"Tuhan, kalo memang waktu aku galama lagi. Aku minta tolong, jagain Asta ya.. aku sayang banget sama dia, dia yang ngelindungin aku, perhatian sama aku, dan selalu ada disamping aku.." Tisha tersenyum sembari menulis di buku harian pink nya."Aku hidup sampe umur segini aja aku udah bersyukur, dan aku minta tolong jaga bunda sama ayah ya.. mereka pasti kesepian kalo aku gaada lagi.." Tisha merunduk dan mengusap air matanya.
"Jagain Karin, Salsa, Kak Renata sama Fiza ya.. mereka uda temenin aku selama SMA, aku harap mereka bertiga tetep akur walau aku gaada lagi," Tisha tersenyum, kemudian menatap rembulan malam.
Suatu kebiasaan yang dilakukannya tiap malam, tapi tidak ada yang tau. Tapi kebiasaan menangisnya ini, baru dilakukannya baru-baru ini. Setelah Sang Bunda selesai berbicara dengannya kala itu, kebiasaan menangis tiap malam kerap dilakukannya.
"Bulan, aku tidur dulu ya. Besok kita ketemu lagi, semoga.." Tisha tersenyum, kemudian berjalan masuk ke kamarnya dan menutup pintu balkon.
Menaruh buku hariannya diatas nakas, kemudian terlelap diatas tempat tidur.
🦋
"Ta, Tisha kenapa sering pucet?" tanya Adit, mereka sedang berada dikamar Asta.
Biasa, rutinitas pria yang menginap kemudian tak tidur sampai subuh.
Asta menoleh "Anaknya kan emang sering kecapean,"
"Tapi pucetnya kenapa kaya sakit gitu?" selidik Diarko.
"Iya, sering pingsan juga kan. Emang lo gapernah nanya-nanya ke Tisha Ta?" sahut Samudra.
Alis Asta tertaut "Lo pada kenapa kepo?"
"Bukan kepo elah, tapi ya aneh aja gitu. Biasanya orang yang fisiknya lemah ga separah Tisha," ucap Zeo.
"Nah eta!" Adit menjentikkan jarinya.
"Lo emang gapernah nanya-nanya ta?" Samudra mendekat kearah Asta.
"Gak," Asta menggeleng.
"ASTAGA DRAGON!" pekik Adit.
"PARAH LO!" Zeo melempar bantal keatas kepala Asta.
"Sedeng," cetus Xavier.
"Cowok yang tidak peka," cibir Diarko.
"Asta gak waras," ucap Samudra.
"Gua gak kepo kaya kalian," desis Asta "Apa-apa pengen tau."
Zeo menempeleng kepala Asta "Itu pacar lo bego, wajar lah lo tanya-tanya. Namanya khawatir bukan kepo!"
"Ribet, lagian Tisha kalo jalan sama gue selalu gapapa." bela Asta.
"Itukan didepan lo, kalo dibelakang lo bisa jadi dia gak baik-baik aja." sahut Xavier.
"13 kata! rekor Xavier ngomong panjang!" seru Adit.
Diarko menyumpal mulut Adit dengan soda, kemudian berirsyarat agar Adit diam dengan tangannya. Adit hanya membalas menabok kepala Diarko dengan keras.
"Inti dari lo pada ngomongin pacar gue apa?" ucap Asta.
"Gue curiga Tisha ada penyakit," ucap Zeo.
"JANGAN ASAL NGOMONG LO!" amuk Asta sambil menatap marah Zeo.
Samudra segera menahan bahu Asta, "Ta, bukan asal ngomong. Tapi gue sama yang lain curiga aja kita ngambil kesimpulannya juga dari fakta,"
"TAPI CEWE GUE SEHAT! TISHA BAIK-BAIK AJA!" teriak Asta sambil membanting barang didekatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEESHAZ
Teen FictionGeenan Asta Antares, cowok dengan muka datar tapi tampan melebihi kapasitas cowo biasa. Ketua geng REVIRES, geng motor terkenal di Jakarta bahkan Indonesia. Dengan segala kesempurnaan yang dimilikinya, ia hanya lemah disatu bidang yaitu cinta. Latis...