Dengan riang Tisha masuk ke dalam rumah mewah milik Omanya itu. Sambil menenteng tas ransel, dan menggendong kucing yang sering ia sebut sebagai, anaknya.
Ya, begitulah Tisha. Umur saja yang remaja, tapi tingkah lakunya? Masih seperti anak-anak. Walau begitu, Tisha sudah memiliki jiwa ke-ibuan.
"OMAAA, WHERE ARE YOU?" teriak Tisha, saat masuk ke dalam rumah bernuansa putih itu.
"CUCU OMA! SINI-SINI PELUK DULU," jawab Lina, sambil merentangkan kedua tangganya.
Tisha berlari dan memeluk Lina. Tak lama terdapat suara mengganggu aktivitas keduanya.
"MIAW!" Pou meloncat dari pelukan cucu dan nenek itu.
Pou masih kucing yang tergolong bayi, ia ketakutan karna terkejut dan berlari keluar dari dalam rumah Lina.
"POU MAU KEMANA?!" teriak Tisha, ingin mengejar.
Namun, dengan cepat Lina menahannya. "Biarin aja, Pou juga mau bebas Tisha."
"Tapi omaaa.." ucap Tisha memelas.
Lina menggeleng,"Udah, kamu sama oma dulu. Paling Pou cuma main di kebun depan."
"Kalo Pou hilang gimana?" tanyanya takut.
"Beli yang baru sayang, buat apa punya uang kalo gak digunain?" Lina berujar pada Tisha.
Keluarga Garken Bintang Adiwijoyo-- kakek Tisha, memang sangat kaya. Memiliki cabang bisnis dimana-mana, bahkan sampai Singapore, Malaysia, Brunei Darussalam dan negara-negara lain. Hotel Adiwijoyo, yang terkenal di Jakarta juga milik kakek Tisha, Mall ternama di Jakarta juga milik keluarga Adiwijoyo.
Tisha mengangguk, menurut dengan perkataan nenek tercinta nya itu.
"Opa mana?" Tisha celingak-celinguk mencari keberadaan kakek tua berwibawa, yang dipanggilnya opa itu.
"Lagi di restoran, yang baru diresmiin kemarin." jawab Lina.
Tisha mendengus,"Opa itu udah tua, seharusnya perbanyak dirumah aja."
"Tua-tua gitu masih semangat," kekeh Lina.
Tak lama, datang Alana dari luar dan membawa brownis cake yang dibuatnya dirumah tadi. Ia tersenyum pada Lina, kemudian menyaliminya.
"Nih Ma, Alana buatin tadi." Alana menyerahkan kotak lumayan besar itu, tidak lupa berwarna pink.
"Kamu tau aja kesukaan Mama, Na," Lina menyambut kotak pink itu dengan senang hati.
Lina adalah mertua Alana. Sikap Lina yang baik hati, membuat Alana sangat sayang kepada Ibu mertuanya itu. Selain baik hati, Lina juga tidak pelit akan harta yang dimilikinya. Ia sering menjadi donatur, di beberapa Panti asuhan.
"Tau lah, Ma. Mama kesayangan Alana gitu, loh." ucap Alana di alay-alaykan.
Lina terkekeh, kemudian mengajak kedua perempuan itu ke ruang keluarga Adiwijoyo yang sangat besar.
Sangking besarnya, sepertinya seukuran dengan aula sekolah. Tidak tidak, itu berlebihan.
"Suami mu mana, Na?" tanya Lina.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEESHAZ
Teen FictionGeenan Asta Antares, cowok dengan muka datar tapi tampan melebihi kapasitas cowo biasa. Ketua geng REVIRES, geng motor terkenal di Jakarta bahkan Indonesia. Dengan segala kesempurnaan yang dimilikinya, ia hanya lemah disatu bidang yaitu cinta. Latis...