29. Lukisan Samudra

4.9K 426 18
                                    


Asta kini sudah siuman, laki-laki itu hanya membuka mata untuk makan dan minum obat. Selebihnya ia tidur dan sering melamun, menatap kosong langit-langit rumah sakit. Diajak bicara hanya mengangguk, menggeleng, atau tidak merespon sama sekali.

"Asta, makan dulu ya," ucap Karin.

Salsa, Karin dan Fiza sering kali menjenguk Asta. Mereka peduli dengan Asta, karna mengingat Tisha. Tisha pernah berkata bahwa bila ia tak ada, tolong rawat Asta dan jaga laki-laki itu. Awalnya Salsa, Karin dan Fiza hanya menganggap Tisha hanya bercanda, tapi sekarang mereka tau bahwa itu adalah kode Tisha akan pergi.

"Lo makan dulu ya, Mama sama Papa lo lagi pergi keluar kota ada urusan kerja. Gue sama yang lain disuruh jagain lo, Kak Mikayla lagi sibuk dia banyak pasien," ujar Karin menjelaskan.

Salsa sedang les bahasa korea, sementara Fiza berlatih taekwondo. Diarko, Xavier, Adit dan Samudra mereka sedang berada di ruangan Zeo. Zeo juga sudah siuman, namun masih belum bisa bergerak bebas karna luka diperutnya.

"Buka mulutnya," titah Karin.

Asta hanya diam ia tak memperdulikan Karin.

"Ta, sampe kapan lo mau gini? makan dulu, biar lo cepet sembuh," Karin menyodorkan sendok penuh bubur pada Asta.

Asta tetap diam.

Karin menghembuskan napas pelan, ia tak tau lagi harus berbuat apa agar laki-laki itu mau makan. Ia meletakkan kembali bubur itu di nakas, kemudian mengambil buah apel dan mengupasnya.

"Makan buah apel aja ya?" kata Karin.

Tetap tak ada jawaban.

Karin menyodorkan potongan buah apel kecil pada Asta, sang empu tetap saja tak membuka mulut. Seperti tidak menganggap adanya Karin di dekatnya.

"Ta makan dulu ya, lo kapan sembuh kalo mau gini terus? lo mau cepet cari Tisha kan? makanya lo harus makan," ucap Karin.

Mendengar nama Tisha mood Asta tiba-tiba naik. Ia ingin segera sembuh dan keluar dari rumah sakit, tatapan kosongnya kini diisi oleh kenangan ia bersama Tisha. Laki-laki itu ingin mencari wanitanya.

Karin tersenyum melihat tatapan Asta tak kosong lagi. Ia langsung menyodorkan sesendok bubur pada Asta, dengan senang Asta membuka mulutnya. Ia menghabiskan bubur itu dalam waktu yang singkat.

"Pinter," ucap Karin senang melihat mangkok bubur yang sudah habis.

Asta hanya diam, kemudian meminum obatnya.

"Nanti siang gue suapin lagi ya? sekarang gue pulang dulu, lagi ada urusan." Karin tersenyum, kemudian ia keluar dari ruangan Asta.

Tak lama segerombol pemuda datang ke ruangan Asta, dengan heboh dan tak sopan mereka menerobos pintu ruangan.

"HEI BRADER! GUE KANGEN SAMA LO!" Adit berseru dengan kencang.

"Gaya anjing kangen-kangenan, padahal baru tadi malem kesini," cibir Diarko.

"Sibuk lo njing," balas Adit.

"Lo babi," balas Diarko tak mau kalah.

"Lo monyet kaki tiga," balas Adit lagi.

GEESHAZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang