ke gue?, gue nanya ke elo biar gue tau apa yang lo rasain ke gue, gue nggak masalah kalau lo nggak ada rasa sama gue. Gue cuma mau lo ngomong!"
Air mata mengalir deras membasahi pipi Dita. Ia memang tidak biasa membentak ataupun dibentak, sekalinya ngebentak dia nangis, dibentak pun juga nangis. "Jangan nangis dit"
"Dit, pulang ya?"
"Gue pulang sendiri aja" kata Dita masih dengan suara seraknya kemudian ia menyeka air matanya dan pergi.
"Dit, gue tau lo marah sama gue. Tapi plis biarin gue nganter lo balik". Kata Valdo memohon.
"Do, biarin gue sendiri dulu". "Oke oke, kalau gitu gue temenin sampai halte,plis dit jangan buat gue tambah ngerasa bersalah"
Dita hanya mengangguk kecil sebagai jawaban. Ketika perjalanan menuju halte mereka hanya saling mendiamkan, sampai akhirnya bus yang mengarah ke tujuan Dita tiba. Namun sebelum Dita naik ke dalam bus, ia mengatakan satu hal.
"Do, soal puisi yang waktu itu. Dena bener itu emang gue yang buat,tapi gue buat puisi itu atas permintaan dena, dan sebenernya inisial dt itu dena tsalasani bukan dita, puisi itu untuk rivando beni bukan rivaldo tomy. Maaf waktu itu gue nggak jujur sama lo" katanya kemudian masuk ke dalam bus.
Valdo memandang kepergian Dita dengan rasa sedikit kecewa karena pengakuan Dita. "Lo bener dit, gue emang terlalu gr jadi orang. Bisa bisanya gue berharap lo bikin puisi itu buat gue"
Di dalam bus Dita duduk sambil mendengarkan pengamen yang menyanikan satu lagu. "Yang pernah digantungkan pasti tau arti lagu ini" kata pengamen itu kemudian memetik gitarnya.
Katakan saja bila kau inginkan aku🎶
Aku juga ingin tau perasaanmu🎶
Katakan saja bila memang tak bisa🎶
Aku juga ingin tau jawabanmu🎶Andai kau tau kuharap jawab darimu🎶
Agar aku tak meragu tentangmu🎶Tolong katakan jika rasa tak untukku
Agar aku... hoooo🎶Katakan saja bila memang tak bisa🎶
Aku juga ingin tau jawabanmu🎶
Ooh-ooh 🎶
Ooh-ooh 🎶
Katakan saja bila memang tak bisa🎶
Aku juga ingin tau jawabanmu🎶Semesta sepertinya paham tentang apa yang Dita rasakan hari ini. Lagu yang dibawakan oleh pengamen itu cukup mewakili suara hati Dita. Dan tanpa sadar air mata kembali menetes di pipi Dita. Hingga orang di samping Dita sadar akan hal itu.
"Neng, kenapa nangis?" Tanya ibu ibu di samping Dita. Pertanyaan itu membuat Dita sadar dan menyeka air matanya kemudian tersenyum ke arah ibu itu dan berkata. "Nggak papa" katanya pelan.
"Jangan nangis atuh neng, jangan nunduk terus, nanti mahkota na jatuh"
Dita menatap kagum kepada ibuk ibuk di sampingnya itu, beliau paham betul tentang bagaimana caranya mengistimewakan wanita. Dita tersenyum kepada ibuk itu sebagai ucapan terimakasih kemudian kembali menikmati suara petikan gitar dari si pengamen.
"Apa gue siap ketemu Valdo setelah ini?" Tanya Dita pada diri sendiri dalam hati.
Berlanjut....
🥑🥑🥑
Hallo guysku. Gimana bab 7 nya?. Maaf ya kalau kurang baper🤣 maklum baru cerita pertama. Btw makasih ya yang udah baca. Jangan lupa tinggalkan jejak vote dan komen ya. Terimakasih orang baik💛.Salam hangat
Dewinif1710
KAMU SEDANG MEMBACA
Planet Atom
Teen FictionTerjebak diantara memilih melupakan tapi takut gagal atau membiarkan perasaan itu tetap ada namun takut dia tidak memiliki rasa yang sama. Ya,itu yang saat ini Dita rasakan. Terjebak dengan orang yang seharusnya sudah hilang dari circle Dita. kalau...