Tisha tak mengidahkan panggilan itu, ia masih menundukan kepalanya, sembari memeluk kedua lututnya. Dengan napas yang tak teratur, juga air mata yang terus mengalir.Orang itu berjalan mendekati Tisha, kemudian ia duduk pas disamping gadis yang sedang menangis itu, tepat dibawah pohon besar yang sangat rindang.
"Sha," panggilnya sekali lagi.
Tisha tetap merunduk, tak menghiraukan kedatangannya.
"Kenapa nangis?" tanyanya.
"Ada yang sakit?" ia bertanya, lagi.
"Kenapa nangis, Sha?"
"Siapa yang nyakitin lo?"
"Cerita sama, gue." ucapnya.
Bukannya berhenti, Tisha malah menangis kejer.
"Sha, kok malah tambah nangis?" ia bingung, dan kehabisan ide.
Dan tiba-tiba, ia teringat ucapan kakak perempuannya.
"Kalau cewek nangis, obatnya satu. Pelukan,"
Dengan ragu, ia mengangkat tangannya kemudian mengarahkannya pada tubuh Tisha. Ia mendekap gadis itu, dengan tubuhnya yang lebih besar dibanding Tisha.
Perlahan, tangis Tisha mereda. Semakin reda tangisannya, pelukannya semakin hangat.
"Pergi, aku mau sendiri," ucap Tisha.
"Gak, gue mau nemenin lo. Sampe lo mau balik ke kamar inap,"
"Aku bilang pergi," Tisha berucap.
"Lo kenapa?"
"AKU BILANG PERGI!" Tisha membentak.
"Sha, lo kenapa?"
"Aku ngusir kamu, Asta." Tisha berucap dingin.
"Salah gue apa, Sha?" lirih Asta.
Tisha menggeleng lemah,"Kamu gak ada salah. Aku takut aja, pacar kamu marah kalo kamu deket-deket sama aku,"
Asta mengerutkan keningnya,"Pacar?"
Tisha melepaskan pelukan Asta, kemudian membuang pandangan ke lain arah.
"Gue gak pernah punya pacar," ucap Asta.
"Gak pacaran, tapi pelukan." celetuk Tisha.
"Pel-, oh yang tadi! Gue selamatin dia, Sha. Dia mau ketabrak mobil ambulance," jelas Asta.
Ternyata Tisha dari tadi cemburu. Lebih tepatnya, cemburu tanpa status.
Mendengar penjelasan Asta membuat hati Tisha menghangat, rasanya lega. Namun ia berusaha menutupi kesenangannya itu.
"Oh," sahut Tisha asal.
"Lo--" ucap Asta,"Cemburu?"
Tisha melotot,"Enggak, ih!"
"Ngaku aja," goda Asta.
"Nggak!" bantah Tisha.
"Yaudah deh, nanti mau pelukan lagi." ucap Asta, menyunggingkan senyumannya.
"Yaudah, sana. Pelukan sampe kamu puas!" tanpa sadar, Tisha berbicara dengan nada cemburu.
"Cemburunya ketara amat," cibir Asta.
Tisha langsung blushing,"Gak, aku gak cemburu,"
"Masa sih?" goda Asta, sambil menaik turunkan alisnya.
Tisha menabok pelan pipi Asta, dan berlari meninggalkan cowok itu sendiri. Namun, dengan gerakan cepat Asta menyusul Tisha.
Terjadilah, kejar-kejaran di koridor RS.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEESHAZ
Teen FictionGeenan Asta Antares, cowok dengan muka datar tapi tampan melebihi kapasitas cowo biasa. Ketua geng REVIRES, geng motor terkenal di Jakarta bahkan Indonesia. Dengan segala kesempurnaan yang dimilikinya, ia hanya lemah disatu bidang yaitu cinta. Latis...