26. Zeo Incident

5.9K 477 36
                                    

recomend song to read this part :
"depressed sometimes" — arash buana

hope u will like this part <3

🦋

Sehabis membersihkan diri, Asta memutuskan untuk mengunjungi perempuan-nya. Menggunakan style sederhana, hanya kaus hitam polos dan celana jeans pendek. Diarko, Zeo dan yang lain hanya menontoni Asta sedang bersiap.

"Apa?" ucap Asta yang merasa diperhatikan.

"Mau kemana?" tanya Adit.

"Rumah pacar," balas Asta sembari merapikan rambutnya.

"Ga kepagian?" Zeo terheran.

Asta hanya menggelengkan kepalanya, kemudian meninggalkan kamarnya dan kelima lelaki didalamnya. Tujuannya pagi ini adalah mengajak Tisha untuk melakukan kegiatan yang menyenangkan, seperti mengelilingi Jakarta malam menaiki motor seperti kata orang-orang night ride, mengunjungin konser musik, pergi ke pantai, dan yang lainnya.

Lelaki itu sangat bersemangat, bahkan sepanjang jalan ia tersenyum tak berhenti. Biasanya ia sering emosi saat dijalan mengendarai motor, namun kali berbeda. Ia bersabar, bahkan ia tak memencet klakson sama sekali.

Mungkin bila kalian ada disampingnya, kalian akan langsung jatuh cinta. Dan melupakan bahwa ia sudah memiliki kekasih.

Saat sudah sampai didepan rumah Tisha, ia dikejutkan dengan gembok yang terpasang dipintu pagar. Asta segera turun dari motor besarnya, kemudian melihat gembok itu dengan hati yang mulai sakit dan pikiran kalut.

Ia menggedor gerbang besar didepannya dengan tenaga kuat, sambil meneriaki nama Tisha, Renata, Bi Mirah, Garken juga Alana. Tangannya mulai memerah, bahkan telah berdarah.

"SHA! BUKA SHA!" seru Asta dengan kuat.

"LATISHA ALUNA!" napasnya menderu, ia terduduk.

Asta mengacak rambutnya, kemudian berteriak. Untuk kedua kalinya ia seperti ini, menjadi cengeng dan mudah pusing.

"Mas?" panggil seorang lelaki.

Asta mengadahkan pandangannya "Apa?"

"Mas cari siapa?" tanyanya pada Asta.

"Orang yang punya rumah ini kemana?" Asta balas bertanya.

"Oh, saya kurang tau mas. Tapi jam 4 subuh tadi tapi ada suara ambulan ke rumah ini dan rumah ini katanya mau dijual," jawab laki-laki itu hanya setahunya.

"Gitu ya, makasih mas." Asta tersenyum untuk berterimakasih.

"Iya sama-sama, saya duluan."

Asta hanya mengangguk mengiyakan, kemudian lelaki itu kembali menunduk. Ia mengeluarkan ponselnya dan mencari kontak Tisha disana, segera saja ia menelfon Tisha. Namun nihil, operator malah berkata bahwa nomor itu sudah tidak terdaftar lagi.

"Anjing," umpat Asta.

Ia tak kuasa menahan tangisnya, sambil memeluk kedua lutut kakinya ia bersandar pada gerbang rumah Tisha. Seperti anak kecil yang kehilangan sosok ibunya. Naasnya, hujan turun dengan deras.

GEESHAZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang