Tisha kembali kekamarnya sembari tersenyum, tapi senyumnya berbeda dengan biasanya, seperti tampak- ah, susah dijelaskan. Renata merasakan ada yang beda dari Tisha, tapi ia tak tahu jelas apa yang berbeda.
"Sha, kenapa? suara gue kekencengan ya? lo dimarahin karna gue berisik ya? iya Sha?" Salsa langsung mengintrogasi.
"Apaansih, bunda gak marah kok. Aku cuma dibilangin buat ga tidur terlalu malem aja, soalnya nanti insomnia aku makin parah," kata Tisha sambil mencubit pipi Salsa.
Renata memicingkan matanya "Lo insomnia? sejak kapan? perasaan tidur jam 9 mulu,"
Serempak ketiga temannya menoleh, meminta kejelasan.
Tisha berbohong.
Gadis itu baru pertama kali ini berbohong, jadi wajar bila mudah diketahui.
Tisha pucat pasi, ayolah kebohongannya jangan sampai ketahuan. Semoga dewi fortuna sedang berpihak padanya, Tisha sangat mengharapkan bantuan dari langit.
"A-aku tadi itu maksudnya, ya-ya apa ya gitu deh. Maksud aku, insomnia aku itu sering kebangun malem gitu! iya gitu! kan aku tidur jam 9 tuh, nah jadinya sering kebangun malemnya! jadi kata bunda tadi harus begadang!" oke, tuhan tolong selamatkan Tisha. Gadis ini sangat tidak pandai berbohong.
Dan dengan bodohnya Salsa mengangguk "Oh gue tau! tante Alana nyuruh lo begadang biar main sama kita-kita kan?"
Tisha menjentikkan jarinya senang "IYA ITU!"
Karin dan Fiza hanya saling tatap, apalagi Renata yang masih curiga.
"Gak percaya ah gue! lo bohong kan?! ngaku!" Renata menunjuk Tisha pura-pura mengancamnya.
"Ngaku gak?!" Renata memicingkan matanya.
"Aku gak bohong kok! kalo gak percaya tanya aja bunda!" Tisha mengelak tuduhan itu.
"Yaudah, nanti gue tanya," ucap Renata masih memicingkan matanya.
Sementara Fiza masih diam, ia tahu betul ada yang disembunyikan oleh Tisha. Otaknya sibuk menerka-nerka, sambil terus menatap kosong.
"Fiza kesambet apa ya?!" ucap Salsa melihat Fiza melamun.
Fiza masih diam, ia sibuk dengan pemikirannya.
"Za! lo ngapain bengong si!" Karin menggoyang bahu Fiza.
Tisha ikutan takut, ia mencubit pipi Fiza.
"KALIAN APAANSIH! GUE TUH GA KESAMBET!" marahnya tiba-tiba. Salsa, Karin, Tisha dan Renata terlonjak kaget.
"Ngegas terusss sampe puncak," cibir Karin.
"Kaget gue," kata Renata mengusap dadanya.
"Astaghfirullah kamu ini berdosa banget!" Salsa mengelus dadanya kemudian menempeleng kepala Fiza.
Fiza melotot pada Salsa, dan Salsa hanya membalas senyuman kemudian ikut melotot. Mereka persis seperti pasien Rumah Sakit Jiwa.
"Kamu jangan solimi!" kata Salsa.
"Solimi-solimi, soleha!" ralat Fiza.
"Ih najis, gila semua," Renata merinding.
"Kenapa sih mas tega sama aku? kenapa mas berkata seperti itu? aku salah apa sih mas? aku jijik sama mas! jijik, jijik, jijik!" Karin berkata sambil berjoget ala-ala.
Renata langsung melempar bantal kearah wajah Karin. Dia muak dengan kegilaan teman-teman Tisha ini, sepertinya waras hanya pada saat tidur.
"Eh kita nanti main truth or dare yuk!" ajak Salsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEESHAZ
Teen FictionGeenan Asta Antares, cowok dengan muka datar tapi tampan melebihi kapasitas cowo biasa. Ketua geng REVIRES, geng motor terkenal di Jakarta bahkan Indonesia. Dengan segala kesempurnaan yang dimilikinya, ia hanya lemah disatu bidang yaitu cinta. Latis...