Tisha dan Asta menikmati semilir angin di sekitar taman rumah sakit, sembari berbincang-bincang kecil dan bercanda bersama. Lengan besar Asta merangkul bahu kecil Tisha.
"Tetep gini ya, jangan kemana-mana," ucap Asta sembari mengelus puncak kepala Tisha "Jangan tinggalin aku."
"Aku gak akan kemana-mana, tetep sama kamu terus, disamping kamu, nemenin kamu sampe tua," Tisha menyandarkan kepalanya dibahu besar Asta.
"Janji ya," Asta mengangkat jari kelingkingnya untuk menautkannya dijari kelilingking kecil Tisha.
Kedua jari kelilingking mereka bertautan, sore itu Asta merasa akan bersama Tisha selamanya. Merasa semua akan baik-baik saja.
"Kamu inget gak sebenernya aku ini siapa?" ucap Asta tiba-tiba.
Kening Tisha mengerut, bingung. "Kamu Asta kan? pacar aku?"
"Sebelum jadi pacar kamu, aku siapa?" Asta berucap lagi, semakin membuat Tisha bingung.
"Gak ta- aw," tiba-tiba kepala Tisha terasa sakit.
Kepalanya seakan sedang memutar kaset rusak, terus mengulang-mengulang kejadian aneh. Pengalaman yang sama sekali tak ia ingat. Semakin ia mengingat itu semakin sakit kepalanya.
"Asta jangan nakal!" seorang gadis kecil berkacak pinggang memarahi seorang anak laki-laki kecil yang sengaja merusak mainan miliknya.
"Makanya main bola sama aku!" balas anak laki-laki itu.
"Gak mau! aku maunya main boneka!" gadis kecil itu bersikeukeuh untuk tetap bermain boneka.
"Sha, kenapa? kenapa sayang?" Asta khawatir, ia menangkup kedua pipi Tisha dengan raut wajah yang sangat ketakutan.
"Ada ingetan-ingetan aneh, aku gak tau," rintis Tisha "Kepala aku sakit kalo mau nginget lebih jauh,"
"Jangan dipaksa sayang," Asta mengelus kepala Tisha.
Tisha mengangguk.
"Yaudah, kita kekamar lagi aja ya. Kamu butuh istirahat, biar cepet sembuh," Asta membantu Tisha untuk berdiri.
DOR!
Suara tembakan membuat seluruh orang-orang disekitar mereka menjerit ketakutan, semua berlari melindungi diri. Tembakan itu tertuju pada Asta, beruntung Asta dengan gerakan lincah mengelak.
Petugas keamanan Rumah Sakit langsung berlari melindungi sebisa mereka, juga dengan cepat pihak Rumah Sakit menghubungi polisi.
DOR!
Sekali lagi, tembakan itu terdengar. Semua orang semakin menjerit ketakutan, meminta pertolongan. Tisha menangis ketakutan, ia tahu tembakan itu terarah untuk pacarnya, Asta.
"Sha nyumput dibalik badan aku, jangan nangis. Aku gapapa," Asta menenangkan Tisha, ia ingin berlari namun ia takut Tisha yang akan terkena tembakan itu.
"Bangsat," geram Asta.
"ANGKAT TANGAN JANGAN BERGERAK!" teriak Polisi, pelaku segera berlari.
Memakai pakaian serba hitam, serta topeng hitam yang menghias wajahnya. Dengan gerakan gesit, ia menghilang. Tanpa meninggalkan jejak sedikitpun.
Semua aparat Polisi langsung mengejar pelaku percobaan pembunuhan, semoga pelaku dapat tertangkap.
"Sha, gapapa. Aku gapapa, jangan nangis," Asta mengelus lembut punggung kecil Tisha yang bergetar.
"Aku takut," Tisha terisak.
Asta kemudian menggendong Tisha ala bridal style membawa masuk gadis itu menuju ruang inapnya, setelah mengantar Tisha, ia akan mencari pelaku penembakan itu sampai ketemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEESHAZ
Teen FictionGeenan Asta Antares, cowok dengan muka datar tapi tampan melebihi kapasitas cowo biasa. Ketua geng REVIRES, geng motor terkenal di Jakarta bahkan Indonesia. Dengan segala kesempurnaan yang dimilikinya, ia hanya lemah disatu bidang yaitu cinta. Latis...